Chapter 6: The Great Three Cherlones
"Berani sekali mereka mengancam The Three Cherlone Musketeers!" umpat Don dengan angkuhnya. Bersama Sarron dan Farah, ketiganya berada di dalam elcar—mobil elektronik super canggih—milik The Cherlones yang membawa kembali ke Area London.
Pada masa ini, sebagian besar mobil merupakan elcar, yang sudah dilengkapi sistem komputer beserta jaringan komunikasi. Untuk kalangan tertentu, diproduksi versi mewahnya—seperti layaknya limosin. Dan tak pernah berhenti arus perkembangan teknologinya setiap menit.
The Cherlones merupakan perusahaan keluarga Cherlone yang khusus mengurusi semua aset yang dimiliki seluruh anggota keluarga. Berbeda dengan Cherlone Companies yang Brandon dirikan pertama kali dengan kerja keras. Kemudian dari tangannyalah pula lahir Cherlones Enterprise.
Di bagian depan elcar The Cherlones, Elmer bertindak selaku sopir keluarga.
Ketika menuju Area India tadi, ketiganya naik kereta api super cepat yang menghubungkan semua area di seluruh dunia. Mereka memenuhi panggilan Leonard Logan, setelah agen senior SARBI itu mengontak ketiganya satu demi satu.
Farah memanggil Elmer sesaat setelah ketiganya selesai ditanyai Logan. Tentu untuk menjemput di markas SARBI, dan kemudian mengantar ke rumah keluarga yang di Area London—rumah favorit mereka bertiga.
"Waspadalah Don, karena sebenarnya kaulah satu-satunya anak Cherlone yang paling punya motif logis untuk membunuh Ayah," kata Farah mengingatkan.
Jauh sebelum adik perempuannya mengingatkan, Don sudah menyadari hal ini dengan mengucapkan satu perkataan panjang, "Ya, itulah sebabnya aku yang mendapat pertanyaan paling banyak di kantor SARBI, dan pastinya semua media sekarang tengah memprediksi sekaligus menggunjingkan seorang Don Cherlone sebagai salah satu tersangka kuat."
"Seorang putra sulung yang juga berprofesi sebagai pebisnis. Saat ini, langkahnya sedang meningkat tajam, serta mendapat apresiasi banyak pihak. Sehingga boleh dibilang sosok Don berdiri sebagai kompetitor ayahnya," sambung Sarron menganalisa panjang lebar, "tapi aku dan Farah juga punya motif yang sangat kuat."
"Kau?" sanggah Don tak percaya, "Kau ini seorang pengacara, dan hukum merupakan keahlianmu. Tentunya kau tidak mau sengaja bermain api dalam hukum."
“Dan Farah? Untuk apa?" tanyanya kepada Sarron tentang Farah.
"Kau menuduhku?" tanya Farah terbelalak, menatap Sarron setajam pisau.
"Sangat tidak logis! Aku amat menyayangi Ayah—kalian lihat sendiri semalam bagaimana reaksiku saat kalian menyinggung soal warisan. Dan lagi pula, kalaupun aku sampai tega berbuat begitu, apa untungnya bagiku?” bantahnya dengan cukup emosional.
"Kemungkinan besarnya adalah Ayah telah diam-diam melakukan suatu pelanggaran hukum. Dan kau bisa mengetahui rahasia besarnya yang lain itu," sambung perempuan itu pada Sarron dengan teramat tajam dan sinis—berkebalikan dengan Don yang tadi berusaha membela sang adik laki-laki.
"Lalu kau berusaha memperingatkannya, tapi Ayah malah menjatuhkan harga dirimu habis-habisan,” tuturnya dengan gaya dan nada menuduh.
“Sepertinya memang kalian berdua yang lebih banyak tahu rahasia gelap Ayah ketimbang diriku," ditutupnya dengan suatu ujaran kecurigaan besar terhadap kedua kakak kandungnya.
Sebelum Sarron sempat menyahut, suara Don sudah mengentak cukup kencang, "Ada apa dengan kalian ini?!”
“Kau Sarron, apa-apaan kau jadi bersikap aneh begini?!" tuduhnya keras pada si anak tengah keluarga Cherlone itu.
"Aku sedang berusaha mencari teori yang mungkin saja terjadi," jawab Sarron kalem, dengan ekspresi layaknya seorang detektif, "Segudang fakta yang tersembunyi...."
"Biarkan saja itu menjadi urusan Logan," potong Farah kesal, "Itu sudah menjadi tugasnya. Atau kau sedang menginterogasi kami, yang jelas-jelas saudara kandungmu sendiri."
Tatapan Don mengatakan hal yang sama. Meskipun begitu, Sarron tetap bersikeras melanjutkan, "Dengarkan dahulu penjelasanku. Memang Don yang punya alasan paling kuat untuk menyingkirkan Ayah—sekiranya asumsiku tentang pelakunya Don itu benar. Tetapi ada hal yang lain lagi...."
"Faktanya," potong Don yang mulai merasa kesal, "selesai acara minum anggur kita, aku langsung pulang ke rumahku di Area New York, dan tidak ke mana-mana lagi selain tidur pulas sampai si Logan itu meneleponku. Kalian bisa tanya si Bruno—kepala pelayan rumahku. Sedangkan kalian berada di mana?"
"Aku menginap di rumah bekas klienku yang berhasil kubebaskan dua bulan lalu di Area Kanada—Rayden Griffith," jawab Sarron cepat.
"Aku juga menginap- di rumah temanku yang cuma beberapa blok saja dari rumah Ayah di Area India," kata Farah agak gugup sedikit, "Aku memang ingin melihat Ayah sebentar, tapi Felicia mendesakku untuk secepatnya ke sana."
"Pastinya kau tidak bilang begitu ke anak buahnya Logan tadi," balas Sarron, berhasil membaca ekspresi batin Farah.
"Memang, sedari dulu kalian tahu kalau aku tak nyaman berlama-lama berurusan dengan pihak berwajib," kata Farah menjelaskan secara mendetail, "Jadi kubilang saja seperti alibinya Don. Pulang ke rumah di Area Perancis, dan tidur sampai Logan meneleponku. Lima menit lalu, kutelepon Sandy—bilang padanya supaya mengatakan diriku ada di rumah pada setiap polisi yang mengecek. Aku tidak mau interogasi sampai lima belas menit seperti Don tadi itu."
"Hm... berarti kau membuat alibi palsu," ujar Don kalem dan tenang, "dan yang mengetahuinya kini adalah aku, Sarron, Sandy, dan Elmer sopir kita."
"Aku akan selalu tutup mulut seputar percakapan rahasia keluarga, tuan-tuan muda dan Nona Cherlone," terdengar suara meyakinkan dari depan.
"Terima kasih, Elmer," balas Farah dengan lantang.
"Alibi palsu itu sesuatu yang berbahaya loh, adikku sayang. Don, tentu kau juga pasti tahu," ujar Sarron menyambung.
"Tapi alibi palsu yang ini sungguh didasari rasa kecemasan yang beralasan, jadi perlu dilindungi. Tak bisakah kau berempati pada adik perempuanmu sendiri?" sanggah Don.
"Aku tahu," nada suara Sarron menukik, "Tapi kita tidak bisa main-main dengan ancaman-ancaman yang ditujukan kepada kita itu. Yang aku maksudkan bukanlah reaksi terhadap semuanya—mataku bisa menangkap bahwa semua ancaman itu berasal dari salah satu dari kita bertiga di sini."
"Well, analisa yang menarik. Terima kasih," komentar Don kalem.
Ekspresi si sulung dan si bungsu malah berubah menjadi janggal, aneh, asing dan makin sulit ditebak maksudnya. Tidak sewajarnya.
"Salah satu dari kita?" ucap Farah mengulangi kata-kata Sarron yang terakhir tadi itu beserta nadanya dengan tepat.
"Jadi kemungkinan besarnya juga berasal darimu," lanjutnya sinis kepada sang kakak kedua.
"Bisa juga dariku loh," sambung Don, "Sebetulnya diriku ini memang menyimpan hasrat untuk membunuh Ayah, dan sekaligus ibu tiri kita itu—si perempuan jalang. Setelah kuketahui informasi komplet seputar hubungan brengsek mereka tersebut."
“Bisnis ayah juga belakangan mulai memakai cara-cara yang tak bisa dibenarkan," ungkapnya dengan lugas.
"Sebuah pengakuan yang jujur, tapi...," komentar Sarron dengan bergaya memicingkan sepasang matanya—mengikuti pikirannya yang menerawang, "banyak alasan untuk membunuh seorang Brandon Cherlone yang termasyhur. Dan agaknya, ada segelintir orang yang memiliki keinginan besar itu."
"Termasuk anak-anak kandungnya sendiri," ujar Don getir, "sang pewaris sekaligus penerus takhta."
"Maka, mengungkap pembunuh Ayah bukanlah pekerjaan yang gampang," sambung Sarron renyah, "tidak semudah membalik telapak tangan."
Sementara di kantornya, Logan tengah mengamati dengan tajam salah satu bukti ancaman yang sempat dibilang Sarron dalam percakapan dengan kakak dan adiknya tadi.
Selembar kertas putih berukuran sedang yang ditulis dengan tinta merah. Ditemukan tak jauh dari lokasi mayat Brandon. Yang kini tersimpan aman di dalam brankas berkas bukti SARBI, karena semuanya tertulis dengan huruf kapital berukuran besar.
Inilah tulisannya;
ALL THE THREE CHERLONES MUST DIE !!!
SO LET ME PLAY THIS GAME NOW
BECAUSE I HAD PUSH THE START BUTTON BY A GREAT MURDER
*elcar (electronic car) : mobil dengan sistem elektronik yang baru ada di setting masa depan Duo Future Detective Series ini.
@Kang_Isa Terima kasih atas supportnya, kang
Comment on chapter #3