Penghargaan terbesar akan diselenggarakan malam ini. Wartawan telah menanti sejak sore tadi, berlomba-lomba mengabadikan para bintang yang akan berjalan di atas red carpet. Tak ketinggalan, para penggemar setia juga datang guna mendukung sang idolanya.
Bintang rookie akan berjalan terlebih dahulu. Lalu dilanjutkan dengan artis yang sedang naik daun. Dan bintang yang sesungguhnya akan datang sebagai penutup yang indah.
Han Bora tiba di lokasi pukul 7 malam, 15 menit sebelum acara dimulai. Ketika pintu mobil dibuka, semua mata dan kamera mengarah kepadanya. Gaun pink yang ia kenakan tampak bersinar terang malam itu, memberikan kepercayaan dirinya hingga melambung tinggi. Sambil melambaikan tangan, Bora berjalan dengan tegap dan senyum terukir di wajahnya yang rupawan.
“Penghargaan yang kita tunggu-tunggu, Daesang akan diberikan kepada... Selamat kepada Han Bora”
Tempat itu segera dipenuhi oleh tepuk tangan yang meriah. Bora berdiri berdiri dari duduknya. Berjalan dengan bahagia dan penuh percaya diri. Selama berjalan ke atas podium, para artis yang lain turut memberikan selamat kepadanya.
“Ini adalah penghargaan Daesangku yang ketiga, dan sampai saat ini aku masih tidak bisa percaya untuk mendapatkan penghargaan sebesar ini. Kalau bukan karena penggemarku yang selalu mendukungku, aku mungkin tidak akan mampu berjalan hingga sejauh ini. Untuk para Borafia, aku sangat mencintai kalian. Terima kasih”
Acara itu berlangsung kurang lebih lima jam lamanya dan berakhir pukul 12.00 malam. Namun acara itu tidak benar-benar berakhir sampai disitu, karena masih ada beberapa artis yang melakukan after party hingga pagi tiba untuk merayakan kemenangannya. Walau begitu, Bora pribadi kurang suka dengan kehidupan diatas 12 malam, jadi setelah mendapatkan Daesang ia segera pergi meninggalkan acara.
“Bora mengenai iklan itu, kamu sungguh tidak akan melakukannya?” tanya Minseok ketika mereka dalam perjalanan pulang.
“Hmm aku tidak akan melakukannya” jawab Bora tanpa ragu.
“Pikirkanlah sekali lagi, artis lain berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Lantas mengapa kamu tidak mau?”
“Harus berapa kali aku mengatakannya, PD itu sangat tidak enak dipandang. Bagaimana aku bisa bekerja dengannya jika aku saja tidak menyukai penampilannya” jawab Bora putus asa yang diikuti anggukan Soohyun setuju.
“Bora tampan itu relatif. Kamu tidak bisa memaksakan semuanya semaumu”
“Baiklah tampan itu relatif, tapi setidaknya PD itu harus merawat dirinya sendiri. Mukanya sangat kusam dan berminyak, rambutnya sudah panjang dan terlihat tidak pernah dicuci, dan juga pakaiannya sangat bau. Siapa yang akan tahan jika dia saja seperti itu” Bora menjelaskannya sama persis ketika Minseok bertanya kepadanya untuk pertama kalinya.
“Bora ada benarnya, PD itu sangat jorok. Aku saja tidak nyaman didekatnya” sahut Soohyun.
“Besok pagi kamu akan bertemu dengannya lagi, bersama dengan daepyonim juga. Jika kali ini dia tidak juga menerima tawaranmu, kamu boleh tidak melakukannya. Oke? Bora? Han Bora?”
“Ia ia ia aku mengerti” jawab Bora sambil cemberut.
**********
Siapa yang tidak mengenal Han Bora di negara ini. Wajahnya sudah terpampang dimana-mana. Papan billboard, bus, halte, stasiun kereta, mall, cafe, bahkan di bandara pun kalian dapat melihatnya. Disaat artis lain belomba-lomba dan memohon untuk mendapatkan iklan, drama, dan film, ia hanya akan duduk manis sambil menikmati secangkir kopi, tawaran pun datang membeludak menghampirinya. Jika ia menolak satu iklan, maka 10 iklan lainnya akan datang. Lantas mengapa ia harus menerima iklan ini?
“Sehubung pertemuan yang lalu kita tidak menemukan kesepakatan apapun, maka kita lanjutkan hari ini” buka Daeyeong Daepyonim memecah keheningan yang panjang.
“Aku ingat kemarin telah menolaknya, tapi mengapa kita membahasnya lagi?” jawab Bora mendinginkan kembali suasana.
“Ehmm... itu... Bora seperti yang kamu ketahui, cokelat ini sangat fenomenal, semua kalangan menyukainya. Dan setiap artis yang membintangi iklan ini pasti akan meroket”
“Maaf saja PD-nim, tanpa iklan ini pun saya sudah terkenal. Bukan bermaksud sombong, tapi itu lah kenyataanya. Lagi pula jika cokelat ini memang seterkenal itu, anda tidak memerlukan saya, berikan saja kepada artis lain yang lebih membutuhkan” jawabku dengan sangat sopan
“Saya juga maunya seperti itu, tapi Go Joon Daepyonim hanya menginginkanmu”
“Tidak bisa, saya tidak akan melakukannya” jawab Bora tegas.
“Baiklah! Akan aku lakukan, aku akan merapikan penampilanku. Itu yang kamu mau kan?”
“Jika seperti ini, sepertnya saya bisa melakukannya”
Pertemuan itu berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Setelah menandatangani kontrak, jadwal Bora dirombak ulang dan dia dijadwalkan membintangi iklan itu minggu depan di Austria. Begitu Minhyuk PD pergi, hanya tersisa Bora, Minseok, dan Daeyeong Daepyonim di dalam ruangan itu.
“Lalu sampai kapan anda akan menghindar seperti ini?” tanya Bora sesaat setelah Minhyuk PD meninggalkan ruangan.
“Menghindar? Maksudmu apa ya? Aku tidak mengerti” jawab Daeyeong Daepyonim pura-pura bodoh yang segera dibalas oleh tatapan tajam dari Bora.
“Kesepakatan kita mengenai kontrakku yang tinggal seminggu lagi. Berapa lama lagi aku harus menunggu!” teriak Bora meledak.
“Oke oke... Kita akan membicarakannya......... setelah iklan ini”
“What?”
“Biarkan aku memastikan kamu membintangi iklan ini, setelah itu kita membicarakan kontrakmu dengan intens. Bagaimana?”
“Awas saja jika kau berbohong lagi, aku tidak akan pernah memaafkanmu Kamu mengerti!” Bora pergi meninggalkan ruangan itu sambil menghentakkan kakinya kesal.
**********
Satu minggu kemudian Bora sudah berada di Austria. Lokasi syuting diambil di Wina dekat dengan bangunan St Stephen Catherdral. Cuaca saat itu sangat cerah dan langit biru membuat katedral itu semakin terlihat megah.
Para staf terlihat mondar-mandir menyiapkan peralatan syuting. Bora pun begitu, ia tengah bersiap-siap dan sedang didandani. Tidak ingin membuang waktu, Bora mempelajari dialognya dan berlatih tanpa henti sambil memperbaiki pengucapannya.
“Jadinya kamu akan kemana setelah kontrakmu berakhir?” tanya Minseok tiba-tiba, Bora pun menoleh kearahnya dan menutup buku skrip yang ia baca.
“Pilihanku antara Be Entertainment, Cman Entertainment, atau Co-Star Entertainment. Tapi Cman Entertainment sepertinya lebih baik”
“Cman Entertainment bukannya mereka hanya menerima aktor saja?”
“Bingo! Itu lah alasanya aku memilihnya”
“Tapi tidak adakah alasan yang lebih masuk akal? Sepertiii... Hubungan mereka dengan artisnya atau cara mereka mengatur setiap aktivitas artis mereka?”
“Hmmm... Menurutku Han Seok Tae, Lee Wonho, dan Kim Minwoo merupakan alasan paling masuk akan untuk masuk disana” jawabnya dengan yakin hingga membuat Minseok memukul kepalanya.
“Sakit tau! Bagaimana bisa kamu memukulku!” teriaknya.
“Memukulmu saja itu masih tidak cukup. Mengapa disaat seperti ini kamu selalu menjadikan aktor sebagai alasanmu memilih agensi?”
“Itu karena semua agensi sama saja, yang membedakan mereka hanyalah artinya”
“Bora! Kamu seharusnya belajar dari pengalaman, sudah tiga kali kamu berganti agensi. Tapi masalah itu tidak kunjung terselesaikan”
“Aku sudah memikirkannya berkali-kali, tapi tidak ada yang bisa diharapkan dari mereka” ucapannya kali ini mengakhiri pembicaraan itu, hingga syuting dimulai mereka berdua tidak kunjung berbicara sedikit pun.
“Okay Stand by! Camera... rolling... action!”
“Cuaca hari ini sangat indah. Bagaimana hari mu? Apakah menyenangkan?” Bora melihat kamera dan tersenyum manis.
“Kalau aku... Hari ini sangat bahagia dan terasa manis. Bersamamu dan sepotong cokelat ini. Kamu mau mencobanya?” Bora mengarahkan cokelat itu ke hadapan kamera layaknya memberikannya kepada sesorang, lalu ia menutup wajahnya dengan cokelat itu sambil tersipu mali.
“Cut! Okay bagus! Seperti yang diharapkan dari Han Bora, kita tidak perlu mengulangnya beberapa kali. Cukup sekali saja dan semua terselesaikan” puji Minhyuk PD yang juga bertindak sebagai sutradara.
“Terima kasih, pujian terlalu berlebihan”
“Karena kita sudah selesai, sekarang kita bisa beristirahat dan malamnya ayo kita merayakannya!” teriak Minhyuk PD dengan antusias dan diikuti sorakan dari staf yang lain.
Setelah syuting selesai, Bora berjalan menuju mobilnya. Seperti biasa dan telah menjadi rutinitasnya, ia akan pergi mengelilingi kota sendirian ketika ia dijadwalkan bekerja diluar negeri. Itu ia lakukan semata-mata karena jadwalnya yang sibuk sehingga ia jarang memberikan waktu untuk dirinya sendiri
**********
Di tempat lain, seorang pria berdiri di pinggir jalan, dekat dengan tempat mobil diparkirkan. Sambil memegang tasnya dan menelpon sesorang, ia mengeluarkan wajah yang serius dan beberapa kali terlihat mengerutkan dahi. Tiba-tiba saja dari arah berlawanan, sebuah motor melaju dengan cepat dan menarik tas yang ia bawa.
“Heiii... Maling...” teriaknya.
Dari kejauhan ia melihat sebuah mobil mendekat. Segera ia mengulurkan tangannya memberikan tanda untuk meminta tumpangan. Pemilik mobil itu tidak memperhatikan uluran tangannya namun timing yang tepat ia hendak memarkirkan mobilnya. Begitu ia memarkirkan mobilnya, pria itu membuka pintu mobil dan segera duduk di sebelahnya.
“Kyaaa...” teriak sang pengendara yang ternyata adalah Bora.
“Who are you?” tanya Bora terheran-heran.
“Kamu Han Bora, benarkan? Si dewi jagat raya” tanyanya tak percaya.
“Oh ia kamu benar. Anu tapi! Kenapa kamu memasuki mobilku?”
“Tadi aku mengulurkan tangan meminta tumpangan. Ayo cepat sebelum mereka pergi jauh” jawabnya sambil memakai sabuk pengaman.
Bora yang masih terlihat bingung hanya mengikuti perkataannya. Ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi. Dengan cepat ia telah menyusul pencuri tadi.
“Itu motor mereka!” pria itu menunjuk pencuri tadi.
“Anu sebenarnya kita sedang apa?”
“Sebenarnya dua orang itu mengambil tasku” pria itu menjelaskannya secara singkat.
Setelah mendengar ucapannya, Bora menambah kecepatan mobilnya. Begitu mereka telah bersebelahan, Bora dengan sengaja memepetkan mobilnya hingga terjadi tabrakan kecil. Bora pun membuka kaca mobilnya.
“Sorry” ucapnya sambil mengangkat tangannya guna memamerkan gelangnya.
Setelah itu, ia menutup kaca mobilnya dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dari belakang pencuri itu tampak mengikuti mereka. Bora pun menggiring mereka kejalanan yang lebih sepi hingga kepinggiran kota. Dengan tiba-tiba, ia menghentikan mobilnya dan pencuri itu pun terpaksa rem mendadak hingga terjatuh. Pria itu pun lekas keluar dari mobil.
Dari kaca spion Bora dapat melihat pria itu berkelahi dengan dua pencuri. Dengan lihai pria itu dapat menghindari semua serangannya. Dengan beberapa kali pukulan di bagian perut dan leher satu pencuri dapat ia tumbangkan. Lalu ia memukul pencuri yang lain tepat dibagian wajahnya lalu membantingnya dengan gerakan taekwondo. Setelah berhasil menumbangkan dua pencuri itu, pria itu pun mengambil tasnya dan berlari menuju mobil.
“Kamu pintar juga berkelahi” puji Bora.
“Ia aku menguasai banyak bela diri, yaitu taekwondo, judo, boxing, dan muay thai” jawabnya menyombongkan diri.
“Namamu siapa? Setidaknya kamu harus memberikan namamu karena aku telah menolongmu”
“Benar juga. Maaf aku tidak bisa memperkenalkan diriku lebih awal. Namaku Yu Ji Ahn, senang bisa bertemu denganmu”
Dalam perjalanan mereka membicarakan banyak hal, mulai dari kesukaan hingga apa yang mereka lakukan di Austria. Bora pun mengantarkan Ji Ahn ke tempat awal mereka bertemu.
“Darimana kamu berpikir untuk membawa mereka ke tempat itu”
“Apa kamu ingat ketika kita tidak sengaja bertabrakan dan aku meminta maaf sambill mengangkat tanganku? Gelang ini sangat mahal, terbuat dari berlian asli. Bagi pencuri ini adalah tangkapan yang bagus selain itu mereka pasti kesal karena aku menabrak mereka sebelumnya. Jadi mau tidak mau secara naluri mereka akan mengikutiku” kata Bora menjelaskan rencananya tadi.
“Wow itu sungguh luar biasa. Cara menyetirmu juga perlu diacungi jempol. Saat kamu mengejar dan menyalip mereka sangat luar biasa”
“Aku pernah belajar mengemudi saat membintangi Fast Car. Saat itu aku menjadi pembalap, tidak kah kamu ingat film itu?”
“Tidak, aku bahkan tidak pernah mendengarnya” jawabnya lugu.
“Kamu bilang apa barusan? Tidak pernah dengar? Oh My God! Film itu bahkan masuk ke dalam box office dan ditonton lebih dari 10 juta orang. Apakah kamu tinggal di luar negeri?” tanya Bora mengejek dan penuh amarah.
“Aku tidak pernah tinggal di luar negeri” saat itu mereka telah sampai di tempat awal.
“Kita sudah sampai, pergilah!” usir Bora kesal.
“Kalau begitu terima kasih atas tumpangannya”
“Sudah lah, aku sangat kecewa denganmu”
Bora segera pergi meninggalkannya. Dalam perjalanan ia beberapa kali berteriak tidak akan pernah ingin bertemu dengannya lagi. Bahkan ketika tiba di hotel, wajahnya tetap cemberut dan kekesalannya ia lampiaskan kepada Minseok.
**********
“Seharusnya aku tidak mengizinkanmu mengikuti acara makan malam itu” sesal Minseok selama di dalam pesawat hingga mereka mendarat.
“Oppa! Berapa kali kau harus mengulang ucapanmu” jawab Bora tak bertenaga.
“Aku tidak akan memarahimu jika kau mau mendengarkanku. Tidakkah kau lihat! Wajahmu membengkak! Bagaimana bisa kamu menghabiskan 3 botol wine itu sendirian” rengek Minseok.
“Sudahlah lagi pula aku baik-baik saja. Tidak apa-apa. Rilex! Rilex!”
“Kamu masih mabuk?” tanya Minseok ragu.
“Tidak, aku sudah sadar” jawab Bora tersenyum.
Tanpa disadari ternyata Bora dan Ji Ahn berada dalam pesawat yang sama. Ji Ahn keluar terlebih dahulu dan disambut oleh sekretarisnya.
“Sangat melelahkan. Apakah kita langsung menemui ayah?” tanya Ji Ahn sambil berjalan.
“Ia anda akan langsung menemuinya. Tapi kita harus cepat” minta sekretarisnya.
“Kenapa? Apakah kita terlambat?” tanya Ji Ahn melirik jamnya.
“Tidak, hanya saja saya sudah memeriksa jadwal dari Han Bora. Dan ternyata anda tiba bersamaan dengannya”
“Darimana kamu tau jadwal penerbangannya?”
“Aku masuk ke dalam Fanclubnya”
“Lalu apa hubungannya dengan kita?” tanya Ji Ahn masih tidak paham dengan situasi yang akan terjadi.
“Itu karena penggemarnya...” belum sempat sekretarisnya menjawab pertanyaannya tak jauh dari sana terlihat segerombolan penggemar yang tak terhitung jumlahnya.
“Itu Han Bora!” teriak salah satu penggemar Bora yang memiliki badan cukup besar.
Diikuti oleh yang lainnya mereka berlari dengan cepat menuju Bora yang baru saja berjalan keluar. Seperti ombak yang menyapu daratan, mereka menabrak semua yang menghalangi jalan mereka. Wajah Ji Ahn dan sekretarisnya tidak bisa membohongi dunia. Mulut mereka terbuka lebar terkejut melihat banyaknya orang berlarian kearah mereka. Tak ada waktu untuk kabur dan tabrakan itu pun tidak bisa mereka hindari. Mereka berdua pun mau tak mau ikut terserat hingga 8 meter jaunya
Mereka berdesak-desakan ingin melihat Han Bora dari dekat. Bahkan orang-orang yang hanya lewat pun begitu mengetahui ada Han Bora, ikut berdesakan ingin melihatnya. Para bodyguard dengan cepat melindungi Bora dari serbuan penggemarnya. Tapi tetap saja 15 orang tidak akan mampu melawan ratusan orang.
“Bora aku mencintaimu” teriak salah satu penggemar sambil menjulurkan sebuah pena dan buku.
“Terima kasih” mengerti maksud penggemar itu, Bora dengan sigap meraih pena dan bukunya lalu menandatanganinya. Tidak hanya satu tapi ratusan orang berlomba-lomba berada di depannya hanya untuk mendapatkan tanda tangannya. Hingga akhirnya Ji Ahn yang bersusah payah keluar dari gerombolan itu pun tetap terbawa hingga ia dan Bora saling berhadapan satu sama lain.
“Oh My God!” kata Bora tidak percaya akan siapa yang ada dihadapannya saat ini.
**********
Kapan chapter selanjutnya akan dirilis?
Comment on chapter PAGE TWO