Read More >>"> Delapan Belas Derajat (13. Kenapa ...?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delapan Belas Derajat
MENU 0
About Us  

 

Hari memang selalu berganti. Tapi, perasaanku padamu takkan pernah terganti.

……

Hari ini matahari cukup terik. Upacara yang tidak bisa dilalui dengan khidmat. Ditambah lagi, pidato kepala sekolah cukup lama.

Tahun ini, ayah Idelisa menjabat sebagai kepala sekolah. Tidak sering mendengar curhatan Idelisa tentang ayahnya itu. Walaupun  begitu, Idelisa tetap menganggap ayahnya, terbalik dengan ayahnya yang tidak menganggap Idelisa.

“Mar …,” panggil Mansa yang berada di samping Azmariah.

“Hm?” sahut Azmariah lalu menoleh ke Mansa.

Hidung Mansa mengeluarkan darah. Azmariah panic melihatnya. Ia memegang tangan Mansa yang dingin lalu menariknya perlahan.

“UKS aja, ya?” tawar Azmariah.

“Enggak bisa jalan,” lirihnya.

Tanpa aba-aba, Mansa terjatuh dan berhasil ditangkah oleh Azmariah yang sudah panic tidak tertolong. Tim kesehatan yang berjaga mulai menghampiri tempat Mansa berdiri tadi. Begitu juga dengan Bu Muntianah.

“Azmariah ikut, ya?” ucap Bu Muntianah diangguki Azmariah dengan wajah cemasnya.

***

“Maaf ya, baju kamu jadi kena darah Mansa,” ucap Bu Muntianah seraya membawa gelas yang berisi the hangat dan diletakkan di atas nakas.

“Enggak apa-apa, Bu.” Azmariah hanya tersenyum tipis dan kembali menatap Mansa yang masih tertidur di hadapannya.

“Kamu kaget, ya? Dia sering begini.” Bu Muntianah duduk di samping Azmariah dan ikut melihat Mansa yang masih tertidur. “Dulu, kalau dia enggak nangis, mungkin dianggap meninggal,” lanjutnya.

Azmariah menoleh ke Bu Muntianah lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. “Maksudnya, Bu? Masalah jantungnya?”

Bu Muntianah mengangguk. “Selain itu, suhu badannya juga beda sama orang biasanya. Warna mata juga beda.”

“Warna … mata?” tanya Azmariah dan diangguki Bu Muntianah.

“Kamu gak sadar? Dia pakai lensa kontak kalau sekolah,” ucap Bu Muntianah.

Azmariah hanya bisa melongo mendengarnya. “Enggak sadar …,” gumamnya.

“Warna mata dia itu biru, beda sama orang Indonesia biasanya,” lanjut Bu Muntianah.

Azmariah menggangguk paham dan kembali memerhatikan Mansa yang belum terbangun juga dari tidurnya. Ia cemas dengan Mansa yang sekarang ini. Akankah kemungkinan terburuk terjadi?

Azmariah belum siap jika mendengar Mansa tidak ingat dengannya seperti drama picisan yang biasa ia tonton.

Itulah kemungkinan terburuk bagi Azmariah sekarang ini.

Mata Mansa mulai bergerak. Perlahan terbuka membuat Azmariah mengembangkan senyumnya dengan bahagia.

“Mar …?” panggil Mansa ke Azmariah.

“Abang, ya. Baru bangun langsung panggil Azmariah, bukan Mamah,” ketus Bu Muntianah yang ada di sebelah Azmariah.

Mansa menatap ibunya dengan sayu dan senyum tipis. “Mah, Asa mau berdua sama Azmariah dulu, boleh?”

Bu Muntianah menghela napasnya lalu memandang Mansa serta Azmariah secara bergantian. “Jangan lakukan hal tabu,” ucapnya.

“Asa gak nafsu sama Azmariah, Mah.”

Perkataan yang membuat Azmariah menatap Mansa dengan tajam. Namun Mansa tidak mengacuhkannya. Saat Bu Muntianah keluar dari UKS. Mansa kembali menatap Azmariah.

“Bantu bangun,” ucapnya.

Azmariah menghela napasnya lalu membantu Mansa duduk dari tidurnya tadi. Ia duduk di sebelah Mansa.

Mansa menyandarkan tubuhnya ke dinding yang cukup dingin masih dengan tatapan sayunya. Azmariah semakin cemas melihat Mansa yang seperti sekarang.

“Kenapa, Mar?” tanya Mansa dengan suara serak.

Azmariah hanya menggeleng. “Besok lo gak usah sekolah,” ucap Azmariah.

“Simpati sama gue?”

“Orang kayak lo gak perlu disimpatiin.” Azmariah menyentuh dahi Mansa dengan tangan kanannya.

Hal itu membuat mereka berdua bertatapan sebentar.

“Suhunya gak jelas, tangan gue dingin,” gumam Azmariah.

Akhirnya, Azmariah menyentuhtuh dahi Mansa dengan dahinya. Pastinya, wajah Mansa memerah sekarang. Napasnya memburu. Walaupun jantungnya tidak berdetak, dia merasa seperti habis lari marathon.

Dia merasa dirinya tidak bisa dikendalikan lagi sekarang. Dengan perlahan Mansa menutup mulut Azmariah dan mengecup tangannya di sana.

“Jangan kayak gitu lagi, Mar,” ucapnya lalu melepaskan tangannya yang menutup mulut Azmariah tadi.

“M-maksudnya? Lo gak suka …?” tanya Azmariah lalu menelan salivanya susah payah.

“Apa kurang jelas?” tanya Mansa.

Mansa memegang kedua bahu Azmariah seraya mengatur napasnya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Azmariah dengan cepat hingga bibir mereka bersentuhan.

Azmariah membulatkan matanya tidak percaya. Saat Mansa menjauhkan wajahnya perlahan, ia kembali jatuh ke pelukan Azmariah.

“Sa? Mansa? Bangun!” teriak Azmariah seraya menepuk pipi Mansa berkali-kali.

Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Ia mendekap Mansa dengan berlinang air mata.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • kairadish

    @yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
    Aku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
    Oke kak,^^

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • yurriansan

    nama tokohmu unik2, Mansa Garem, wkkwkwk. masih nunggu lanjutannya.
    kamu juga boleh kasih kritik da saran ke tulisanku kalau mau

    Comment on chapter 03. Pulang Bareng
  • kairadish

    @rara_el_hasan makasih banyak kak, sudah mampir^^

    Comment on chapter Prologue
  • rara_el_hasan

    diksinya asyik .... baru baca dua part langsung nagih

    Comment on chapter Prologue
Similar Tags
SUN DARK
379      234     1     
Short Story
Baca aja, tarik kesimpulan kalian sendiri, biar lebih asik hehe
Dream
581      419     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
KETIKA SEMUA DIAM
1385      803     8     
Short Story
Muhammad Safizam, panggil saja Izam. Dilahirkan di kota kecil, Trenggalek Jawa Timur, pada bulan November 2000. Sulung dari dua bersaudara, memiliki hobby beladiri \"Persaudaraan Setia Hati Terate\". Saat ini menjadi seorang pelajar di SMK Bintang Nusantara School Sepatan Tangerang, prog. Keahlian Teknik Komputer & Jaringan kelas 11. Hub. Fb_q Muhammad Safizam
Trainmate
2429      1026     2     
Romance
Di dalam sebuah kereta yang sedang melaju kencang, seorang gadis duduk termangu memandangi pemandangan di luar sana. Takut, gelisah, bahagia, bebas, semua perasaan yang membuncah dari dalam dirinya saling bercampur menjadi satu, mendorong seorang Zoella Adisty untuk menemukan tempat hidupnya yang baru, dimana ia tidak akan merasakan lagi apa itu perasaan sedih dan ditinggalkan. Di dalam kereta in...
Mentari Diujung Senja
465      273     2     
Fan Fiction
Dunia ini abu untuk seorang Verdasha Serana Kana. Hidupnya ini seperti dipenuhi duri-duri tajam yang tak ada hentinya menusuknya dari seluruh penjuru arah. Ibunya yang tak pernah menghargai dirinya, hanya bisa memanfaatkan Sasha. Lelaki yang di kaguminya pada pandangan pertama malah jadi trauma baginya. Dia tak tahu harus lari kemana lagi untuk mencari perlindungan Philopophy series : Ba...
Another Word
596      343     2     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
Adelia's Memory
478      305     1     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?
Frasa Berasa
62156      6898     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
Today, I Come Back!
3575      1204     3     
Romance
Alice gadis lembut yang sebelumnya menutup hatinya karena disakiti oleh mantan kekasihnya Alex. Ia menganggap semua lelaki demikian sama tiada bedanya. Ia menganggap semua lelaki tak pernah peka dan merutuki kisah cintanya yang selalu tragis, ketika Alice berjuang sendiri untuk membalut lukanya, Robin datang dan membawa sejuta harapan baru kepada Alice. Namun, keduanya tidak berjalan mulus. Enam ...
Gilan(G)ia
472      250     3     
Romance
Membangun perubahan diri, agar menciptakan kenangan indah bersama teman sekelas mungkin bisa membuat Gia melupakan seseorang dari masa lalunya. Namun, ia harus menghadapi Gilang, teman sebangkunya yang terkesan dingin dan antisosial.