Dengan satu sentakan, Josh melepas kasar pagutannya pada bibir Katarina, "Kamu mulai membuatku hilang kesabaran, Kat. Aku tau kamu masih mencintaiku, aku yakin sekali sekarang ... menikahlah denganku, Kat."
"Tidak! Tidak! Tidak!!!" Katarina berteriak histeris, tangannya memukul-mukul gagang setir di depannya. Air mata meleleh lagi di wajahnya, ia mulai tersedu-sedu. Kesedihan terpancar di mata indah itu sekarang, trauma yang masih melekat padanya berusaha menolak.
Argh! Ditariknya Katarina lagi dan tangannya mengunci kepala Katarina di tempat yang tepat dimana bibir Josh bisa melumat bibir Katarina lagi tanpa perempuan itu bisa melepaskan diri.
Kali ini Josh melakukannya lebih lembut, jauh lebih lama. Ia lelah merayu Katarina dengan kata-katanya, biarlah sekarang bibirnya yang merayu perempuan itu. Hatinya girang setengah mati ketika Katarina dengan pasrah dan membalas ciumannya. Ciuman itu terasa asin dengan bumbu air mata, pikir Josh sambil tertawa dalam hati.
"Kat, perlu kamu ketahui, bibirmu membuatku ketagihan. Harusnya kita melakukan ini dari dulu." Ujar Josh menyeringai lebar sambil melepaskan Katarina dari kunciannya. "Aku tidak akan berhenti dan tidak mau berhenti menciummu sampai kamu bilang 'ya', Kat. Semoga security gedung akan menangkap basah apa yang kita lakukan dan menikahkan kita sekarang, saat ini."
Katarina baru akan membuka mulutnya untuk menjawab ketika Josh menariknya lagi. Bibirnya yang tegas memagutnya tanpa henti, seperti ancaman Josh barusan. Kali ini Katarina merasa dunianya yang dulu diam dan membeku, kini terasa berputar layaknya bumi yang mengitari matahari. Hangat.
"Kat ... kalau kamu ... tidak menjawab ... pertanyaanku segera ... sebentar lagi ... kita berdua ... akan berakhir seperti Romeo dan Juliet ... tapi ini ... versi Romeo dan Juliet ... yang mati lemas dalam mobil ... Nikahi aku, Kat ... aku benar-benar membutuhkanmu." Katarina tergelak mendengar celotehnya diantara bibir mereka yang bertautan.
"Oh, tunggu ...." Ujar Josh tiba-tiba teringat sesuatu. Ia melepasnya, kemudian merogoh-rogoh ke dalam jas, sebuah kotak kecil berwarna maroon sudah berada di tangannya. Di dalamnya, sebuah cincin emas bertahta berlian berkilau tertimpa cahaya lampu. Perlahan Josh mengeluarkannya sambil menyeringai gugup, tangannya bergetar halus ketika dia mengenakan cincin itu di jari manis Katarina.
"Aku ingin membeli cincin yang berliannya sangat besar sampai-sampai kamu bisa menggunakannya untuk bercermin juga, tapi ... rasanya kamu pasti gak suka. Kamu terlalu sederhana, tidak seperti Cyanne atau Sylvia. Hal simple yang paling kusuka darimu." Josh menyelipkan kembali surai rambut Katarina yang terlepas dari telinganya.
"Siapa bilang aku gak bakal suka?" Katarina tertawa dalam haru, sebulir air matanya lolos dan ditangkap ibu jari Josh yang mengusapnya lembut.
"Jangan menangis lagi ya, Kat. Hatiku sakit melihat kamu menangis."
Katarina memberanikan diri menatap Josh. Setelah buminya berputar, semua terasa hidup lagi, ia dapat merasakannya seakan dibangunkan oleh mantra ibu peri. Bunga cintanya mulai berkembang lagi dan rasanya memabukkan. "Josh, aku bersedia." Bulir-bulir air matanya jatuh lagi.
"Bersedia apa?" Dengan jarinya, Josh mengusir air mata itu. Ia mengangkat dagu Katarina untuk menatapnya. Wajah tampan di depannya bertanya dengan pandangan setengah memelas, setengah lagi berharap bintang jatuh, "Katakan padaku."
"Pokoknya aku bersedia." Katarina menggigit bibirnya.
"Bersedia apa, Katarina? Jangan membuatku penasaran. Dari tadi aku bicara panjang lebar dan jawabanmu hanya 'aku bersedia'. Please, Kat ... katakan padaku, apa yang kau inginkan?"
"Aku bersedia menikah denganmu."