Kecurigaan terhadap Zul alias Pak Sugi, sungguh membuatku tidak pernah menyangka. Setidaknya Zul yang kukenal saat kuliah bersama sewaktu di Indonesia, tidak pernah menampakkan sifat yang kini di luar dugaan kami semua. Bahkan Panji kawan dekatnya pun, entah menyadari atau tidak? Seharusnya aku lebih waspada saat itu, dan berusaha menyelidiki tentang Panji juga.
Aku jadi teringat dengan kata-kata ibu. Sehari sebelum aku berangkat ke Jakarta setelah perceraiannya dengan ayah, dan waktu itu aku mengantarkan ibu dan Rianti pulang ke Cirebon sebab rumah di Jakarta diambil paksa oleh Lemi. Waktu itu ibu pernah mengatakan bahwa tidak semua yang dekat itu, seperti apa yang ada dalam pikiran. Gunakan naluri dan hati kecil dalam bertindak, jangan pakai emosi. Apa mungkin saat itu ibu sudah tahu siapa Panji, dan apa hubungannya denga Zul? Sungguh, semuanya membuatku semakin membingungkan.
Teringat dengan Panji. Sudah dua hari ini aku belum mengetahui kabarnya, setelah mendapat kabar kalau ia tertembak saat kembali ke Indonesia dan keterlibatannya dengan dunia Cyber Crime. Mungkin sekarang saatnya aku harus menghubungi Pak Agus, dosen yang memberiku tugas hingga aku bisa berada di rumah ini. Sebuah rumah dengan kekayaan warisan dari ayah, yang tidak pernah kusangka sebelumnya akan menjadi milikku sepenuhnya.
“Halo, Pak Agus. Bagaimana kabarnya, Pak? Apa saya mengganggu?” tanyaku begitu menelpon Pak Agus pagi itu.
“Halo, Satria. Alhamdulillah kabarku sedang baik, Satria. Bagaimana dengan urusanmu di sana? Apa sudah selesai? Dan bagaimana dengan kasus meninggalnya ayah dan ibu tirimu itu?” jawab Pak Agus.
“Alhamdulillah kabar saya juga baik, Pak. Sampai saat ini, belum ada perkembangan yang berarti, Pak. Hanya beberapa hari kemarin, sebuah penyidikan dari seorang inspektur di sini mengarahkan kepada kawan saya yang kuliah bersama di kampus kita, Pak?”
“Iya, kah? Lalu, siapa yang terlibat itu, Satria? Apa benar Panji ikut terlibat dengan kasus kejahatan Cyber Crime? Sebab di sini, Sersan Basyir sedang mengembangkan kasus Panji juga. Tapi ... apa kamu sendiri baik-baik saja?”
“Menurut penyelidikan sementara, kasus kematian ayah juga ibu tiri saya mengarah kepada Zul kawan kuliah di kampus kita itu, Pak. Entah dengan Panji, saya belum mendapat kabar. Untuk itu saya menghubungi bapak, ingin tahu keadaan Panji sekarang.”
“Wah ... gawat, Satria. Panji masih koma beberapa hari ini, sebab luka tembak di punggungnya mengenai sedikit saluran paru-paru. Sekarang masih dirawat di rumah sakti Cipto, dan dalam pengawasan ketat pihak BIN. Sedangkan saya sendiri sedang menjalani pemeriksaan tugas, yang saya berikan untuk kamu juga Panji waktu itu. Tapi ... tenang saja, Satria. Insya Allah kita masih bisa terbebas dari segala tuduhan, yang selama ini dituduhkan oleh Sersan Basyir.”
Pernyataan Pak Agus sedikit membatku merasa lega. Meski masih merasa ada kekhawatiran terhadap kondisi Panji. Setidaknya, sampai hasil penyidikan dari Inspektur Dirga juga Pak Rahmat membuahkan hasil nantinya. Ada kemungkinan aku pun harus segera kembali ke Indonesia, guna melihat keadaan Panji juga pemeriksaan yang sedang Pak Agus jalani.
*****
NB:
Terima kasih untuk yang sudah sudi mampir di episode ini.
Bila berkenan, ditunggu ulasan, saran, masukan, juga kritikannya. Agar cerita ini lebih baik lagi.
Selamat membaca, dan salam sukses selalu. :)
@Ardhio_Prantoko Wih ... terima kasih, Mas Dhim. Alhamdulillah karya ini sudah terbit, tinggal nunggu lounching saja, nih. Hehehe
Comment on chapter Info Novel IMPIANKU