Berbagai persiapan dilakukan Dery dan Keysa untuk menggelar pesta pernikahannya yang rencana akan diadakan dua bulan kedepan. Bulan depan mereka berdua akan pulang ke Indonesia untuk lebih mendetail lagi persiapannya. Kini mereka tengah berada di Apartement sambil memilah dan memilih gedung resepsi yang akan digunakannya. Satu sisi Keysa tengah memilih souvenir yang akan dibagikan kepada tamu undangan nantinya. Dery berpendapat bahwa souvenir bisa dipesannya disini, Paris. Keysa menyetujui keinginan Dery.
Seharian penuh keduanya disibukkan dengan persiapan pesta pernikahan mereka berdua.
"Ke sungai Seine yuk!" ajak Dery.
"Ngapain?"
"Suntuk disini mulu, aku lagi kepingin makan es krim nih."
Keysa mengemas barang yang berserakan di meja. Bergegas Keysa mengambil sweater lalu mengenakannya. Dery menggandeng Keysa berjalan mencari tukang es krim keliling yang biasa singgah di dekat sungai Seine.
"Itu dia penjual es nya," ungkap Dery kegirangan.
Dery melangkah mendahului Keysa dan memanggil si tukang es krim lalu membelinya. Dua buah es krim sudah ada di genggaman. Perjalanan dilanjutkan menuju Sungai Seine. Dan tibalah mereka di tepi sungai.
"Der, sebelum kita nanti menikah, aku ingin adanya saling keterbukaan diantara kita."
"Maksudnya kamu nggak percaya sama aku?"
"Bukan gitu, aku nggak mau ada rahasia sedikitpun diantara kita berdua."
Dery mendadak diam, lalu duduk di tepi sungai.
"Kamu kenapa?"
Bergegas Dery bangkit dan meraih tangan Keysa. Wajahnya mendadak pucat dan matanya mulai berkaca-kaca seperti hendak mau menangis.
"Der, kamu kenapa sih?" Key mulai cemas.
Dery masih tetap dengan pendiriannya, masih diam tanpa ucapan satu katapun dari mulutnya.
"Arga udah meninggal Key," ungkap Dery berlinangan air mata.
Jantung Key mendadak berdebar-debar, seolah tumbukan batu besar telah mengena kepalanya.
"Kamu bohong."
"Aku serius, Arga udah meninggal. Dan hati ini, adalah milik Arga Key."
Dery menarik tangan Keysa dan menempelkan pada dadanya.
"Udah saatnya kamu tau ini Key. Awalnya aku nggak mau bicara, karena Arga memintanya. Tapi aku nggak mau ada kebohongan yang mengintai pernikahan kita nanti."
Entah apa yang bisa dilihat Keysa, bayangan Arga, senyuman Arga, peristiwa yang pernah dilaluinya bersama dengan Arga tiba-tiba melintas dibenaknya dan menyumpal pikirannya dalam sekejab.
"Aku turut berduka cita, ya Der."
Dery menatap Keysa penuh tanya, mungkinkah kebencian pada Arga masih menghinggapi hati Keysa? Dery mendudukkan Keysa tepat di tepi sungai Seine sambil menggelantunkan kakinya pada aliran air.
"Aku tau kamu masih sangat mencintai Arga, begitupun sebaliknya."
Keysa menyangkal dengan tuduhan Dery.
"Kamu jangan bohong Key, aku tau kamu, juga Arga. Arga itu sangat mencintai kamu Key, kenapa kamu masih menyangkal kenyataan itu?"
"Jika memang dia mencintai aku, kenapa dia tega ninggalin aku Der?"
"Karena dia terlalu mencintai kamu Key. Ya, Arga ngelakuin ini agar kamu membencinya dan melupakannya."
"Mengapa harus begitu."
"Karena Arga mengidap Leukimia sejak kecil."
Tamparan keras serasa menampar pipi Keysa dengan begitu kerasnya. Keysa memandang Dery kosong, begitupun dengan Dery yang memandang Key hampa.
"Arga tidak mau kamu sedih jika suatu hari nanti maut menjemputnya. Arga lebih memilih dibenci kamu dengan senyuman, daripada dicintai kamu dengan kesedihan. Dan hari itu, saat dia menghilang selama empat hari, sebenarnya ia tengah menjalani terapi. Kamu ingat, saat kecelakaan menimpa diriku dan aku membutuhkan donor hati untuk tetap bisa mempertahankan hidup, dialah orang pertama yang bersedia memberi hatinya agar dia tetap hidup mendampingimu. Hari itu adalah hari terberat bagi mama dan papa dalam menentukan siapa anak mereka yang harus dipertahankan hidupnya."
Keysa menangis sejadinya di tengah desau aliran air sungai Seine. Dery merengkuh Keysa dengan begitu erat, tak ingin terlepas walau hanya sedetik. Sesaat Keysa melepaskan pelukan itu.
"Aku mau ketemu Arga, walau kepada nisannya saja," ucapnya terisak tangis.
Keysa lari meninggalkan Dery. Dery diam tanpa mengejar Keysa yang amat sangat syok dengan keadaan ini.
"Maafin gue Ga, gue nggak bisa nyimpen rahasia ini terlalu dalam, maafin gue," ungkap Dery lemas di tepi Sungai Seine.
Setibanya di apartement, Keysa mengemas pakaiannya yang hendak langsung akan dibawanya pulang ke Indonesia.
"Tunggu gue Ga..." Keysa bergumam.
Dery memutuskan untuk menyusul Keysa ke apartement.
"Key..." Ungkapnya terkejut saat seluruh pakaian Keysa nggak ada lagi di almari, Dery menyadari bahwa kini Keysa tengah ke bandara hendak pulang ke Indonesia.
"Key gegabah banget sih, aku cemas ngelihat kamu seperti ini Key."
Dery juga turut mengemas barang-barangnya dan menyusul Keysa ke bandara. Setibanya di bandara nampak keributan tengah terjadi di dekat loket pembelian tiket pesawat. Rupanya Keysaa yang nampak marah-marah dengan petugas loket dan penjaga keamanan. Kedua tangan Keysa dicekal oleh dua orang petugas keamanan. Dery langsung lari menghampiri Keysa.
"Excuse me, she is my girlfriend."
Kedua petugas itu melepaskan tangan Keysa. Petugas itu menyampaikam bahwa Keysa telah membuat keributan di depan loket.
"Aku cuma ingin cepat pulang ke Indonesia Der."
Dery menarik Key dan mendudukkannya di ruang tunggu.
"Penerbangan ke Surabaya masih nanti malam Key, kita harus sabar menunggu."
"Menunggu kamu bilang, setelah tau ini semua aku harus menunggu? Kamu nggak punya perasaan banget sih Der, berbulan-bulan kamu sembunyikan kebenaran ini dariku, terus aku harus menunggu lagi?" Key mulai menaikkan nada bicaranya.
Perlahan Dery meraih tangan Key dan menempelkan pada dadanya.
"Kamu nggak perlu ke makam Arga, Arga ada disini Key? Dalam dadaku."
"Kamu nggak perlu takut, Hati ini milik Arga, aku pun tak akan bisa menghapus nama kamu pada hati ini. Nama kamu sudah mengukir terlalu dalam hati ini."
Keysa diam tanpa kata saat Dery merengkuhnya. Hari sudah menjelang sore, tiket pesawat telah dibeli oleh Dery, hanya tinggal menunggu pesawat take-off tiga jam lagi.
"Der..."
"Hmmmmm."
"Kenapa kamu harus bohong sih? Berbulan-bulan aku hidup dalam kebohongan, kamu tau kan apa yang aku rasakan berbulan-bulan itu?"
"Iya aku tau Key, aku memang salah. Namun apalah kuasaku, aku hanya ingin menjalankan keinginan adikku tuk yang terakhir kalinya. Aku sangat menyayanginya lebih dari diriku, itulah mengapa aku merelakan Arga pacaran sama kamu walau saat itu aku sudah mencintai kamu. Dia adalah matahari bagi keluarga kami, dan kini kami sudah kehilangan matahari itu. Namun biarpun matahari itu meninggalkan kami, tapi sinarnya kekal terus menyinari kami."
"Tapi mengapa Arga tidak tertampak seperti orang sakit?"
"Itulah mengapa kami menyebutnya matahari, bertahun-tahun hidupnya hampir purna karena semangat dirinya mulai terkikis. Namun mama dan papa menciptakan sebuah origami mimpi, sebuah kertas bertuliskan mimpi dengan bentuknya yang indah lalu mengirimkannya kepada Dewa mimpi. Kamu tau mengapa mama dan papa ngelakuin itu?"
Key menggeleng seraya terus menatap Dery.
"Karena mama dan papa tidak ingin Arga kehilangan mimpi dan harapannya. Dan lihatlah! Semua yang dilakukannya tidak lepas dari sebuah Origami mimpi, semangatnya mulai tumbuh dan ia mulai kuat seperti matahari."
Dery melihat jam ditangannya, sudah jam 7 malam, setengah jam lagi pesawat akan take-off.
******
Semerbak melati menyengat menusuk hidung bersamaan dengan embun pagi yang membasahi rerumputan di sekitar makam. Keysa menyumpal hidungnya dengan tissue karena sesekali keluar ingus di hidungnya akibat menangis.
"Mr.Aneh, kamu udah kalah. Ya, kamu udah kalah mempertahankan cinta kita berdua. Kenapa kamu nggak jujur aja sih Ga. Jika seandainya kamu jujur dari awal, aku nggak akan pernah berniat ngehapus nama kamu di hatiku, nggak akan pernah aku tinggalkan kamu."
"Oh ya, kamu nggak papa kan jika aku menikah dengan kakak kesayangan kamu, Dery. Dia itu beda dengan kamu yang dingin. Ini kan yang kamu inginkan saat kamu nggak ada lagi disisiku? Membuat aku bahagia dengan mencintai Dery."
Dery meraih tangan Keysa dan menggenggamnya.
"Kita pulang yuk Key, Arga pasti bahagia dengan kedatangan kamu di makamnya. Biarkan Arga tidur nyenyak disini."
Keysaa bangkit dan meninggalkan makam Arga. Keduanya langsung menuju kediaman Dery. Dibawanya Keysa ke kamar Arga untuk yang pertama kalinya. Keysa menelusuri setiap sudut yang ada di kamar. Semuanya penuh dengan Origami.
"Inilah yang dikerjakan Arga selama ini, hidup dalam dunia imajinasi." ungkap Dery.
Key melangkah mendekati jendela, nampak tergelantung Origami naga pink di balik kelambu. Key mengambilnya lalu membuka mimpi apa yang ditulisnya.
"God, give me time for make happy all people. Ijinkan aku berjuang, aku ingin berjuang. Jangan kau biarkan hati ini melepuh oleh kelemahan, aku hanya ingin mengukir senyum pada wajah mereka, before you call me."
Sebuah impian yang menyentuh hati Keysa, ia melangkah lebih dekat dengan meja belajarnya. Lagi dan lagi Origami elang merah tergeletak di atas meja. Keysa mengambilnya dan membukanya.
"Tuhan, aku mencintainya. Biarkan dia membenci ku, aku lebih bahagia seperti itu, daripada aku harus melihatnya sedih karena diriku."
Dery yang sejak tadi diam pun angkat bicara, diberikannya sebuah kotak dengan sampul biru muda kesukaan Keysa.
"Saat Arga memutuskan untuk mendonorkan hatinya, Arga nitipin ini kepada mama. Untuk kamu Key."
Keysa menerima kotak itu dan membukanya. Sebuah novel berjudulkan "Origami Mimpi."
"Arga menulisnya sejak tiga tahun yang lalu, kamu adalah orang pertama yang Arga percayai untuk membacanya."
Selain sebuah novel, didalamnya juga terdapat selembar kertas tulisan tangan Arga. Keysa bergegas membacanya.
Dear : Keysa
Hai Key! Aku harap kamu tersenyum saat membaca surat ini. Aku nggak mau ada air mata lagi di matamu. Maaf ya, aku pergi nggak bilang-bilang, soalnya tuhan udah nggak sabar ingin ketemu aku. Aku harap kamu mengerti hal itu.
Oh iya, cantik bukan novelnya? Itu khusus untuk kamu Key, stoknya terbatas lho. Aku udah tulis kehidupanku disana. Hidupku yang dipenuhi oleh mimpi pada secarik origami mimpi tuk ditujukan kepada dewa mimpi. Jangan lupa membacanya ya! Aku nggak kemana-mana kok, aku ada dimana-mana. Pada kenangam kita, pada origami mimpi kita, pada novel ini, dan yang terpenting aku ada pada tubuh kakakku, Dery. Jaga dia baik-baik ya Key, aku sangat menyayanginya sebagai kakakku.
Udah dulu ya Key, tuhan udah mengirimkan surat panggilannya nih. Pokoknya kamu harus bisa hidup tanpa aku, tanpa kesedihan.
Salam manis
Arga
Mata Keysa yang masih sembab kini tergerus oleh air mata lagi. Dery merengkuhnya dan menyeka air mata yang membasahi wajah Keysa.
"Hei, kenapa masih menangis? Arga kan udah bilang, nggak boleh ada air mata lagi di matamu, yang ada hanyalah senyuman kebahagiaan."
Keysa mempererat pelukan Dery. Mereka berdua tenggelam dalam duka kehilangan yang masih sangat terasa. Embun yang semula giat menaburkan kesejukannya perlahan enyah tergantikan oleh Matahari.
Bagus kak bikin baper π
Comment on chapter EPILOG