Loading...
Logo TinLit
Read Story - Crashing Dreams
MENU
About Us  

.

.

Pikirannya tidak fokus sejak kemarin. Hari ini pula Chiharu kebanyakan melamun sambil berjalan.

Bruk!

Entah sudah yang keberapa kali dia bertabrakan. Dengan cepat Chiharu meminta maaf pada orang yang sudah dia tabrak kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang klubnya.

Dengan perasaan khawatir Chiharu mempercepat langkahnya. Khawatir jika gosip yang sejak pagi dibicarakan teman-temannya menjadi kenyataan. Chiharu sempat menepis gosip itu namun lama-kelamaan gosip itu menyebar dengan cepat dilingkungan sekolahnya. Dia tidak akan percaya gosip itu jika tidak melihat kenyataannya dengan mata kepalanya sendiri. Atau lebih tepatnya Chiharu tidak ingin mempercayai gosip itu.

Ruang klubnya sudah terlihat. Chiharu merapikan blazernya sebelum masuk kedalam, sambil berdoa bahwa tidak akan ada hal baru yang bisa membuatnya jantungan.

Konnichiwa, minna!” Sapa Chiharu dengan ceria pada teman-teman dan kouhainya. Matanya menangkap sosok yang selama ini memenuhi pikirannya.

Laki-laki berkaca mata itu terlihat memberikan arahan pada adik kelas mereka. Chiharu menghela nafas lega, menepis segala pikiran buruk dikepalanya. Kemudian Chiharu menghampiri Mio yang sedang sibuk menulis sesuatu di buku catatannya bersama beberapa buku literatur berjajar di mejanya. Selama pengamatannya tidak ada yang aneh selama Chiharu masuk ke ruang klub. Mungkinkah gosip itu salah?

Mio menyadari kedatangan Chiharu lalu menyapanya dengan ceria. Gadis itu meletakkan pensilnya lalu menarik Chiharu lebih dekat. “Ada gosip baru hari ini. Kau sudah dengar?”

Dengan jantung berdebar kencang, Chiharu menggelengkan kepalanya.

“Toma dan Haruka berpacaran.” Bisik Mio dengan mata bersinar geli sekaligus takjub. “Semua anggota klub juga baru mengetahuinya hari ini. Ada yang bilang mereka sudah berpacaran sejak tiga hari yang lalu.”

Chiharu berusaha menjaga ekspresinya untuk tetap tenang. Rasa sakit dan nyeri mulai merasuki dadanya. Dia berusaha tersenyum mendengar Mio memberikan pendapatnya mengenai kedekatan kedua teman mereka meski setiap inci senyumnya terasa menyakitkan.

Chihari menatap sedih laki-laki berkaca mata itu. Laki-laki yang sudah mengambil hatinya sejak lama. Alasan Chiharu masuk ke dalam Klub Sastra juga karena laki-laki itu ada di dalam klub itu. Ketika laki-laki itu menawarinya masuk ke dalam Klub Sastra, tanpa pikir panjang Chiharu menyetujuinya meskipun dia tidak begitu pintar dalam sastra Jepang. Semua pengorbanan agar bisa bersama laki-laki itu terasa sia-sia. Tanpa Chiharu sadari, laki-laki itu menyimpan hatinya untuk gadis lain yang tidak lain teman satu klub mereka. Dan gadis itu kini sedang bercanda dengan salah satu adik kelas mereka.

Haruka. Mulai sekarang Chiharu sangat membenci gadis itu, dia sudah merebut laki-laki yang dicintai Chiharu secara diam-diam. Licik. Padahal Chiharu sudah menganggap Haruka sebagai sahabatnya namun gadis itu sudah menusuknya dari belakang. Saat ini gadis itu adalah musuhnya. Bagaimanapun caranya Chiharu harus menghancurkan gadis itu.

Sebuah ide terpikirkan oleh Chiharu. Setelah kegiatan klub selesai, dia segera pulang ke rumah dan memikirkan rencananya.

~~~~~~

Toma mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil ketika keluar dari kamar mandi. Wajah yang selalu memakai kacamata itu nampak lebih segar dan tampan. Laki-laki itu memakai kacamatanya saat menerima pesan singkat yang baru saja masuk. Dia tersenyum membaca pesan itu lalu membalasnya singkat. Setelahnya Toma meletakkan ponselnya di meja belajar dan merayap ke atas ranjang.

~~~~~~

Kedua pasangan itu berjalan di taman bunga sambil bergandengan tangan. Angin musim semi bertiup lembut dan hangat menyertai langkah mereka.

Laki-laki berkaca mata itu mengeratkan genggamannya pada gadis yang dicintainya. Seakan dia takut jika gadis itu pergi sewaktu-waktu. Sedangkan gadis itu tersenyum malu menerima genggaman hangat itu. Mulut mereka terkunci namun genggaman tangan mereka mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Tanpa mengeluarkan kata-kata, hanya dengan memberikan sikap manis pada pasangan bisa mengunggapkan isi hati mereka.

Angin kembali berhembus, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Kelopak-kelopak bungan berterbangan mengikuti arah angin yang tidak beraturan. Mereka melindungi pandangan mereka dari debu dan angin. Dan ketika angin berhenti bertiup, mereka cukup terkejut saat berada di tempat asing.

Mereka seperti berada di tengan hutan. Disekeliling mereka hanya ada pohon-pohon menjulang tinggi. Bau lembab dan tanah basah tercium dari berbagai arah. Langit yang sebelumnya terlihat cerah kini berubah gelap dan mencekam dengan cahaya bulan bersinar mengerikan.

Terdengar suara ranting patah di dekat mereka. Seseorang muncul dari balik pohon besar di seberang mereka. Sosok itu mengenakan kimono dan menyembunyikan wajahnya dengan topeng kitsune. Tiba-tiba sosok itu mengeluarkan tantou dari balik jubahnya.

Tanpa pasangan itu sadari, sosok itu berlari kearah mereka dengan cepat. Dengan berani, laki-laki itu melindungi gadinya dibelakangnya. Namun sosok itu tiba-tiba sudah berada di depan laki-laki itu lalu menendangnya. Laki-laki itu terjungkal kesamping menabrak pohon dengan suara benturan sangat keras.

Dalam keadaan seperti itu, laki-laki itu tidak bisa menjangkau gadis dicintainya. Seakan waktu berputar sangat cepat, sosok itu mengangkat belatinya, bersiap menebas gadisnya. Kemudian belati itu berayun dengan sangat cepat.

~~~~~~~~~

“Haruka!!”

Keringat membasahi pelipisnya. Bahkan baju tidurnya ikut cukup basah karena keringat. Laki-laki itu berusaha bangkit untuk menenangkan dirinya. Ketika bangun, pundaknya terasa begitu nyeri. Seperti sehabis membentur tembok dengan sangat keras.

Toma kembali mengingat mimpi buruknya barusan. Didalam mimpinya, dia membentur pohon dengan keras pula. Rasanya begitu nyata untuk sebuah mimpi. Lalu Toma teringat hal terakhir dalam mimpinya.

Dengan khawatir, Toma meraih ponselnya dan bersiap menghubungi gadis itu. Namun waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Sudah begitu larut untuk menghubungi seseorang. Namun rasa khawatir di dadanya tidak bisa berkurang. Rasa nyeri di bahunya seakan berhubungan dengan mimpinya barusan. Dan hal terakhir yang Toma lihat, terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu.

Orang lain pasti akan mentertawakannya karena percaya dengan bunga tidur. Toma juga bukan orang yang percaya dengan hal-hal berbau mistis. Namun mimpi yang dia alami memang terasa begitu nyata. Tiupan angin dan bau lembab hutan benar-benar dirasakan Toma, bahkan sampai sekarang dia masih bisa merasakannya.

Toma akan menanyakan kabar gadis itu besok pagi. Semoga saja mimpi itu bukan pertanda buruk bagi gadis itu.

~~~~~~

Matanya terbuka perlahan. Menatap langit-langit kamar penuh bintang yang menyala dalam kegelapan.

“Sudah selesai?”

Chiharu menoleh. Sosok laki-laki tampan dengan jubah hitam menatapnya dengan tersenyum. Bukan. Lebih tepatnya laki-laki itu menyeringai padanya. Dengan kedua tangan terlipat didepan dada membuatnya terlihat seperti makhluk paling berkuasa di alam semesta ini.

Chiharu bangkit dari tidurnya. Menatap kedua tangannya yang tidak berhenti gemetar.

“Kau takut?”

Chiharu kembali menatap laki-laki itu. “Tidak. Aku hanya merasa… tadi terasa nyata. Sangat nyata.”

Laki-laki itu menyeringai semakin lebar mendengar penuturan Chiaru yang begitu polos. Tangan dinginnya mengelus pipi gadis itu, menarik perhatian gadis itu padanya.

“Bagaimana perasaanmu?”

Ditatapnya mata merah laki-laki itu. Chiharu tidak merasa takut dengan mata cerah semarah darah itu. Dia tahu laki-laki itu tidak suka ada makhluk yang lebih rendah darinya, berani menatap matanya secara langsung. Kecuali Chiharu.

Bagaimana perasaannya? Bahkan Chiharu tidak tahu harus memberi tanggapan apa setelah mengalami mimpi itu.

Ya. Sosok bertopeng dalam mimpi sepasang kekasih itu adalah Chiharu. Dengan bantuan Raja Kegelapan yang tidak lain adalah laki-laki tampan didepannya, Chiharu ingin mengacaukan hidup sepasang kekasih itu. Tapi Chiharu tidak menyangka jika mimpi itu terasa begitu nyata. 

”Entahlah, aku tidak tahu.”

"Kau ingin mencobanya lagi?"

Mendapat tawaran yang sulit diabaikan, Chiharu menatap mata merah itu penuh harap. ”Boleh?”

Laki-laki itu kembali tersenyum, bukan seringai jahat dan licik yang sering dia tunjukan. Senyumnya terlihat lembut dan menawan. ”Lain kali. Kau harus istirahat setelah perjalanan jauhmu.

Laki-laki itu merebahkan tubuh Chiharu.

“Tidurlah.” Ucapnya seraya menyelimuti gadis itu. ”Aku akan menjagamu.”

Chiharu menatap mata merah itu sejenak. Mencari sosok sebenarnya dari laki-laki itu namun Chiharu tidak bisa menembusnya. Akhirnya dia menyerah dan memejamkan matanya.

Tatapan laki-laki itu berubah sendu. Menjaga perasaan tulusnya pada gadis itu. Chiharu datang padanya meminta bantuan untuk mengacaukan mimpi laki-laki yang Chiharu cintai. Dengan senang hati dia mengabulkan permintaan gadis itu.

Bagaimanapun dia juga memiliki perasaan. Raja Kegelapan yang ditakuti semua makhluk telah menyimpan perasaannya pada gadis manusia biasa.

~~~~~

Haruka terus menundukkan kepalanya, menatap jalanan dengan bingung dan khawatir. Dia sedang memikirkan sesuatu. Mimpinya semalam cukup membuatnya syok. Bahkan setelah terbangun dari mimpinya, Haruka tidak berani untuk tidur lagi. Dia sangat takut jika memimpikan hal yang sama.

Seseorang memanggil namanya ketika sampai di gerbang sekolah. Haruka mendongak dan melihat laki-laki yang kini menjadi kekasihnya, berlari kecil menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

“Tadi pagi aku kerumahmu tapi ibumu bilang kau sudah berangkat.” Toma terlihat khawatir dan nafasnya memburu. Sepertinya dia berlari untuk segera menyusul Haruka.

Ah, gomen.

Sejak mereka berpacaran, Toma akan menjemput Haruka dan mereka berangkat bersama. Kebetulan rumah mereka satu arah. Namun karena mimpinya semalam, Haruka tidak berani untuk bertemu Toma dan tanpa sadar dia berangkat sendirian.

"Daijobu?” Toma memperhatikan wajah lelah Haruka. Juga terdapat kantung hitam dibawah matanya. “Kau sakit?”

Haruka menggelengkan kepalanya. Tidak ingin membuat Toma khawatir. “Aku hanya kurang tidur. Sebentar kali kita akan ujian.”

Ucapan Haruka terdengar tidak meyakinkan. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan kekasihnya itu. Tapi Toma tidak ingin memaksa Haruka. Mungkin akan ada waktunya nanti Haruka menceritakan masalahnya.

Toma menganggukkan kepalanya dan tersenyum. “Sebentar lagi bel berbunyi, sebaiknya kita segera masuk ke kelas.”

Gadis itu mengangguk. Mereka berjalan memasuki sekolah bersama namun tidak ada percakapan di antara mereka. Toma dan Haruka bergelut dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga mereka perpisah karena berbeda kelas, mereka masih sibuk dengan pikiran mereka.

Tanpa pasangan itu sadari, seseorang telah memperhatikan sikap mereka sejak didepan gerbang sekolah. Dia tersenyum kecil lalu pergi menuju kelasnya.

~~~~~~~

Mio merasa ada yang berbeda dari Haruka hari ini. Biasanya gadis itu akan menyapanya dan menanyakan kabarnya dengan ceria namun hari ini Haruka lebih pendiam. Sejak pelajaran dimulai, Haruka terus memperhatikan bukunya dengan pandangan kosong. Haruka juga tidak menyapa Mio atau menoleh ke arahnya.

Setelah pelajaran pertama selesai, Mio menghampiri Haruka dengan khawatir. “Haruka, daijobu?

Haruka terkejut saat Mio menepuk bahunya. Dia begitu sangat khawatir dengan sekitarnya karena mimpinya selamam. Haruka tidak bisa melupakan tiap detik dari mimpinya semalam. Mimpi itu seperti sebuah pertanda akan hubungannya dengan Toma.

Tubuhnya mengigil. Jantungnya berdebar kencang. Tanpa sadar Haruka meraba lehernya yang terasa dingin. Membayangkan pendang dari sosok itu berhasil mengoyak lehernya. Wajah pucat Haruka semakin membuat Mio khawatir.

“Haruka?"

Gadis itu menatap Mio dengan takut. “Mio… aku… aku takut.” Suaranya bergetar.

“Apa yang terjadi? Sekarang katakan ada apa?” Mio memegang tangan gadis itu yang berkeringat dan terasa dingin. Beruntung tidak banyak siswa di kelas sehingga mereka bisa membicarakan hal yang serius tanpa gangguan orang lain.

Haruka menundukkan kepalanya. ”Semalam aku bermimpi. Aku dan Toma berjalan-jalan di taman bunga. Suasana disana sangat indah dan menenangkan. Lalu tiba-tiba angin berhembus kencang dan bagi hembusan itu benar-benar terasa. Hembusan angin itu begitu kuat dan dingin mengenai tubuhku. Saat aku membuka mataku, kami berada di tengah hutan. Lalu ada seseorang bertopeng muncul di balik hutan. Dia menyerang kami dan Toma berusaha melindungiku. Tapi sosok itu melempar Toma menjauh dariku. Dan sosok itu menebasku dengan pedang.”

Haruka menatap Mio dengan serius, tampak cukup frustasi.

"Mio, kurasa mimpi itu nyata. Aku bisa mencium bau lembab pepohonan dan tanah. Hutan yang kurasanya didalam mimpiku benar-benar nyata. Aku sendiri tidak tahu kenapa, tapi aku sangat yakin jika mimpi itu pernah kualami.”

“Tapi Toma tidak apa-apa kan? Berarti itu hanya mimpi. Lagipula terkadang mimpi memang terasa nyata.”

 “Tidak, mimpiku benar-benar nyata. Kami benar-benar ada di hutan itu.”

Mio tersenyum kecil pada temannya. Mungkin karena hubungan mereka masih baru, Haruka memiliki pikiran buruk jika hubungan mereka berakhir sia-sia. “Kau hanya terlau memikirkan hubungan kalian. Hubungan kalian pasti akan baik-baik saja.”

Percuma. Mio tidak akan percaya dengan ceritanya. Memang terdengar gila tapi Haruka yakin mimpi itu benar-benar nyata. Meski dia terbangun dari tidurnya, entah kenapa Haruka bisa merasakan hembusan angin itu dan genggaman tangan Toma. Jika benar itu hanya mimpi, maka mimpi itu pertanda buruk bagi Haruka dan Toma.

Toma. Apa laki-laki itu semalam juga bermimpi buruk sepertinya?

~~~~~

Tangannya sibuk mengerjakan tugasnya. Kamar itu cukup redup dengan cahaya meja belajar yang paling menerangi ruangan. Sosok berjubah itu terus memperhatikannya. Duduk di kursi mewah kebesarannya dengan kaki bersila layaknya seorang bangsawan. Matanya tidak lepas menatap Chiharu. Raja Kegelapan sangat suka melihat gadis itu melakukan sesuatu. Segala sikap dan tingkah begitu berharga untuk diperhatikan.

“Apa kau tidak bosan?”

Sebelah alis Raja Kegelapan terangkat. Dia pikir Chiharu mengabaikannya sejak tadi. Lalu gadis itu menoleh padanya.

“Sejak aku masuk ke kamar, kau tidak berhenti memperhatikanku. Apa kau tidak mempunyai pekerjaan di kerajaanmu? Kau seorang Raja kan?”

Chiharu siapa dan darimana Raja Kegelapan berasal. Gadis itu tahu segala hal tentang Raja Kegelapan kecuali perasaannya terhadap gadis itu.

Raja Kegelapan beranjak mendekati Chiharu. Secara ajaib kursi mewahnya menghilang bagaikan asap. Gadis itu cukup terkejut saat Raja Kegelapan berlutu didepannya.

"Kau mengusirku, Hime?" Seringai licik namun mempesona terpampang diwajahnya melihat Chiharu salah tingkah dengan panggilan itu. Mengabaikan laki-laki itu, Chiharu kembali mengerjakan tugas sekolahnya.

“Terserah.” Ucap Chiharu acuh.

Merasa sudah cukup puas, Raja Kegelapan beranjak menuju jendela kamar Chiharu yang terbuka lebar. Dia berbalik untuk melihat Chiharu untuk terakhir kali dan gadis itu kini tengah menatapnya.

Oyasumi”. Senyuman tulus mengawali kepergian Raja Kegelapan.

Chiharu masih menatap jendela kamarnya yang terbuka. Dimana laki-laki itu melompat keluar lalu menghilang dengan cara tidak masuk akal. Untuk sejenak Chiharu merasa kesal saat laki-laki itu pergi. Meski terlihat dingin dan jahat, laki-laki itu selali bersikap baik terhadap Chiharu. Tidak pernah sekalipun Raja Kegelapan menyakitinya.

Tiga tahun Chiharu mengenal Raja kegelapan itu, dia masih tidak mengerti kenapa laki-laki itu tidak membunuhnya. Padahal sangat jelas laki-laki itu memangsa hidup manusia yang dia temui tapi sampai detik ini Chiharu masih bisa menikmati udara segar. Malahan semakin lama mereka terlihat semakin akrab.

Chiharu mengabaikan masalah itu dan kembali mengerjakan tugasnya.

~~~~~

Tap.. Tap.. Tap..

Suara langkahnya menggema di lorong itu di iringi kibaran jubahnya yang memperlihatnya seberapa besar kuasanya pada tempat itu. Langkahnya berhenti pada pintu besar keemasan dengan ukiran-ukiran rumit. Tanpa menyentuhnya, pintu itu terbuka dengan sendirinya seakan mengerti jika tuan mereka telah tiba.

Ruangan itu begitu luas dengan ranjang besar di sisi ruangan. Terdapat juga lemari besar, rak buku besar yang dipenuhi berbagai koleksi serta sofa panjang didepan perapian. Dia melepas jubah besarnya yang terlihat berat, melemparnya asal ke ranjang dan berjalan ke arah balkon.

Cahaya keemasan pulan purnama menyinari sosoknya, memberinya kekuatan yang tiada batas. Tenggorokannya terasa kering dan dia baru mengingat belum mengisi perutnya sama sekali sejak seminggu lalu. Dia menoleh, menatap pigura besar yang berada di sisi tembok kamarnya, tepat di samping perapian. Pigura itu menggambarkan dirinya memeluk pinggang seorang perempuan cantik yang tersenyum bahagia bersamanya.

Setelah sekian tahun, dia menemukan sosok reinkarnasi istrinya di dunia manusia. Gadis yang dia temui tiga tahun lalu adalah sosok istrinya di dunia manusia. Hidupnya yang suram setelah kematian istrinya, kini terasa damai dan menyenangkan. Namun dia harus menahan hasratnya akan gadis itu. Gadis manusia itu tidak memiliki perasaan apapun padanya.

Chiharu. Nama yang sama dimiliki mendiang istrinya. Perilaku dan sifat mereka juga sama. Dia yakin gadis itu adalah reinkarnasi istrinya.

Rasa hausnya kembali menusuk tenggorokannya. Tatapannya kembali pada dunianya. Matanya menangkap mangsa lalu dia melompat dari balkon menjemput mangsanya.

~~~~

Untuk kesekian kalinya Haruka menyelipkan rambunya ke telinga. Dia kembali mengecek jam tangannya. Dua puluh menit berlalu dari waktu perjanjian mereka dan laki-laki berkaca mata itu masih belum muncul juga. Haruka memperhatikan kolam ikan di sebelahnya, membuang rasa bosan yang terus bertambah.

Belum sempat Haruka mencari keberadaan laki-laki itu lagi, seseorang menepuk pundaknya hampir mengejutkannya. Gadis itu menatap Toma yang tersenyum padanya tanpa rasa bersalah.

“Gomen. Tadi aku ada urusan kecil.” Toma menggaruk belakang kepalanya, merasa cukup bersalah membuat kekasihnya menunggu. Namun sepertinya Haruka tidak menerima penjelasannya. “Akan ku traktir makan siang nanti sebagai permintaan maaf.”

Haruka tersenyum kecil. Untuk kali ini dia akan memaafkan Toma. “Wakatta.”

Toma merasa lega lalu mengajak Haruka pergi. “Kau ingin kemana?”

Haruka berfikir sejenak. “Bagaimana dengan Aquarium. Aku ingin melihat ikan pari.”

“Kalau begitu kita harus cepat sebelum siang.” Ucap Toma sambil menggandeng tangan Haruka.

~~~~~

Entah sudah keberapa kalinya Chiharu menguap. Dia sangat mengantuk dan lelah. Baginya hari minggu adalah hari bersantai. Namun Ibunya membangunkannya dan menyuruhnya untuk pergi membeli beberapa bumbu masakan.

Chiharu mengeluarkan catatan bahan-bahan yang harus dia beli, daftar itu lumayan panjang. Chiharu jadi heran kenapa Ibunya tidak pergi ke pasar swalayan sendiri. Hari bersantainya akan terlewatkan kali ini.

“Lebih cepat aku membeli semua ini akan cepat berakhir.” Semangatnya pada diri sendiri.

Chiharu menyelesaikan belanjanya dengan cepat. Dan ketika perjalanan pulang, Chiharu melihat dua sosok yang sangat dikenalnya berjalan diseberang jalan. Dadanya kembali memanas. Mereka terlihat bahagia dan tertawa bersama. Chiharu mengigit bibirnya menahan rasa kesal.

Mengingat pertemanan mereka yang sudah cukup lama, Chiharu merasa ditikam dari belakang. Perjuangannya mendekati laki-laki itu hanya menghasilkan pertemanan yang tidak ada artinya. Laki-laki itu tidak pernah menatapnya.

Dan gadis itu. Bahkan Chiharu sudah menganggapnya sahabat namun gadis itu selalu bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Kini Chiharu sudah muak pada mereka. Rasa bencinya menutup perasaan sayang pada pasangan itu. Dia tidak akan tinggal diam. Mereka harus mendapat balasannya karena sudah menyakiti hati Chiharu.

Chiharu melangkah pergi bergegas pulang.

Tadaima.” Teriak Chiharu ketika tiba di rumah. Dia meletakkan belanja di meja dapur lalu berucap pada Ibunya. “Aku ingin istirahat, jangan ganggu aku.”

“Kau tidak makan dulu?”

Iranai.

Chiharu pergi menuju kamarnya dengan cepat. Mengunci pintu setelah masuk ke dalam. Ketika dia berbalik, sosok yang dia butuhkan muncul didepannya dengan seringai licik.

“Membutuhkan bantuanku?”

“Kau tahu?”

“Aku selalu tahu apa yang kau butuhkan, Hime.” Ucap Raja Kegelapan seraya melangkah mendekati Chiharu.

Gadis itu diam saja saat tangan dingin laki-laki itu memainkan helaian rambutnya yang jatuh mengenai pipi. Dia menatap laki-laki itu dengan tatapan membara. "Aku menagih janjimu waktu itu.”

Sebelah alis laki-laki itu terangkat. Menyukai sikap Chiharu yang agresif dan menggebu-gebu.

”Aku ingin masuk ke mimpi mereka lagi. Kali ini aku akan memberi mereka kenangan yang tidak akan bisa mereka lupakan seumur hidup.”

Laki-laki itu tersenyum licik lalu berhenti memainkan rambut Chiharu. Kali ini gadis itu bersungguh-sungguh akan menghancurkan hidup orang yang dia cintai.

“Apapun untukmu, Hime.

~~~~~~~~

Suasana hutan menyapanya ketika Chiharu membuka mata. Dia bisa merasakan rumput lembab di bawahnya. Sekarang Chiharu kembali masuk ke dalam mimpi itu lagi. Mimpi yang akan menjadi kenyataan. Dia segera berdiri dan mencari keberadaan orang lain di sekitarnya.

Chiharu menemukan pasangan itu tidak jauh dari tempatnya terbangun. Mereka terlihat kebingungan dan menatap waspada di sekitar mereka. Tanpa mengenakan topengnya, Chiharu mendekati mereka. Toma dan Haruka sangat terkejut mengetahui sosok yang selama ini membayangi mereka adalah teman mereka sendiri.

"Chiharu?" Toma menatapnya tidak percaya disusul tatapan yang sama dari Haruka.

“Jadi yang selama ini selalu mencelakakan kami itu adalah kau?"

Chiharu menatap Toma dengan sedih sekaligus prihatin. Sudah tidak ada lagi perasaan cinta pada Toma, hanya amarah dan kekecewaan yang dia rasakan. Dia mengeluarkan katana pemberian Raja Kegelapan, niatnya sungguh-sungguh. Toma dan Haruka terkejut saat katana itu mengarah pada mereka.

”Chiharu!!” Teriak Haruka di balik punggung Toma. Dia terlihat tidak percaya dan sedih menatap Chiharu. ”Kenapa? Kenapa kau melakukan ini?”

Sejenak Chiharu terdiam. ”Kalian tahu kesalahan kalian?”

Toma dan Haruka tidak mengerti kesalahan mereka pada Chihari. Mereka merasa hubungan pertemanan mereka baik-baik saja.

“Kalau saja.. kalau saja kalian tidak bersama, mungkin aku tidak akan seperti ini pada kalian. Haruka, kau tahu jika aku menyukai Toma tapi kau malah menusukku dari belakang.”

Haruka merasa bersalah karena menyembunyikan hubungan mereka pada Chiharu. Dia tahu temannya itu menyukai Toma tapi Toma telah memilihnya dan Haruka tidak bisa mengabaikan perasaannya yang juga menyukai Toma.

Tatapan Chiharu beralih pada Toma. “Toma, selama ini aku selalu membantumu, kepentinganku menjadi prioritasku, tapi kau tidak pernah melihatku. Apakah kau pernah menganggapku ada?”

“Itu tidak benar. Kau sudah ku anggap seperti adikku sendiri.”

Chiharu tersenyum miris. Tidak pernah dia merasa terpuruk seperti ini. Hidupnya selalu terisi dengan keceriaan bersama teman-temannya. Tapi kali ini dia merasa jatuh kedalam jurang tanpa dasar.

“Bagiku seorang adik tidaklah cukup.” Chiharu berlari ke arah mereka.

Toma mendorong Haruka menjauh. Memancing Chiharu agar menjauh dari Haruka. Melawan Chiharu sangat sulit. Dia tidak memiliki senjata sehingga Toma terpaksa terus-menerus menghindari serangan Chiharu tanpa bisa melawan. Tubuh Toma beberapa terkena tebasan pedang Chiharu tapi dia tetap bertahan.

Chiharu beralih pada Haruka yang bebas tanpa penjagaan dan Toma menyadari hal itu. Namun Toma kalah cepat dengan Chiharu yang sudah berada di depan Haruka dalam sekejap mata.

Darah mengalir dari perut Haruka yang tertembus pedang Chiharu. “Chi.. Haru..”

Tanpa perasaan, Chiharu menarik pedangnya. Menatap tubuh Haruka terhuyung jatuh. 

“Tidak! Ini hanya mimpi.” Toma menatap tubuh tanpa nyawa Haruka dengan tidak percaya.

Chiharu berbalik menatap Toma. ”Kau salah. Mimpi ini akan menjadi kenyataan.”

Toma jatuh berlutut. Masih menatap Haruka yang semkain pucat. Dia tidak percaya mimpi ini. Kenapa mimpi ini begitu menyakitkan?

Chiharu mendekati Toma yang tampak menyerah. Pandangannya kosong. Tidak ada semangat kehidupan pada Toma. Sejenak Chiharu sedikit sedih melihat laki-laki yang pernah dia cintai tampaj begitu menyedihkan.

“Bencilah padaku, Toma.”

Toma bisa mendengar ucapan Chiharu. Dia tahu gadis itu sedang mengangkat pedangnya ke arahnya. Jika memang mimpi itu menjadi kenyataan, maka Toma akan menerima semuanya. Dia siap untuk mati dan bertemu dengan Haruka.

Chiharu mengangkat pedangnya, melayang dengan cepat hingga Toma bisa menyasakan jika mimpi itu nyata.

~~~~~

Seluruh kota di kejutkan dengan ditemukannya mayat siswa SMA yang bersimbah darah di ranjangnya. Ditempat lain juga di temukan mayat siswi SMA dengan keadaan yang sama. Tidak ada jejak pelaku pembunuhan tersebut. Diketahui kedua korban memiliki hubungan sepasang kekasih.

~~~~~

Chiharu menatap dirinya didepan cermin. Dia mengenakan dress putih selutut tanpa lengan. Rambutnya tergerai hingga ke punggung.

"Kau yakin?”

Gadis itu berbalik, menatap Tatsuya yang telah siap dengan jubah besarnya. Chiharu tersenyum tulus pada laki-laki itu. ”Aku sudah memikirkannya dengan matang, jadi jangan biarkan membusuk.”

Tatsuya mendengus mendengar penuturan gadis itu yang menurutnya konyol. Ditatapnya gadis itu. Terlihat cantik seperti mendiang istrinya dan sebentar lagi gadis itu bukanlah seorang manusia. Chiaru akan menjadi sosok kegelapan dan menjadi miliknya.

Meminjam kekuatan Raja Kegelapan sama saja dengan menukar jiwa. Chiharu mengambil resiko yang sangat besar dengan meminjam kekuatan Raja Kegelapan untuk membunuh. Sama halnya dengan Chiharu menjual  jiwanya.

Sebenarnya bisa saja Tatsuya membiarkan Chiharu tetap menjadi manusia tapi dia akan terlihat tidak menghargai keputusan yang sulit di ambil Chiaru. Lagipula dia juga tidak akan menolak kesempatan untuk mendapatkan reinkarnasi istrinya. Ratu Kegelapan akan kembali mendampinginya.

Tatsuya meraih Chiharu mendekat padanya. Merasakan hawa panas dan detak jantung yang tidak dia miliki. Pipi gadis itu merona malu namun Chiharu bisa mempertahankan sikap beraninya.

“Kau siap?”

Chiharu tersenyum kecil. “Kau pikir, kau sedang berbicara dengan siapa?”

Tatsuya tertawa keras kemudian mengigit lengannya, menghisap darahnya sendiri. Wajah Tatsuya mendekat, mencium Chiharu sambil memberikan darahnya agar diminum gadis itu. Rasa panas membakar tenggorokan Chiharu ketika darah itu mengalir di tenggorokannya. Kepalanya terasa pening dan dadanya seperti dihantam benda keras. Dia berusaha mendorong Tatsuya karena rasa panas itu mulai mengalir di seluruh tubuhnya, tapi Tatsuya semakin mengeratkan pelukannya pada Chiharu.

Keadaan menyiksa itu tidak bertahan lama. Chiharu merasakan tubuhnya mulai terasa ringan. Tubuh Tatsuya tidak terasa dingin  seperti sebelumnya. Dan yang paling mengejutkan, Chiharu tidak mendengar suara detak jantungnya. Nafasnya juga terasa begitu ringan.

Tatsuya melepaskan Chiharu. Menatap wajah pucat gadis itu dengan darah mengalir dari sudut bibirnya. Chiharu cukup terkejut ketika melihat sekelilingnya yang begitu asing. Suasana malam begitu mencekam dengan cahaya redup dari sinar bulan.

Mereka berada di balkon yang luas. Disekelilingnya terdapat bangunan kastil dan hutan lebat sepanjang mata memandang. Terdengar lolongan serigala serta suara-suara makhluk malam lainnya.

Koko wa?

Tatsuya tersenyum pada Chiharu. “Selamat datang di Kerajaanku.”

Chiharu nampak cukup terkejut. Dipandangnya lagi kastil luas dan hutan lebat di sekitar kastil. Jadi sekarang dia berada di Kejaraan Raja Kegelapan, itu artinya Chiharu bukan lagi seorang manusia. Tangannya meraba dadanya. Jantungnya benar-benar sudah berhenti berdetak. Tangannya juga terlihat lebih pucat dari sebelumnya.

“Apakah kau menyesal?”

“Tidak. Aku hanya merasa sedikit aneh.”

Tatsuya kembali tersenyum. Memeluk Chiharu dengan lembut lalu mengecup pucuk kepalanya. “Kau akan terbiasa. Ayo kita masuk, rakyat kita sudah tidak sabar menyambut Ratu baru mereka.”

.

.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
FORGIVE
2085      739     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
Like Butterfly Effect, The Lost Trail
5768      1545     1     
Inspirational
Jika kamu adalah orang yang melakukan usaha keras demi mendapatkan sesuatu, apa perasaanmu ketika melihat orang yang bisa mendapatkan sesuatu itu dengan mudah? Hassan yang memulai kehidupan mandirinya berusaha untuk menemukan jati dirinya sebagai orang pintar. Di hari pertamanya, ia menemukan gadis dengan pencarian tak masuk akal. Awalnya dia anggap itu sesuatu lelucon sampai akhirnya Hassan m...
Our Perfect Times
974      682     8     
Inspirational
Keiza Mazaya, seorang cewek SMK yang ingin teman sebangkunya, Radhina atau Radhi kembali menjadi normal. Normal dalam artian; berhenti bolos, berhenti melawan guru dan berhenti kabur dari rumah! Hal itu ia lakukan karena melihat perubahan Radhi yang sangat drastis. Kelas satu masih baik-baik saja, kelas dua sudah berani menyembunyikan rokok di dalam tas-nya! Keiza tahu, penyebab kekacauan itu ...
6 Pintu Untuk Pulang
657      383     2     
Short Story
Dikejar oleh zombie-zombie, rasanya tentu saja menegangkan. Apalagi harus memecahkan maksud dari dua huruf yang tertulis di telapak tangan dengan clue yang diberikan oleh pacarku. Jika berhasil, akan muncul pintu agar terlepas dari kejaran zombie-zombie itu. Dan, ada 6 pintu yang harus kulewati. Tunggu dulu, ini bukan cerita fantasi. Lalu, bagaimana bisa aku masuk ke dalam komik tentang zombie...
The Eternal Love
21279      3201     18     
Romance
Hazel Star, perempuan pilihan yang pergi ke masa depan lewat perantara novel fiksi "The Eternal Love". Dia terkejut setelah tiba-tiba bangun disebuat tempat asing dan juga mendapatkan suprise anniversary dari tokoh novel yang dibacanya didunia nyata, Zaidan Abriana. Hazel juga terkejut setelah tahu bahwa saat itu dia tengah berada ditahun 2022. Tak hanya itu, disana juga Hazel memili...
Ending
5278      1366     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
The Red Haired Beauty
470      324     1     
Short Story
Nate Nilton a normal senior highschool boy but when he saw a certain red haired teenager his life changed
DariLyanka
3036      1041     26     
Romance
"Aku memulai kisah ini denganmu,karena ingin kamu memberi warna pada duniaku,selain Hitam dan Putih yang ku tau,tapi kamu malah memberi ku Abu-abu" -Lyanka "Semua itu berawal dari ketidak jelasan, hidup mu terlalu berharga untuk ku sakiti,maka dari itu aku tak bisa memutuskan untuk memberimu warna Pink atau Biru seperti kesukaanmu" - Daril
Surat Terakhir untuk Kapten
612      442     2     
Short Story
Kapten...sebelum tanganku berhenti menulis, sebelum mataku berhenti membayangkan ekspresi wajahmu yang datar dan sebelum napasku berhenti, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Kuharap semua pesanku bisa tersampaikan padamu.
MANGKU BUMI
155      145     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...