Read More >>"> Teman Khayalan (Bab 2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Teman Khayalan
MENU
About Us  

“Huhuhu ...”

 

Pagi itu, ketika mentari mulai naik ke singgasananya, menyambut hari dengan bahagia. Burung-burung berkicau riang, hingga akhirnya terganggu akan seorang gadis yang menyembunyikan wajahnya di bawah pepohonan. Tubuh mungil dengan rambut pirang lurus sebahu, beradu dengan batang pohon yang mulai bergerak terkena angin. Jemarinya bergerak perlahan, telapak kakinya saling bertumpukan dan sesekali menghentakkan diri ke tanah. Desiran angin yang kuat tak lantas mempengaruhi dirinya, malah semakin membuat dia menikmati masa tenang dan menumpahkan segala emosi. Kala itu, di bukit yang menghijau pada musim penghujan, perempuan berkulit kuning cerah hanya sendirian menikmati sepi bersama sendu yang merayapi kalbu.

 

“Hei, hei, teman kecil. Bukankah hari ini terlalu indah untuk menumpahkan air mata?”

 

Perempuan tersebut menghentikan tangisnya sekejap, wajah dibalik kedua tangannya mencoba mengintip ke sekitar. Tidak ada orang, mungkin hanya perasaanku saja.

 

Ia kembali pada kegiatan awal, dan kali ini semakin kencang suara tangisnya. Cukup lama hingga dirinya tesentak oleh sebuah sentuhan. “Mama!” pekiknya spontan, hingga ia terjerembab dan jatuh ke hamparan rumput. Sebuah tangan menyambut dirinya, ia terkejut bukan main. “Siapa kamu? Menjauh dariku!” gertak gadis itu setelah memperhatikan detail manusia dihadapannya. Seorang lelaki yang mungkin tidak jauh berbeda umurnya dengan dia, cukup menawan dengan kulit cerah dan paras rupawan. Wajahnya pun seperti terbuat dari cetakan yang sempurna. Hidung mancung dan bola mata yang indah, dengan iris cokelat berbinar pada bola matanya. Tanpa terasa, pipi gadis itu merona.

 

“Aku hanya ingin membantumu. Lihatlah, wajahmu sudah seperti tomat matang sekarang. Hahaha.” Pria kecil itu tertawa kecil, namun tangannya tetap terulur dan tidak berpindah posisi. Dengan sungkan, akhirnya perempuan itu menerima uluran tangan yang datang kepadanya. “Namaku Ferd. Kamu kenapa menyendiri di sini? Oh, lihat bulir bening itu.” Jemari Ferd dengan lincah menyeka air mata gadis dihadapannya. Ia telaten dan lembut menghapus bekas kesedihan kawan kecilnya, bahkan terasa hingga ke dalam diri sang gadis. “Anak kecil seperti kita, tidak boleh meresapi kehidupan terlalu berlebih. Karena setelah dewasa nanti, masalah yang datang akan semakin banyak. Nikmati usia muda yang masih minim masalah.”

 

Perempuan itu menaikkan sebelah alisnya, “Eve,” katanya, yang dibalas tatapan penuh misteri oleh Ferd. “Namaku Evelyn, panggil saja Eve,” imbuh Eve untuk memperjelas kalimatnya. “Terima kasih.”

 

Ferd hanya tersenyum, yang menambah nilai plus, membuat ia bertambah manis. Kemudian dirinya bersandar pada batang pohon yang lantas diikuti oleh Eve. Pandangannya menyapu sekitar bukit, kemudian pada langit yang cerah di atas sana. Gumpalan awan yang bergerak memberinya ketenangan, apalagi diringi kepakan burung yang terbang kesana kemari mengikuti arah angin. Daun berguguran, menimpa sekeliling mereka seperti mengartikan hati Eve yang butuh rasa sunyi. Meski begitu, sesungguhnya gadis tersebut masih sangat penasaran dengan Ferd yang tiba-tiba saja datang ke hidupnya yang nelangsa. Apalagi di usia yang teramat muda, kata-kata bijak Ferd merupakan kemustahilan di umur mereka.

 

“Mari berteman,” ujar Ferd datar, dengan mata tertutup serta menengadah pada langit. Tubuhnya ia rebahkan, bersantai ria di antara ribuan kata tanya yang belum sempat Eve utarakan. Eve memang memiliki banyak teman, namun akhir-akhir ini karena hal buruk yang datang terus menerus ke hidupnya, membuat dia jarang bermain dan bergabung dengan yang lain. Eve merasa, ia hanya sendiri.

 

“Sudah kubilang, jangan dirasakan secara berlebih. Nikmati saja hembusan angin yang melewati,” sahut Ferd di antara keheningan, yang membuat Eve sempat tersentak. Ah, anak itu memang sulit diterka. Eve hanya sanggup mengangguk dan mengikuti gaya Ferd, dengan terlebih dahulu menyelonjorkan kakinya. Nyaman sekali, Eve bahkan dapat merasakan belaian dari udara yang selama ini tidak pernah dinikmatinya sedemikian rupa seperti sekarang. Atau, memang Eve terlalu merasa tertekan? “Anak kecil sudah seharusnya lebih menikmati hidup, apalagi jika Tuhan telah menyediakan semuanya. Itu kata mamaku.”

 

Ah, benar. Eve mengiyakan kalimat demi kalimat yang pria kecil itu sampaikan. Mamanya Ferd sangatlah bijak, pantas jika teman barunya ini sangat santai dan damai. Andai saja Eve bisa melakukan hal yang sama sejak dahulu. Hmmm .....

 

Tunggu, sepertinya ada satu hal yang dilupakannya. Dengan mata tertutup, Eve bergumam kecil, “Kau, dari mana?”

 

Belum sempat gadis itu mendapat jawaban, sebuah lengkingan yang menyakitkan telinga terdengar samar. “Eve! Go home now!” Ia mengerjap, lantas terkejut mendapati Ferd tidak ada di tempatnya. Kemana bocah itu, bukankah baru saja mereka berbincang?

 

Eve bangkit dengan rasa takut, berniat menghampiri ibunya sebelum dirinya menjadi bulan-bulanan oleh wanita itu. Rumah bukan lagi tempat yang paling membuatnya betah berlama-lama sekarang. Tidak ada canda tawa, berbagi cerita, suara televisi, bahkan pelukan saja kini menjadi momen langka. Ralat, sepertinya selamanya tidak akan pernah ada lagi. Semua berubah, sebab suatu hal yang tidak dia mengerti. Tentu saja, baru tujuh tahun dia hidup dan disuguhkan masalah orang tuanya.

 

Terlintas bagaimana ayah dan ibunya bergantian memangku Eve ketika menaiki ayunan. Dengan badannya yang mungil, ia bahkan mampu menyelinap ketika mereka duduk bersama di ruang keluarga sambil membaca majalah. Apalagi Eve sangat disenangi tetangga karena parasnya yang manis, ibunya selalu bangga membawa dia kemana-mana. Tapi sekarang, jauh berbeda. Jangankan mengajaknya jalan-jalan ke taman di akhir pekan, bertamu ke sebelah rumah seraya ibunya bergosip pun sudah tidak pernah. Eve tidak lagi memiliki alasan untuk bergaul dengan orang banyak, ia hanya sibuk memikirkan kenapa sikap dua orang yang sangat berharga dalam hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat.

 

“Ah!” Jari kakinya yang menyembul dibalik sandal jepit menyenggol sesuatu. Eve mengambil benda itu. Bentuknya persegi panjang dan keemasan, sebuah cokelat dengan topping kacang mede?

 

C’mon, Eve! Kenapa kamu begitu lama?”

 

Eve panik melihat ibunya semakin mendekat, segera ia sembunyikan pemberian misterius itu di saku baju. Mungkin, mungkin saja Ferd tidak sengaja meninggalkan jajanannya disini. “I’m sorry, Mom.” Ia bahkan tak berani memandang wajah ibunya yang memerah, dengan mata membulat seperti hendak keluar dari tempatnya. “Go home!” perintah ibu muda tersebut seraya menarik terlinga Eve, dan gadis kecil itu hanya meringis serta turut mengikuti langkah sang ibu. Ia hanya berharap, suatu saat bisa bertemu dengan teman kecilnya itu lagi. Semoga saja.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Crystal Dimension
276      184     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Time Travel : Majapahit Empire
43754      4028     9     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
Orange Haze
316      216     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
The Past or The Future
392      310     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
Surat untuk Tahun 2001
2773      1620     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...
I'il Find You, LOVE
5326      1404     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
Story Of Chayra
8192      2569     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...
Venus & Mars
4530      1261     2     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagunan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan ...
Love Dribble
9276      1671     7     
Romance
"Ketika cinta bersemi di kala ketidakmungkinan". by. @Mella3710 "Jangan tinggalin gue lagi... gue capek ditinggalin terus. Ah, tapi, sama aja ya? Lo juga ninggalin gue ternyata..." -Clairetta. "Maaf, gue gak bisa jaga janji gue. Tapi, lo jangan tinggalin gue ya? Gue butuh lo..." -Gio. Ini kisah tentang cinta yang bertumbuh di tengah kemustahilan untuk mewuj...
Return my time
243      207     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.