Jahatnya seseorang terhadapmu itu tergantung bagaimana sikapmu padanya”
“Jika kamu memulai dengan sebuah pelukan maka aku juga akan membalasmu dengan pelukan
Tapi jika kamu memulai dengan sebuah pukulan maka aku juga akan melakukan hal yang sama padamu, Adil bukan?”
-Elang Denagkasa
Suasana hening sedang menyelimuti sebuah ruangan, yang dimana ruangan tersebut selalu digunakan untuk sarapan, makan siang atau makan malam.
Disebuah meja berbentuk persegi ,yang dimana disetiap sisinya terdapat beberapa kursi jati yang sudah dihuni oleh sebuah keluarga.
Ada seorang wanita dewasa disana sedang mengoleskan selai kacang dan selai nanas pada beberapa lembar roti
Lalu roti yang sudah di olesi selai nanas itu diletakkan di sebuah piring yang berada di depan seseorang yang duduk dihadapannya
Dan roti yang berisi selai kacang di letakan pada piring di sebelahnya yang juga sudah dihuni oleh seseorang disana
Ada seorang pria paruh baya yang duduk disisi depan meja makan,di sisi kirinya ada wanita dewasa tadi yang sudah pasti itu adalah istrinya,di sebelah sang istri ada seorang remaja laki-laki.
Dan disi kanan pria itu juga ada seorang remaja laki-laki juga yang duduk berhadapan dengan sang anak lelaki tadi. Itu adalah kedua putranya
Saat ini dirinya sedang menikmati sarapannya dalam diam, ia masih enggan berbicara
Diamnya masih ditakuti oleh dua orang putranya yang duduk saling berhadapan.
“Dimakan rotinya” ucap wanita dewasa itu
Kedua remaja lelaki itu menganggukkan kepala. Pelan
“Iya ma” balas anak lelaki yang duduk disebelah ibunya,ia mulai memakan roti dipiringnya,menyantap dengan pelan dan hati-hati. “Shh-aww” Baru mengunyah saja ia sudah kesakitan. Pasrah!, akhirnya ia mengembalikan roti itu kepiringnya kembali.
Sedangkan yang duduk dihadapan wanita itu masih terdiam menatap roti dipiringnya. Ia enggan memakannya
“Shh” Ia meringis pelan,membayangkan roti itu masuk kemulutnya,mengunyah roti itu,lalu menelannya.
“Shhh-Ahh” lagi. Ia kembali meringis tertahan,baru membayangkannya saja ia sudah kesakitan apalagi ia benar-benar memakan roti itu.
“kenapa tidak dimakan?” Suara Bariton itu memecah keheningan,menggema pada seisi ruangan
“Dimana tenaga kalian? Hanya selembar Roti saja kalian tidak mampu memakannya?” suara tegas itu berasal dari suara pria paruh baya yang sedari tadi terdiam. Kini pria itu memilih angkat suara setelah muak melihat kedua puteranya tidak menyentuh sarapan mereka.
“Ayah lihat semalam kalian sama-sama tidak mau mengalah untuk saling menyerang!!” Sindirnya pada kedua anak lelaki itu
Mengingat bagaimana kedua anak itu saling adu otot semalam dibelakang rumahnya,tidak ada yang mau mengalah,tidak ada yang mau berhenti untuk saling menyerang,sebelum salah satu di antara mereka terjatuh di hadapan lawan.
Itulah mereka! Si pemilik sifat yang sama-sama keras dan sama-sama brutal
Yaa…. Mereka adalah Elang Dan Raspati, dua saudara yang mungkin sulit dikatakan sebagai saudara.
Dua orang yang saling menanam kebencian,dua orang yang saling sulit menerima kenyataan
Dua orang yang sama-sama benci kehidupan baru dan perubahan!!!.
“ Dimana otot kalian yang semalam kalian tunjukkan? Hmm?” Ucap sang ayah memancing.
“Hanya karena selembar Roti kalian jadi lemah? Ciut sekali kalian”lagi. Sang Ayah berucap merendahkan.
“Mas…”ucap sang istri “Jangan seperti itu,kasian mereka”ucapnya memperingati sang suami
“Biarkan saja,bukankah anak-anak ini sudah besar,buktinya mereka sudah tau bagaimana cara berkelahi,benarkan?”
“Ciiittttttt” bunyi decitan kursi yang digeser
Elang, Pria itu berdiri ingin melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana
Ia benci suasana seperti ini,ia benci disaat ia dihakimi,yang ia butuhkan sekarang adalah, ia ingin pergi dari sini dan tak ingin telinganya akan semakin terasa panas mendengar ocehan ayahnya.
“Elang! Mau kemana kamu?” suara sang ayah menggelegar
Baru selangkah ia berjalan, ia membalikan badanya menatap tajam kearah sang Ayah “Apa peduli Ayah?” Sarkasnya
“Ayah belum selesai bicara!! Mau sampai kapan kamu seperti ini? Berhenti membuat keluarga ini malu karena tingkah kamu”
“Hah? Apa? Elang yang buat keluarga ini malu apa Ayah yang membuat keluarga ini malu sebenernya?” Hardik Elang pada Ayahnya
“Jaga Bicara Kamu Elang!! Saya Masih Ayah kamu!!”Peringat sang Ayah
“Oh Jelas,Anda masih Ayah saya! Ayah.kandung.Elang.Denangkasa” Ucap elang dengan menekan kata ‘Ayah Kandung Elang Denangkasa’
“Tapi… tunggu! Ayah mana yang tega menghancurkan hidup anaknya? Hah?”Lanjut Elang menohok sang Ayah
“Elang Diam kamu!!”sahut sang Ayah,Hatinya sakit mendengar ucapan putra nya.
“Kenapa? Benarkan? Ayah yang seharusnya menjadi kepala keluarga! Ayah yang seharusnya menjadi panutan, tapi Ayah juga yang mengajarkan aku menjadi seperti ini!!!” Emosi Elang sedang meluap,darahnya berdesir hebat,ia sebenarnya tidak bisa membenci dan membentak orangtuanya,tapi bagaimana? Ia sudah terlanjur kecewa,Rasa Amarah itu selalu muncul ketika Ayahnya berbicara kasar padanya.
“Jangan salahkan Elang karena bersikap kasar ke kalian! Tanya sama diri kalian sendiri,apa yang kalian perbuat sampai aku menjadi seperti ini!!!” ucap Elang Dingin,tapi masih terdengar emosi
“sudah aku katakan sejak awal, seorang Elang akan baik jika lawannya juga bersikap baik,dan Elang juga akan bersikap kasar jika lawannya juga bersikap kasar!”Lanjut Elang kemudian ia melangkah pergi keluar rumah.
Setelah kepergian Elang suasana kembali hening,ketiga orang itu sibuk dengan pikirannya masing-masing
Sampai kemudian, Raspati berdiri dan ingin melangkah pergi dari sana,ia juga sama seperti Elang tidak mau berada di posisi seperti ini.
“Raspati kamu habiskan dulu sarapanmu nak”kata sang ibu
Ia terus melangkah keluar rumah,sengaja. Ia mengabaikan ucapan sang ibu
Taklama kemudian suara deruman motor terdengar meninggalkan halaman rumah.
“Aku menyakiti Putera-putera ku Arini”Ucap Reno Ayah Elang dan Raspati
“Sudah Mas… mereka hanya butuh waktu saja”Ucap Arini sang istri yang mencoba menenangkan Reno Suaminya.
--
Elang melajukan motornya secara ugal-ugalan dijalan raya yang sedikit padat itu untuk menuju kesekolahnya
Setibanya disekolah,ia memarkirkan motor besarnya di parkiran, ia turun dan melepaskan helm dikepalanya
Kemudian menyisir rambutnya kebelakang menggunakan sela-sela jari kekarnya.
Banyak siswi yang menatapnya memuji,Tampan. Itulah yang terlintas di otak mereka saat melihat Elang.
Tidak perlu diragukan bagaimana ketampanan yang dimiliki Elang,Hidung yang macung,Rahang yang tegas,alis tebal,bulu mata lentik, mata yang bulat sempurna,dan kumis tipis yang dimiliki Elang serta lesung pipi yang menambah nilai plus pria itu. Benar-benar sempurna bukan?
Elang mengayunkan langkah kakinya menuju kelas,disepanjang koridor tak hentinya ia mendengar para siswi yang berbisik-bisik memujinya.
Bodo amat- pikirnya
Sesampainya dikelas ia melempar kasar tasnya di atas meja sehingga membuat dua laki-laki yang sedang duduk di meja depanya terkejut
“Anjirr lo! Pagi-pagi mau buat gue smaput?”sewot salah satu anak lelaki itu.
“Bacot lo tupai”balas Elang yang sudah duduk di bangkunya
“Kenapa lo? Pagi-pagi udah unmood terus tuh muka kenapa tuh? Banyak bekas ciuman? Mana sampe sudut bibir lo pecah gitu”sahut pria satunya lagi yang duduk bersandar pada tembok,yang nametag seragamnya bertulisakan ‘Deeran Alviro’
“ihh sibego Deeran mah, mana ada sejarah orang abis ditonjok jadi bekas ciuman? Otak lu kadang-kadang Cuma se-iprit upil ya?” balas pria yang duduk disebelahnya si pemilik nama ‘Aviasyah Abraham’ yang kerap disapa ‘Pian’
“Ihh si bagong,itu mah ibarat istilahnya doang njirr”Balas Deeran dengan menoyor pelan dahi pian
“lu pada kalo mau debat diluar aja gih sono”ucap Elang menengahi
Baik Deeran maupun Pian saling diam tidak manyahut ucapan Elang,kali ini mereka berdua saling melirik lalu sedetik kemudian mereka memutar kursi mereka menghadap ke Elang.
“Serius lang,lo habis ribut sama siapa lagi sih?”ucap Deeran
Elang melirik kedua sahabatnya itu secara bergantian, lalu berkata “Siapa lagi yang sering jadi lawan gue?” ucapnya santai
“Raspati? Kenapa lagi sih? Heran gue,udah jadi sahabat,sodara, sekarang malah jadi Rival gini”sahut pian
“Najis sodaraan sama dia”ketus Elang
“Kali ini masalah apa lagi?”Tanya Deeran serius
“Alina”jawab Elang
Deeran dan pian yang mendengar nama itu langsung terdiam,mereka tau bagaimana sang pemilik nama ‘Alina’ itu berpengaruh besar terhadap Elang.
--
Kali ini sudah jam istirahat seluruh murid SMA Sanjaya sudah berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing
Sekarang Elang,Deeran dan Pian sudah berada dikantin. Baik Elang maupun Deeran sedang sibuk dengan Ponsel mereka masing-masing sedangkan Pian sudah melesat pergi pada penjual siomay di pojokan kantin,untuk memesan makan siang mereka bertiga.
Setelah beberapa menit Pian kembali dengan membawa sebuah nampan berisi tiga piring siomay
Sedangkan minum mereka sudah terletak diatas meja,Deeran yang memesannya tadi.
“Nih dimakan”ucap Pian
Elang dan Deeran mengalihkan pandangan mereka,yang tadinya tertuju pada handphone kini teralih menatap pian
“cepet amat lo ngantri pi?”Tanya Deeran
“Biasa lahh orang cakep tinggal serobot-serobot aja,apalagi yang ngantri disana cewek semua”balas Pian dengan cengiran
“Pasti lo gombalin semua kan?”sahut Elang
“Hahahaa tuh lo tau”
“kampret lu”
Mereka mulai fokus terhadap makanan mereka,Deeran dan Pian sudah melahap makan mereka
Sedangkan Elang menatap ragu siomay dipiringnya,perlahan tapi pasti ia mulai menyuapkan sesendok siomay kemulutnya
“Awsshhh”baru sekali mengunyah saja ia merasa nyeri pada sudut bibirnya
“Eh Lang kenapa?”Deeran menghentikan makannya,lalu menatap Elang dihadapannya
Meski Elang meringis pelan,Deeran sadar dan mendengar itu
“sakit”balas Elang,kemudian ia memuntahkan siomay yang masih dimulutnya itu ke lantai.
“Lo sih,berantem gak kira-kira”ucap Deeran
“Uks aja yok?”lanjut Deeran lalu berdiri
“Bener lang, UKS aja yok,gue temenin”Ucap Pian mengikuti Deeran yang sudah berdiri di hadapan Elang
“Lo berdua disini aja,makan tuh Siomay,gue bisa sendiri”Balas Elang
“yakin lo?”
“Ck. Gue bukan bocah”
Deeran dan Pian terkekeh mendengar ucapan Elang
“ntar gue sama Deeran nyusulin lo ke UKS”kata Pian lalu mulai duduk kembali pada tempatnya tadi
Elang hanya mengangguk kemudian melesat pergi menuju UKS
--