"Pria itu, lumayan juga!" gumam Ghinta secara perlahan.
Pria itu menoleh ke arah Ghinta, lalu Ghinta hanya menebar senyuman malu kepadanya. Untunglah pria nomor 26 itu tidak sombong, ia membalas senyuman dari Ghinta.
"Kok saat dia senyum, dia tambah menarik sih? Kan jadi suka!" ucap Ghinta dalam batin, seraya sesekali mengingat senyumannya.
Saat menunggu, sesekali Ghinta sering mencuri-curi pandang kepada pria itu. Ghinta memang tertarik untuk memiliki seorang kekasih yang pandai bernyanyi, karena ia bisa mendengarkan suara nyanyiannya setiap saat, setiap ia pinta. Di manapun, kapanpun, apapun itu, Ghinta akan terus mendengar suaranya yang indah. Ghinta sangat yakin, dari caranya pria itu mengekspresikan lagu yang akan dibawakannya, ia tahu benar bahwa suaranya memang bukan main.
"Benar-benar pria menarik," gumam Ghinta yang masih memperhatikannya secara diam-diam.
Tak lama setelah itu, kini gilirannya untuk bernyanyi dan menaiki panggung. Ghinta menarik napasnya dalam-dalam, mencoba untuk merasa tenang dan tidak merasa tegang.
"Tenang ... Jangan tegang ... Jangan tegang ... Harus tetap mengontrol jiwa dan raga ini," gumamnya berkomat-kamit.
Ia mulai melangkahkan kakinya menuju tempat uji nyali. Setelah sampai di atas panggung, Ghinta mulai memberi intruksi kepada panitia di sana untuk menyetelkan lagu yang akan dinyanyikannya.
Lagu sedang diputar, Ghinta berdiri ditengah-tengah panggung dan mulai bernyanyi, terlihat ia hanya mematung di sana sambil bernyanyi dengan perlahan. Ia berdiri tegang tanpa ekspresi dan tangan kanannya memegang sebuah microfon, lalu tangan kirinya memegang rok. Mencoba untuk memberikan sebuah penampilan terbaiknya, namun bukan itu yang dilakukannya, melainkan ia terlihat sangat aneh.
Pria nomor 26 itu menengok dan memperhatikan Ghinta secara seksama, ia tersenyum seperti meremehkan Ghinta.
"Nyanyi kok kayak patung. Aneh! Nggak ada ekpresi sama aksi panggungnya. Dasar!" gumam pria itu.
Ghinta memang tidak biasa jika harus mengekspresikan diri dihadapan semua orang, apalagi suara dia memang pas-pasan. Namun karena semua orang melihat ke arahnya, mereka semua menatap aneh ke arah Ghinta, karena Ghinta memang terlihat seperti patung di tengah panggung.
Namun, Ghinta mencoba untuk mengumpulkan semua keberaniannya untuk bisa menghibur mereka yang melihatnya, akhirnya semua keberanian dirinya sudah terkumpul dan di tengah-tengah lagu, Ghinta mulai mengangkat tangannya seraya melambai-lambaikan tangannya untuk mengajak semua penonton ikut larut dalam nyanyiannya.
"Patungnya jadi bergerak," kata pria nomor 26 itu.
Rupanya pria itu juga memperhatikan Ghinta sedari tadi, ada kemungkinan pria itu juga mulai tertarik terhadap Ghinta. Atau bahkan malah sebaliknya, ada kemungkinan ia hanya sekadar merasa penasaran dengan sosok Ghinta.
Musikpun berhenti, Ghinta segera turun dari panggung. Saat turun, terlihat pria nomor 26 itu menatap wajah Ghinta yang semu memerah dengan penuh keringat. Wajar saja, karena Ghinta melawan rasa malu saat ia berada di atas panggung.
"Gi-giliranmu," kata Ghinta malu-malu.
"Cukup bagus!" puji pria itu kepada Ghinta.
"Terima kasih." Ghinta merasa malu bertemu dengannya. Ia tahu, bahwa sedari tadi, mungkin pria itu sudah memperhatikannya.
"Daripada awalnya kayak patung. Tapi akhirnya sih bagus, kek patung yang dikasih nyawa," ujar pria nomor 26 itu.
Entah apa maksud dari kalimat itu. Entah itu pujian atau hinaan, Ghinta tidak tahu. Yang pasti pria nomor 26 itu cukup berbicara dengan angkuh kepada Ghinta. Lalu ia berjalan melewatinya dan segera naik ke atas panggung.
"Hey!" Tiba-tiba seseorang mengejutkan Ghinta dari arah belakangnya.
"Lo bikin gue kaget."
"Lo lucu tahu, nggak? Di panggung cuma diem berdiri, udah kek patung aja," kata Fani tersenyum.
"Lo orang kedua yang bilang gue kek patung."
"Emang yang pertama siapa?" tanya Fani penasaran.
Lalu mereka mendengar suara musik yang sudah dimainkan di panggung. Terdengar musik pop yang cukup ngebeat, membuat penonton mulai menyuraki, juga ikut bernyanyi bersama pria nomor 26 itu. Ternyata, pria jang dijuluki dengan pria nomor 26 itu, selain pandai bernyanyi, ia juga pandai membawa suasana. Sampai-sampai penonton dina ikut larut dalam lantunan disetiap lirik yang yang diucapkannya.
Tak tanggung-tanggung, pria itu mulai berjoged-joged dan berjingkrak-jingkrak layaknya seorang penyanyi papan atas. Ia menganggap bahwa panggung itu adalah miliknya sendiri.
"Gila!" ucap Ghinta pelan-pelan.
"Aduh, Hilman. Ada-ada aja!" kata Fani.
Ghinta yang mendengarnya terkejut. Pasalnya ternyata Fani mengenal pria tersebut.
"Lo kenal sama dia?" tanya Ghinta.
"Jelas kenallah, orang dia dulu suka main bareng sama gue," jawab Fani.
"Emang lo dulu satu sekolah ya, sama dia? Sampe bisa kenal segala dan pernah main bareng gitu, emangnya rumah dia deket sama rumah lo?" Ghinta mulai mengintrogasi dan mencari tahu tentang pria itu tanpa malu. Fani mulai curiga dengan pertanyaan yang diajukan ileh temannya itu, ia mulai merasa bahwa Ghinta memang menyukai pria yang termasuk teman kecilnya itu.
"Lo kenapa sih? Lo suka ya dia?" tanya Fani.
"Ih, apaan deh!" bantah Ghinta, "Udah ah! Ke kantin yuk! Haus nih."
Ghinta menarik tangan Fani dan pergi menjauhi panggung, sebelum ia pergi, ia sempat menengok ke arah pria nomor 26 itu dan memperhatikannya. Lalu ia menyadari bahwa dirinya harus ingat untuk tidak tergesa-gesa dalam memilih target.
"Nah, ketahuan kan?" goda Fani.
"Ssstt ...." Ghinta melototkan matanya dengan raut wajah yang malu dan pipi memerah. Rasa suka memang sulit dihilangkan jika sudah ketahuan.
*****
Cinta Tau Kemana Ia Harus Pulang
8898
1644
7
Fan Fiction
sejauh manapun cinta itu berlari, selalu percayalah bahwa cinta selalu tahu kemana ia harus pulang.
cinta adalah rumah, kamu adalah cinta bagiku.
maka kamu adalah rumah tempatku berpulang.
Liontin Semanggi
1609
972
3
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel.
Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah.
Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar.
Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya.
Sejak saat...
Pulpen Cinta Adik Kelas
493
290
6
Romance
Segaf tak tahu, pulpen yang ia pinjam menyimpan banyak rahasia.
Di pertemuan pertama dengan pemilik pulpen itu, Segaf harus menanggung malu, jatuh di koridor sekolah karena ulah adik kelasnya.
Sejak hari itu, Segaf harus dibuat tak tenang, karena pertemuannya dengan Clarisa, membawa ia kepada kenyataan bahwa Clarisa bukanlah gadis baik seperti yang ia kenal.
---
Ikut campur tidak, ka...
Bisikan yang Hilang
71
64
2
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...
Bukan Pemeran Utama
43
42
0
Inspirational
Mina, Math, dan Bas sudah bersahabat selama 12 tahun. Ketiganya tumbuh di taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah yang sama. Dalam perjalanan persahabatan itu, mereka juga menemukan hobi yang mirip, yakni menonton film.
Jika Bas hanya menonton film di sela waktu luang saat ia tak sibuk dengan latihannya sebagai atlet lari , maka kegandrungan Math terhadap film sudah berubah m...
Meta(for)Mosis
11288
2349
4
Romance
"Kenalilah makna sejati dalam dirimu sendiri dan engkau tidak akan binasa. Akal budi adalah cakrawala dan mercusuar adalah kebenaranmu...." penggalan kata yang dilontarkan oleh Kahlil Gibran, menjadi moto hidup Meta, gadis yang mencari jati dirinya.
Meta terkenal sebagai gadis yang baik, berprestasi, dan berasal dari kalangan menengah keatas. Namun beberapa hal mengubahnya menjadi buru...
Mistress
2631
1316
1
Romance
Pernahkah kau terpikir untuk menjadi seorang istri diusiamu yang baru menginjak 18 tahun? Terkadang memang sulit untuk dicerna, dua orang remaja yang sama-sama masih berseragam abu-abu harus terikat dalam hubungan tak semestinya, karena perjodohan yang tak masuk akal.
Inilah kisah perjalanan Keyra Egy Pillanatra dan Mohamed Atlas AlFateh yang terpaksa harus hidup satu rumah sebagai sepasang su...
Sanguine
5628
1719
2
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
Susahnya Jadi Badboy Tanggung
6074
1909
1
Inspirational
Katanya anak bungsu itu selalu menemukan surga di rumahnya. Menjadi kesayangan, bisa bertingkah manja pada seluruh keluarga. Semua bisa berkata begitu karena kebanyakan anak bungsu adalah yang tersayang.
Namun, tidak begitu dengan Darma Satya Renanda si bungsu dari tiga bersaudara ini harus berupaya lebih keras. Ia bahkan bertingkah semaunya untuk mendapat perhatian yang diinginkannya.
Ap...
Lucu n seru bangett prolognya🤣. Bikin semangat bacanyaa OMG.
Comment on chapter PROLOG