Setelah bertukar akun media sosial, mereka menjadi instens berkomunikasi. Tak segan, Dzikri selalu saja memandangi wajah itu. Wajah yang kini menghiasi hari-harinya, wajah yang menjadi ingatan di sepanjang malam, wajah yang membuatnya gelisah di setiap harinya.
Semenjak kejadian itu, mereka lebih sering bertemu, memandang, menatap satu sama lain. Mungkin Nayla merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh Dzikri. Namun, mereka enggan mengaku karena sadar akan situasi dan kondisi yang mereka hadapi.
“Dzikriiii.” Panggil wanita yang tak jauh di mana Dzikri berada.
Dzikri menoleh dan tersenyum.
Suasana kantin cukup ramai, banyak pedagang yang menjual produk-produk makanan dan minuman. Mulai dari makanan ringan sampai makanan berat dan dari minuman dingin sampai minuman hangat sekaligus panas. Bau makanan yang tercium oleh salah satu dari lima panca indera membekas di memori ingatan masing-masing, begitu lezat aroma itu, wewangian yang biasa ibu masak setiap pagi di rumah juga tak kalah enak dengan masakkan yang dijajakan di sini. Bunyi panci yang saling bersautan dari warung satu dengan warung yang lain terdengar hingga pintu keluar kantin, suara-suara bergemuruh karena cacing yang meronta ingin diberi makanan secukupnya, antrian yang panjang memadati tempat ini. Keringat pun bercucuran dari kening mahasiswa yang menyantap sajian yang dihidangkan oleh pelayan dengan udara yang begitu panas, suasana yang campur aduk. Nyamankah? Tentu saja, karena ini memang suasana kantin anak kampus. Tak salah jika Nayla menikmati suasana seperti ini.
Dzikri menghampiri Nayla dan langsung duduk di sampingnya.
“Sudah lama menungguku?” ucapnya yang mengajak Nayla makan bersama sebelumnya.
“Tak terlalu lama, baru 5 menit di sini.” Ucapnya santai.
“Kamu sudah memesan makanan?” tanya Dzikri.
“Belum.” Jawabnya singkat.
“Ayo kita pesan bersama.” Ajaknya.
Dzikri menanyakan makanan apa yang akan dibeli oleh Nayla dan mana mungkin wanita yang harus memesankan makanan untuk pria.
Beberapa menit kemudian makanan yang dibeli oleh Dzikri datang. Mereka berbincang mengenai banyak hal mulai dari masalah kuliah, kesibukan diri, dan banyak hal lainnya.
“Yang aku takutkan adalah ketika aku tidak dapat menahan semua gejolak cinta. Rasa ingin memiliki, naluriah yang dimiliki pria kepada lawan jenisnya. Aku takut nafsuku membutakan apa yang tak seharusnya. Bagaimana jika nafsuku mengalahkan logika ku? Aku takut itu semua menghampiriku.” Renungan Dzikri ketika malam semakin larut.
Dzikri membuka layar ponselnya dan melihat kembali foto Nayla yang terpajang pada instagram.
“Dosakah aku jika aku selalu menatap fotomu seperti ini? Aku ingin berhenti.” Keluhnya.
Tak terkira, ada sebuah postingan yang mengejutkan Dzikri. Postingan mengenai apa yang ia rasakan saat ini.
“Sesungguhnya Allah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, dia akan mendapatkannya, tidak bisa tidak. Maka zina mata adalah dengan memandang (yang haram), dan zina lisan adalah dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR Imam Al-Bukhari No. 6243 dan Imam Muslim No. 2657 dari Abu Hurairah Radhiyallahu‘anhu).
Seperti itulah kira-kira postingan yang ditulis salah satu pengguna Instagram. Tamparan keras yang Dzikri dapatkan atas itu. Lupa atas apa yang selama ini ia pelajari, bahwa terlalu menikmati sesuatu yang belum pada waktunya.
Foto-foto itu membuat pria yangg sengaja maupun tak sengaja melihatnya menjadi tergoda, mengotori hatinya, membuat terbayang siang malam, bahkan bisa menimbulkan niat-niat buruk atau bahkan sampai melakukan kejahatan.
Meski seorang wanita menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangannya, kemudian ia memamerkan dirinya di sosial media maka ini pun tidak bisa menjamin selamatnya orang yang melihat dari fitnah, sebab wajah wanita memiliki daya tarik yang sangat kuat terhadap laki-laki, sehingga, meski seluruh badannya tertutup dengan baik akan tetapi jika wajahnya dibuka dan dipampang di depan pengunjung akun, maka itu bisa menimbulkan fitnah di hati orang yang memandangnya. Oleh sebab itu, orang yang menyaksikan foto tersebut bisa terfitnah maka tidak dibolehkan memampang foto wajah itu di halaman situs yang bisa diakses oleh para pria yang bukan mahromnya. (Kutipan Kajian Online)
***
Ketika sedang beribadah maka malaikat mencatat dosanya, ketika melakukan kebaikan pun malaikat tetap mencatat dosanya, bahkan ketika tidurp un malaikat lagi-lagi tetap mencatat dosanya, karena apa? Karena wanita memposting wajahnya di media sosial.
Memamerkan kecantikan wajahnya padahal itulah yang dapat menggoda pria, membuat pria tidak menundukkan pandangan, padahal dalam Al-Qur'an diperintahkan menundukkan pandangan. Jika di dunia nyata, pria tidak akan berani lama-lama menatap wanita, apalagi yang belum dikenalnya. Pria akan malu kalau kelihatan sedang melihat wanita tersebut terus-menerus.
Mulai dari malam itu, Dzikri mulai mengurangi berkomunikasi dengan Nayla hanya beberapa waktu saja menghubungi Nayla itu juga karena hal penting mengenai mata kuliah Bu Windi. Bahkan ia jarang sekali melihat foto-foto Nayla di instagram, hanya dengan like ketika postingan baru Nayla diterbitkan.
Mungkin sedikit aneh bagi Nayla, ketika ia sudah jarang berkomunikasi dengan pria itu. Berkali-kali pula ia menekankan pada dirinya bahwa, ada atau tidaknya dia semuanya akan berjalan baik-baik saja. Dia sibuk dengan kegiatannya dan Nayl apun sibuk dengan apa yang dikerjakaannya juga. Kadang hidup tidak seasik itu.
Terkadang orang-orang yang hadir di dalam hidup kita ditakdirkan hanya untuk singgah, bukan untuk menetap. Jangan berlebihan, kita harus pintar dalam mengendalikan diri. Jangan terlalu terburu-buru bisa saja apa yang kita pikirkan ternyata berdeda dengan apa yang dipikirkan orang lain. Jangan mudah menerka jika tidak tahu fakta yang sesungguhnya, jangan pandai mengartikan segalanya jika belum mengetahui segala kepastiannya. Jangan mudah kecewa, jika apa yang didambakan tidak sesuai dengan keinginan.
@Riyuni Sukses yaa, semangat jg :)
Comment on chapter Perjumpaan yang Mengagumkan