Permulaan yang benar bagi umat manusia adalah ketika segala sesuatunya diawali dengan menyertai kehadiran Ilahi Rabbi. Ketika Al-Qur’an ditiupkan ke dalam hati Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam dan kemudian kepada para sahabat, serta generasi-generasi berikutnya, bahwasan-nya Sayyidina Ali Ra mengatakan:
“Bahwa seluruh Al-Qur’an itu terkandung didalam surat Al-Fatihah”, sedangkan surat Al-Fatihah itu sendiri terkandung di dalam Bismillah (basmallah).
Kutipan Blog “Sufi Keheningan”
Kalimat suci ini merefleksikan kandungan prinsip keEsaan Ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada yang Esa, kesementaraan dunia, dan kualitas-kualitas positif dari eksistensi manusia itu sendiri.
Dalam hal ini, Allah Subhannahu wa Ta'ala menurunkan kalimat suci “Bismillah” dalam wujud fisik (yang tersurat) pada sebuah kitab suci Al-Qur’anul Kariim yang secara langsung dapat dipahami oleh pikiran yang sehat.
Karena kalimat suci “Bismillah” itu sendiri, memiliki realitas-realitas dasar dan perbuatan-perbuatan sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari tingkat yang dapat dilihat dan didengar menuju ke Yang Gaib, yang juga merupakan keheningan di atas setiap bunyi.
Wujud fisik (Bismillah) inipun didasarkan pada ilmu pengetahuan tentang dunia bathin yang tidak hanya berkaitan dengan penampakan lahir semata, tetapi juga dengan realitas-realitas bathin “Bismillah” itu sendiri (yang tersirat).
Hanya bagi orang yang mampu melihat realitas-realitas tersebut atau pun orang yang telah dilatih untuk memperoleh penglihatan “Al-Bashirah” (penglihatan bathin) atas sesuatu yang tersembunyi dibalik rahasia “Bismillah”, dan dikarenakan “Bismillah” ini merupakan pula pesan dari ruang inti perbendaharaan yang gaib (khaza’in al-ghoybi), maka siapapun yang menerima pesan kalimat suci ini di dalam hatinya ia seakan menikmati alunan nyanyian alam rahim yang membawa jiwanya sebelum episode perjalanan duniawinya yang singkat.
Agama Islam tidak berdasarkan ketegangan dramatis antara langit dan bumi, atau pengorbanan heroik dan penyelamatan melalui campur tangan Tuhan, akan tetapi Agama Islam bertindak untuk mengembalikan kesadaran manusia, bahwa alam semesta adalah Kalam Ilahi dan pelengkap ayat-ayat suci tertulis yang diwahyukan dalam bahasa Arab.
***
Hal tersulit di dunia ini dalam kebaikan adalah ketika kita tidak mampu ikhlas (penerimaan) dan sabar dalam melakukan kebaikan disetiap harinya, mengeluh dengan apa yang dikerjakan, meronta dengan pada apa yang sudah ditekuni, dan merajuk untuk sesegera mungkin terselesaikan.
Faktanya, sangat dibenarkan walaupun kalimat suci bismillah dilantunkan berkali-kali, berulang-ulang namun kembali pada persoalan diri, mampukah bathin melakukannya? Jawabannya adalah naluri.
Manusia ketika dilahirkan sudah ditanamkan naluri di mana terdapat suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari namun ada sejak lahir dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Jika sesuatu diniatkan dengan hal baik yang disertai bismillah terlebih dahulu, maka dipastikan kebaikan selalu mengiringi setiap langkah karena tidak ada niat buruk yang berubah baik meskipun dilakukan dengan cara yang baik.
***
Dzikri, sapaan untuknya.
Pria yang kerap menjadi panutan kawan-kawannya, entah itu perbuatannya, perkataannya, pemikirannya, atau bahkan dalam hal terumit sekalipun.
Bagaimana tidak menjadi panutan bukan?
Seorang tahfidz yang dapat dikatakan paham betul akan agama yang selalu dipercayai dan diyakini dengan sepenuh hati dan jiwa. Bahkan tak diragukan ilmu-ilmu yang telah dipahaminya selama masa pembelajaran di sepanjang hayatnya.
Namun, pada dasarnya seorang tahfidz tidak menjanjikan bahwa dirinya untuk selalu melakukan hal dengan sempurna, melakukan dengan benar, dan seolah-olah tidak pernah berbuat salah, seperti yang terlihat oleh khalayak umum mengenai pandangan yang terdapat dalam diri seorang tahdfiz. Tak ada jaminan yang menyatakan bahwa seorang tahfidz akan masuk surge dengan segala ilmu yang dimilikinya entah itu ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan yang lainnya.
Tak lantas menjadikan diri mereka sebagai pembenaran dan ingatlah bahwa ia juga hanyalah manusia yang tak luput dari sifat lalai, sifat buruk yang terdapat dalam diri manusia.
Meneguhkan hatilah yang jauh lebih penting, jika hati sudah terpaut oleh Allah maka jalan yang di lalui akan selalu berada dalam ridho Allah. Maka ucapkan bismillah dengan segenap jiwa.
Hanya menyakinkan bahwa tidaklah sia-sia apa pun yang dilakukan dengan sepenuh hati dalam hal kebaikan maka langit mengetahuinya, langit merekam segala tindakan yang dilakukan di mana bumi sebagai tempat berpijak bahkan Allah senantiasa bersamanya.
@Riyuni Sukses yaa, semangat jg :)
Comment on chapter Perjumpaan yang Mengagumkan