Chapter 2
Pagi itu Reza kembali menjemput Clara di apartemennya, kebiasaan yang dirindukan oleh Reza. Entahlah sudah berapa lama ia tidak melakukan rutinitas itu. Reza menekan bel kamar Clara. Tak butuh waktu lama untuk Reza menunggu diluar, wanita itu membukakan pintu apartemennya. Clara tengah mengikat rambut panjangnya, dan dengan gerakan matanya Clara menyuruh Reza untuk duduk terlebih dahulu.
Reza melihat Clara sudah lebih membaik, luka yang ada disekitar tangannya perlahan mulai hilang bekasnya. Reza ikut senang melihatnya. Reza terus memperhatikan lekat Clara, hingga wanita itu mengenakan jaketnya dan sebuah sarung tangan berwarna pink muda. Reza baru melihat sarung tangan Clara yang itu.
“Yuk berangkat,” ajak Clara setelah selesai memakai sepatu bot berbulu miliknya. Reza mengangguk setuju, ia kemudian keluar dari apartemen Clara, dan menunggu wanita itu selesai menutup serta mengunci pintunya.
Clara tak banyak bicara selama perjalanan menuju mobil, begitupun dengan Reza. Mereka lebih memilih untuk mengobrol didalam mobil biasanya. Begitu selesai memasangkan sabuk pengaman pada tubuhnya, Reza ingin menanyakan sesuatu pada Clara.
“Gimana sama Rain?” tanya Reza tak sepenuhnya dapat dicerna oleh Clara.
“Apanya yang gimana?” tanya Clara balik tak mengerti maksud dari pertanyaan Reza. Reza menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar.
“Ya hubungan kamu sama pria dingin itu?” jelas Reza.
Clara tak ingin rasanya menceritakan perihal hubungannya dengan Rain kepada Reza, tapi tak ada salahnya juga berbagi kebahagiaan dengan Reza. Tentunya Reza pasti akan ikut bahagia.
“Kami udah jadian,” lirih Clara.
Reza spontan bertepuk tangan sekilas, ia tertawa mendengarnya. Tawa yang sulit untuk dikategorikan, entah ia senang atau ingin meledek. Clara membiarkannya saja.
“Ternyata Rain bisa ya..” gumam Reza namun masih dapat terdengar oleh Clara.
“Bisa apa maksud kamu?” tanya Clara penasaran.
“Ya, bisa naklukin kamu. Trus, trus gimana pas dia nembak kamu?” tanya Reza yang semakin kepo.
“Ya gitu,”
“Gitu gimana? Cerita dong” desak Reza sangat ingin tahu bagaimana Rain mengungkapkan perasaannya pada Clara. Sebab malam sebelum Rain ingin menyatakannya pada Clara, pria itu terlihat gelisah sekali saat menginap dirumah Reza.
“Dia ngomong panjangggg banget.. dan kamu tau? Baru kali itu aku denger Rain ngomong sepanjang itu” jelas Clara. Namun Clara tak ingin membahas terlalu jauh hubungannya bersama Rain dengan Reza. Clara mencoba mencari topik lain, agar Reza tak lagi-lagi mengusik dirinya.
“Trus, kamu gimana sama Felicya?” tanya Clara sengaja menggoda Reza. Clara dapat melihat dengan jelas, saat ia menyebutkan nama Felicya, raut wajah Reza mendadak menjadi gelisah. Dan beberapa kali pria itu berdeham kecil.
“Kenapa gelisah gitu ya Mas nya?” goda Clara semakin menjadi.
“Hem..hemm... Gak gelisah, cuman posisi duduk gak nyaman nih” alibi Reza dengan membenarkan posisi duduknya.
Clara mencibir kearah Reza “Kamu gak suka gitu sama Felicya? Dia kan cantik, putih, baik, jago masak juga lagi. Passion kalian aja udah sama” pancing Clara, agar Reza mau menjawabnya.
“Apasih kamu Ra, aku sama Fel itu cuma sebatas rekan kerja aja, gak lebih” jawab Reza dengan sedikit gugup.
Clara memicingkan matanya “Masaa? Kalo cinta tuh bilang, jangan dipendam. Ntar keburu diambil orang lho Fel nya” ucap Clara semakin memojokkan Reza.
Reza berusaha untuk tenang, ia tak ingin terpancing oleh Clara. Reza tahu, Clara hanya ingin dirinya mengatakan iya soal perasaannya pada Felicya. Untungnya saja Reza mengemudikan mobilnya lebih cepat saat Clara mulai membahas soal Felicya, jadi mereka sampai direstoran disaat yang tepat bagi Reza.
Reza turun dari mobil tanpa menoleh lagi kearah Clara, ia tak ingin terjebak dalam situasi seperti itu lagi. Clara yang melihat hal itu geleng-geleng kepala sembari tertawa kecil, karena baru kali itu ia melihat Reza sebegitu gugupnya, hingga berkeringat dicuaca sedingin Melbourne. Clara juga sudah dapat menebak bahwa Reza menyukai Felicya, hal itu dapat terlihat jelas dari tingkah laku dan ucapan gugup Reza selama dimobil tadi.
Clara pun mengikuti Reza yang sudah meninggalkannya masuk kedalam restoran. Pemandangan yang sangat Clara rindukan, ramainya pengunjung yang tengah menyantap makanan. Clara tersenyum merekah tiada henti, ditambah lagi ia melihat pria yang telah menjadi pelanggan setia direstoran itu. Ternyata pria itu masih menjadi pelanggan setianya. Clara mencari Reza, namun pria itu tak ada disana. Clara berpikir mungkin Reza berada diruang pribadinya. Clara melangkah kesana.
“Disini ternyata,” suara Clara hampir saja mengagetkan Reza yang tengah melamun, entahlah apa yang dipikirkan oleh pria itu.
“Lagi mikirin apa sih Za? Sampe kaget gitu” tanya Clara yang memilih duduk dihadapan Reza, ia menopangkan dagunya dengan tangan diatas meja.
Reza memijat pelipisnya sekilas, “Nggak kok, kepala aku sedikit pusing aja” jelas Reza berbohong.
“Gara-gara Felicya?” tebak Clara dengan memicingkan matanya.
Reza mengibaskan tangannya “Apasih Ra, gak beres-beres bahas soal Fel,” kesal Reza.
Clara mengangkat kedua tangannya diatas dada “Za, aku kasih tau ya, Fel juga suka kok sama kamu” ucap Clara membuka kartu Felicya. Clara tidak bermaksud untuk membeberkan curhatan Felicya padanya, hanya saja Clara tidak sabar ingin melihat kedua sahabatnya itu untuk menjalin suatu hubungan.
“Kamu kan udah tua Za, saatnya cari pasanganlah. Emangnya kamu mau jadi bujangan tua?” ledek Clara yang membuat Reza menjadi naik pitam.
“Aku masih muda Clara Pamela” balas Reza tak terima dengan tuduhan Clara yang sembarangan itu.
“Tua tau, liat aja tuh dikaca” suruh Clara dengan tawanya yang meledak selepasnya.
“Kamu ya, bisa banget bikin orang kesel” ucap Reza kesal.
Tak ingin melanjutkan perdebatan yang tiada ujungnya itu, Reza memilih untuk pergi keluar meninggalkan Clara yang masih setia dengan tawanya.
“Ada-ada aja Reza. Suka sama orang tapi gak mau ngungkapinnya, aneh” gumam Clara sendiri dalam ruangannya.
***
Nice srory, mmpir k crtaku jga yaaa
Comment on chapter Kisah Baru