Aulia tidak suka dengan cowok yang mengganggu ketenangannya tadi. Dia duduk di pohon lainnya untuk menghindari pengganggu itu. Sayangnya, hanya sebentar, langit mulai gelap. Ia harus pulang sebelum kakek Aloys mencarinya. Dia tidak ingin membantu jualan tetapi, ia tahu bahwa kakek Aloys memiliki penyakit jantung. Tidak boleh khawatir ataupun tegang karena hal itu dapat meningkatkan resiko kambuhnya penyakit itu.
"Aulia, kamu dari mana?"
Tidak ada jawaban dari Aulia. Dia hanya berjalan masuk ke dalam kamarnya. Kakek Aloys sudah biasa melihat reaksi Aulia yang ke empat kalinya ini. Dia tidak lagi berani berharap pada yang kakek Aloys beri dulu. Pada akhirnya semua itu tidak merubah sang ayah. Semua kenangan pahit mulai teringat.
"Papi! Aku dapat rangking satu! Lihat deh rapot Aulia!" sorak Aulia dari depan pintu rumah tempat Ayahnya berada. Tidak pernah ia merasakan tinggal bersama beliau sejak umur 12 tahun. Hanya kakek Aloys dan nenek Carole yang selalu menemani dan menghiburnya di rumah. Aulia berharap sang ayah akan membukakan pintu rumah ini. Dia terus menunggu dari sepulang sekolah hingga petang.
"Apa Papi lagi enggak ada di rumah? Papi enggak apa-apa kan?" gumam Aulia. Dia khawatir jika ayah Edgar sedang sakit.
Perut Aulia mulai berbunyi. Dia baru sadar bahwa dia belum makan sejak tadi siang. Dia terlalu ingin menunjukan bahwa dia mendapatkan penghargaan dari sekolah karena rangking satu di SMP ini. Hingga tanpa berpikir panjang, dia menaiki bus ke arah Eguisheim daerah perkebunan anggur dekat Three castles. Rumah Edgar lebih seperti pondok tua. Aulia tidak tahu harus membeli makanan di mana karena daerah perkebunan ini jauh dari toko-toko. Dia hanya menahan lapar di hari yang sudah gelap ini. Dia yakin sang ayah akan membukakan pintu ini. Karena itu juga, dia masih menunggu di depan. Dia tidak menyerah menunggu sang ayah.
Dia hanya menahan perutnya yang berteriak meminta makan. Pandangan perlahan-lahan menjadi buram dan kesadaran mulai menurun. Lama-kelamaan ia tidak lagi menyadari bahwa dirinya sudah tergeletak.
"EDGAR!! AULIA IS YOU DAUGHTER!! WHAT HAVE YOU DONE TO HER?!" bentakan kakek Aloys terdengar dengan jelas dari luar ruangan ini. Aulia membuka matanya perlahan-lahan. Lampu berwarna putih terlihat jelas. Suara tetesan air terdengan beberapa kali. Bau rumah sakit pun juga tercium dengan jelas.
"Am I in hospital?"gumam Aulia.
Seorang perempuan mengenakan seragam rumah sakit membuka korden dan bergegas melaporkan pada dokter akan kesadaran Aulia. Dokter pun datang melihat kondisi Aulia.
"Where am I? What time is it?" tanya Aulia pada perawat itu.
"You are in emergency room. Now is at 10.38 a.m." jawab perawat itu.
Tiba-tiba suara hentakan kaki terdengar. Aulia tahu bahwa itu adalah suara hentakan kaki Aloys yang sering ia dengar di rumah. Terdengar berbeda dengan hentakan kaki orang-orang.
"Aulia? Are you okay now?" sorak kakek Aloys.
"I'm okay." jawab Aulia dengan suara sangat pelan. Aulia melihat Edgar berdiri di luar ruang korden ini. Dengan jelas dia melihat wajah sang Ayah di belakang kakek Aloys dan nenek Carole.
"Papi!" sorak Aulia dengan volume yang sangat pelan. Sayangnya, Edgar justru mengalihkan perhatiannya dan berjalan keluar dari rumah sakit ini. Terbesit luka karena reaksi Edgar pada Aulia. Aulia berharap Edgar akan datang dan menanyakan kondisinya juga tetapi hasilnya tidak ada reaksi yang terlihat.
"Kakek!" ujar Aulia.
"ya?"
"Dulu Kakek berkata jika Aulia mendapatkan nilai yang bagus, ada kemungkinan Papi akan menjadi perhatian kembali dengan Aulia."
Suasana menjadi terasa tajam bagi Aloys dan Carole. Mereka mengetahui ke mana arah kalimat Aulia.
"Tetapi, pada kenyataannya, tidak ada reaksi dari Papi. Lalu, apa gunanya Aulia sekolah?"
"Au.."Carole mencoba mencairkan suasana.
"Cukup, nek. Aulia tidak akan sekolah lagi."meski suara tidak terdengar kencang, nada yang dia gunakan terdengar sangat tegas.
"Aulia!"bentak Aloys. Aulia tidak peduli dengan bentakan itu. Dia tetap bersikeras dengan keputusannya.
Sejak saat itulah, meski Aloys dan Carole memaksa Aulia untuk tetap sekolah, tidak ada semangat lagi baginya untuk melanjutkannya. Dia tidak lagi peduli akan prestasinya di sekolah. Hanya menjalani hari demi hari dengan aktifitas yang sama; duduk di atas pohon sambil menikmati musik sejak hari pertama ia sekolah di SMA ini.
*****
thanks all sudah baca sampai sini.
gimana stlh tau masa lalu Aulia? sedih ya
jangan lupa tinggalkan jejak vote dan comment juga ya! thanks 🙏🏻
aku suka banget loh dengan karakter cewek di dalam ceritamu tipe-tipe cewek strong :D. tulisan mu juga bagus,diksinya bagus, mengalir gitu bacanya .
Comment on chapter 1. Gadis Pemberani nan Misteriuskamu boleh nih kasih krisan ke ceritaku kalau mau. aku tunggu yaaa