Indah memang, tapi bukan itu masalahnya.
……
“Lo tidur di atas, kamar Fansa.” Mansa melempar tasnya sembarang dan kembali menatap Azmariah yang masih berdiri di depan pintu masuk. “Atau mau tidur di kamar gue?” lanjutnya.
“H-hah?”
“Hah, heh, hoh,” balasnya kesal.
Azmariah masih tidak percaya dengan pertanyaan itu. Wajahnya memerah tiba-tiba. Mansa melihat wajah Azmariah tersadar dengan pertanyaannya yang sangat memalukan.
“Lo mikir apa? Gue nawarin, biar gue tidur di kamar Fasya atau Fansa,” jelas Mansa.
Helaan napas keluar dari mulut Azmariah. Dia lega mendengarnya. Mana mungkin juga pikiran liarnya kenyataan.
“Terserah,” jawab Azmariah lalu tersenyum.
“Mau pakai kamar mandi? Gue cariin baju Fansa.”
Azmariah mengangguk. “Di?”
“Kalau kamar mandi, pasti di belakang, kan?” ucap Mansa denga wajah polosnya.
“Ih! Sebelah mana!”
“Lurus terus, nanti belok kiri dekat tangga, ada pintu masuk ke dalam,” jelas Mansa.
“Pas banget di sana?”
“Enggak. Lurus lagi, terus belok kanan dekat dapur,” lanjut Mansa.
Ngomong doang di belakang! Ke belakang aja ribet!
……
Seusai membasuh tubuhnya, Azmariah duduk di sofa ruang keluarga dengan memeluk kedua kakinya. Dia mengerucutkan bibirnya lalu melirik ke kiri dan kanan.
Mansa datang menghampirinya dengan membawa dua gelas susu hangat.
“Vanila atau cokelat?”
“Keju.”
Mansa berdecak sebal lalu memutar bola matanya. “Gak ada dipilihan, Mar,” ucapnya.
Azmariah hanya terkekeh mendengar reaksi Mansa. “Terserah.”
“Cokelat aja, ya? Gak alergi, kan?”
“Lo pikir gue Amara?”
“Nanya doang, kan,” ucap Mansa.
Mansa meletakkan kedua gelas itu di meja dan duduk di samping Azmariah. Ia mengambil ponselnya yang ada di saku celananya. Terlalu asyik dengan dunianya, ia lupa dengan Azmariah yang ada di sampingnya.
Perlahan mata Azmariah menutup karena kelelahan. Ia merasa tenaganya sangat terkuras hari ini. Kepalanya hampir terjatuh namun ia tahan.
“Tidur aja,” ucap Mansa sudah gemas melihat Azmariah yang menahan kantuk.
“Gak mau …,” gumam Azmariah setengah sadar.
Kepala Azmariah jatuh menabrak lengan kanan Mansa dan terjatuh ke pahanya. Mansa terkejut dan hampir menjatuhkan ponsel miliknya.
Mansa menghela napasnya lalu meletakkan ponselnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.
Ia perlahan mengangkat kepala Azmariah dan menggendongnya untuk pergi ke kamar. Mansa sudah berpikir hal ini akan terjadi.
Sesampai di kamarnya, ia merebahan tubuh Azmariah yang masih tertidur tanpa terganggu sedikitpun.
“Untung ringan …,” gumam Mansa lalu berbalik untuk kembali ke ruang keluarga.
Tiba-tiba, Azmariah menggenggam tangannya dengan kuat. Mansa kembali menoleh ke Azmariah yang masih tertidur dengan tentram.
Mata Azmariah sedikit terbuka. Senyum tipis terukir di wajahnya. “Sa …?”
Mansa menghela napas lagi dan duduk di sebelah Azmariah yang sedang berbaring. “Apa?”
“Sini aja ….”
“Kenapa?”
Azmariah menggeleng pelan. Ia semakin mengeratkan pegangan tangannya ke Mansa. Ia mendekatkan wajahnya ke tangan Mansa.
“Jangan kemana-mana,” gumam Azmariah.
“Kalau gue mau tidur gimana?” tanya Mansa seraya mengusap kepala Azmariah dengan tangan satunya.
“Sini aja ….”
Mansa terkekeh. Ia melepaskan tangan Azmariah perlahan lalu mengecup dahi Azmariah dengan lembut.
“Gue suka sama lo, Mar.”
@yurriansan makasih banyak kak sudah mampir^^
Comment on chapter 03. Pulang BarengAku suka nama mansa garem wkwkwkwkw
Oke kak,^^