Read More >>"> LABIL (Plin-plan) (Bab Lima) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - LABIL (Plin-plan)
MENU
About Us  

Selama satu minggu, Ghinta memang sibuk dengan persiapan acara pensi yang akan diadakan di sekolahnya. Setiap jam pulang sekolah, ia berkumpul dan mempersiapkan segalanya bersama anggota OSIS lainnya. Lalu disela-sela kesibukannya, ia juga harus mengurus dan melatih anggota ekstrakulikuler yang diikutinya, yaitu PKS (Patroli Keamanan Sekolah). Begitulah Ghinta.
Ia pun mengikuti salah satu acara yang diselenggarakannya, yaitu mengikuti partisipasi dalam hal bernyanyi atau bisa disebut juga acara karokean sekolah. Ghinta dan Fani merencanakan untuk pergi membeli cd ke toko kaset, mereka pun pergi bersama dan memilih lagu yang mudah di hafal oleh mereka. Pintarnya, Ghinta tidak perlu membeli cd. Karena lagu yang akan dinyanyikannya ada di cd yang akan Fani beli.
"Emang rejeki gue nih," kata Ghinta.
"Rejeki apaan?" tanya Fani heran.
"Gue nggak perlu beli cd, Fan. Karena lagu gue ada di cd lo. Jadi gue minjem aja sama lo," jawab Ghinta.
"Idiiih... Ogah banget."
"Jangan pelit gitulah." Ghinta memasang raut wajah memelas di depan Fani.
"Jangan gitu deh! Aku jijik!"
"Afifah?"
"Fani! Bukan Afifah."
"Yaaa ... Itu kan kalimat di sinetron, Fan. Makanya nonton! Filmnya kurang berfaedah," sahut Ghinta.
"Ogah!" ujar Fani. "Yaudah deh! Lo boleh minjem, dasar nggak bermodal banget lo jadi panitia OSIS," lanjut Fani mengubah pikirannya.
"Kok nyesek ya?" umpat Ghinta dengan menatap wajah Fani dengan tajam.
Setelah mereka selesai membeli cd tersebut, Fani singgah di rumah Ghinta dan mulai melakukan latihan vokal di rumah Ghinta. Awalnya Fani dahulu yang berlatih bernyanyi, lalu dilanjut oleh Ghinta.
"Suara lo emang bagus, Fan!" Pujinya.
"Gue nggak sombong lo ya!" kata Fani senyum manja.
Suara Fani diakui memang bagus, sangat bagus. Ia menyanyikan sebuah lagu dengan penuh penghayatan, sampai orang yang mendengarnya ingin terus mendengar suara merdunya. Sedangkan saat Ghinta bernyanyi, suaranya memang fals, sangat fals dan sumbang. Ghinta memang tidak cocok menjadi seorang penyanyi, lebih cocok lagi ia menjadi pelatih karena hobbynya yang selalu teriak-teriak.
"Lo nada kemana-mana deh, Ge," kata Fani.
"Kemana-mana gimana?" tanya Ghinta.
"Nggak masuk, gembel."
"Ah, bodo amat! Gue emang bukan penyanyi," sahut Ghinta begitu saja.
"Dasar lo anjay!"
"Maimunah, maimunah, maimunah." Ghinta malah melantunkan lagu yang sedang hits dikalangan salah satu aplikasi yang sedang tren.
Fani membuang napasnya dengan kasar. Ghinta memang gadis yang menyebalkan, salah satu teman Fani yang sangat menyebalkan. Namun Fani masih tetap saja ingin menjadi temannya, padahal Fani nggak akan rugi juga kalau nggak berteman dengan Ghinta. Hahahaha....
Sampai akhirnya, pada hari sabtu ini acara pensi mulai dilakukan. Semua orang yang ada di sekolah berantusias dengan acara tersebut. Acara pensi ini ada berbagai acara, seperti khusus pameran melukis, dancer, theater, band-band sekolah, bahkan bernyanyi. Berbagai bakat bisa terlihat di acara ini, lebih tepatnya acara pensi ini bertepatan dengan acara milad sekolahnya, yaitu acara ulangtahun sekolah ini. Maka dari itu, acara ini dibuat sangat meriah oleh pihak sekolah.
Terlihat Fani dan Ghinta berada di bawah panggung, mereka sedang menunggu giliran mereka untuk bernyanyi. Perasaan gugup, tegang dan demam panggung mulai mereka rasakan sebelumnya. Lalu setelah lama menunggu dengan jantung yang berdebar dengan cepat tak terkontrol, akhirnya giliran Fanilah yang lebih dulu.
"Do'ain gue, Ge."
"Do'aku selalu menyertaimu, nak!" sahut Ghinta seraya mulai memeluk tubuh Fani.
"Lo jangan lebay ah! Emangnya ini ajang pencarian bakat apa?"
"Serba salah, kan gue?" tanyanya sendiri.
"Udah ah! Bye!" Fani pun pergi ke atas panggung dan memberikan kaset cd kepada panitia yang bertugas di sana.
Lalu Fani mulai melantunkan lirik pertama dari lagu yang akan dinyanyikannya, banyak orang yang mengagumi suara teman Ghinta itu. Membuat Ghinta merasa minder dan rasa percaya dirinya mulai hilang, padahal rasa narsisme dia sangatlah tinggi.
Pandangan Ghinta teralihkan ketika mendengar samar-samar suara seorang pria yang bernyanyi. Ia melihat ke arah sekitarnya, mencari-cari asal suara tersebut. Terlihat di samping panggung ada seorang lelaki yang sedang bernyanyi sambil menggerakkan kedua kakinya dan kedua tangannya, seakan ia sedang bermain drum sambil bernyanyi.
Pandangan itu, membuat Ghinta merasa mulai menyukai dirinya. Ia berbadan kecil, tidak terlalu tinggi, namun kalau diperhatikan secara seksama ia terlihat tampan dan juga keren. Karena Ghinta ingin mengenal sosok pria itu, ia pun memberanikan diri untuk bertanya padanya.
"Hai!" Ghinta menyapa pria itu, namun karena kerasnya musik sampai tak terdengar. Ia pun mencobanya sekali lagi, "hai! Hello!"
Pria itu menoleh, "Iya? Kenapa?" tanyanya.
"Mm... Kamu bagian nomor berapa?" tanya Ghinta basa-basi baso tahu.
"Nomor 26," jawabnya singkat. Laku ia kembali melanjutkan lantunan nyanyiannya.
"Ah, iya. Aku nomor 25," kata Ghinta seraya berteriak.
Pria itu menganggukkan kepalanya saja. Seakan ia mendengar ucapan Ghinta setelahnya. Namun Ghinta malah penasaran dengan pria itu, ia masih ingin mengajak ngobrol perihal dirinya. Ia pun mencoba sekali lagi.
"Berarti gue dulu setelah ini, lalu lo yang nyanyi selanjutnya," ungkap Ghinta.
Pria itu kembali menoleh, "angka 26 angka keberuntungan."
Ghinta tidak paham dengan kalimat itu, ia tidak tahu maksud dari kata keberuntungan dan angka tersebut. Namun ia merasa sangat senang, karena bisa mengobrol walaupun hanya sebentar dan bahkan mungkin Ghinta tidak mendengar jelas suara yang dimilikinya. Tak sia-sia bagi Ghinta terus menatapnya, dan juga memberanikan diri untuk bertanya. Dengan hal itu, membuat Ghinta merasa sedikit puas dan tidak merasa penasaran lagi terhadapnya.
*****

How do you feel about this chapter?

2 1 0 0 2 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • ShiYiCha

    Lucu n seru bangett prolognya🤣. Bikin semangat bacanyaa OMG.

    Comment on chapter PROLOG
  • GNR

    👍👍👍

    Comment on chapter Bab Enam
  • Bulan_Lani

    Semoga merasa terhibur ya! 😊

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
Reason
399      278     3     
Romance
Febriani Alana Putri, Perempuan ceria yang penuh semangat. Banyak orang yang ingin dekat dengannya karena sikapnya itu, apalagi dengan wajah cantik yang dimilikinya menjadikannya salah satu Perempuan paling diincar seantero SMA Angkasa. Dia bukanlah perempuan polos yang belum pernah pacaran, tetapi sampai saat ini ia masih belum pernah menemukan seseorang yang berhasil membuatnya tertantang. Hing...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
4614      1653     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
Little Spoiler
931      573     0     
Romance
hanya dengan tatapannya saja, dia tahu apa yang kupikirkan. tanpa kubicarakan dia tahu apa yang kuinginkan. yah, bukankah itu yang namanya "sahabat", katanya. dia tidak pernah menyembunyikan apapun dariku, rahasianya, cinta pertamanya, masalah pribadinya bahkan ukuran kaos kakinya sekalipun. dia tidak pernah menyembunyikan sesuatu dariku, tapi aku yang menyembunyikan sesuatu dariny...
RISA (Adik Abang Tersayang)
923      520     5     
Short Story
Abang hidup dalam bayang Risa.
Gue Mau Hidup Lagi
368      234     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Unknown
212      174     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!
One-room Couples
1042      505     1     
Romance
"Aku tidak suka dengan kehadiranmu disini. Enyahlah!" Kata cowok itu dalam tatapan dingin ke arah Eri. Eri mengerjap sebentar. Pasalnya asrama kuliahnya tinggal dekat sama universitas favorit Eri. Pak satpam tadi memberikan kuncinya dan berakhir disini. "Cih, aku biarkan kamu dengan syaratku" Eri membalikkan badan lalu mematung di tempat. Tangan besar menggapai tubuh Eri lay...
Pantang Menyerah
216      187     0     
Short Story
Rena hanya ingin mengikuti lomba menulis cerpen tetapi banyak sekali tantangannya, untuk itu dia tidak akan menyerah, ia pasti akan berhasil melewati semua tantangan itu dengan kegigihan yang kuat dan pantang menyerah
Premium
Titik Kembali
4582      1488     16     
Romance
Demi membantu sebuah keluarga menutupi aib mereka, Bella Sita Hanivia merelakan dirinya menjadi pengantin dari seseorang lelaki yang tidak begitu dikenalnya. Sementara itu, Rama Permana mencoba menerima takdirnya menikahi gadis asing itu. Mereka berjanji akan saling berpisah sampai kekasih dari Rama ditemukan. Akankah mereka berpisah tanpa ada rasa? Apakah sebenarnya alasan Bella rela menghabi...
Kirain Hantu
328      219     3     
Short Story
Aku terbangun beberapa menit selepas jam dua dini hari. Sebelum keluar kamar, aku menatap sejenak cermin dan melihat seorang wanita berwajah pucat, berambut panjang, dengan pakaian putih. Aku menjerit karena terkejut dan mengira ada hantu. Ternyata, wanita berpakaian putih yang aku lihat di cermin bukan hantu, melainkan pantulan diriku sendiri.