Katarina menggeleng.
"Gue cuma nanya dia, Di ... kenapa sampe sekarang dia gak nganggep gue ada? Kenapa dia gak pernah mau ngobrol sama gue?"
"Ah ...," Desah Hadi. Tubuhnya yang tadi siap menerjang--jikalau Katarina memberikan tanda berupa anggukan--menjadi lebih santai. Hadi berjalan mendekat dan masuk ke barisan bangku untuk duduk di sebelah Katarina. Tangannya dengan santai tersampir pada sandaran bangku di punggung gadis itu, melindunginya. Josh tidak tau mengapa ia tidak menyukai gestur Hadi yang seperti itu, yang seakan-akan menyatakan kepemilikannya atas Katarina.
"Gue belum sempat nanya ini sama lo, Josh, tapi sekarang gue perlu tau sebelum lo terlibat lebih jauh sama kita. Lo percaya gak sama gosip mengenai Katarina dan Billy?"
Josh terdiam, otaknya memutar kembali apa yang telah didengarnya mengenai alasan Billy memutuskan hubungannya dengan Katarina.
Ia tidak pernah berpikir gosip itu akan memiliki pengaruh besar pada Katarina, namun ia khawatir Billy telah melakukan perbuatan buruk pada gadis itu karena Billy suka sekali bertaruh dengan beberapa siswa untuk mendapatkan tubuh perempuan. Dengan begitu, ia bisa mendapatkan keduanya--baik uang taruhan dan kepuasan seksual.
Di kalangan pemain basket seperti dirinya pun sebenarnya banyak gosip serupa yang beredar, mengenai beberapa gadis cheerleader yang menjajakan tubuhnya. Gadis-gadis itu tampak tidak mempermasalahkannya, malah beberapa dari mereka bangga karena merasa sudah berpengalaman menghadapi lelaki dan itu membuat mereka lebih agresif.
Tatapan Josh kembali terfokus mempelajari gadis di depannya dengan penuh perhatian. Katarina tidak menatapnya, entah apa yang ditatapnya di bawah meja. Josh bertanya-tanya, apakah mungkin seorang gadis yang sudah melakukan tindakan tidak senonoh seperti yang digosipkan memiliki sifat sepenakut ini?
Josh memutuskan jawabannya, "Gue gak percaya sama gosip itu, Di."
"Bagus! Gue harap lo jujur sama jawaban lo. Jadi, Josh ... Katarina pernah liat lo bareng Billy. Lo sobatan sama Billy?"
Josh menatap gadis di depannya dengan rasa tidak percaya, kemudian ia menarik diri ke belakang sambil mengurut wajahnya, "Kat, jadi lo khawatir kalau gue deket sama Billy dan lo takut gue bakal manfaatin lo seperti Billy? Kenapa gak ngobrol sama gue, Kat? Kenapa mesti lewat Hadi? Gue kan juga temen lo."
Josh melihat pandangan Katarina yang perlahan naik menatapnya, mata itu masih memancarkan ketakutan. Hati Josh terenyuh, apa yang sudah dilakukan Billy pada perempuan ini?
Josh menghembuskan nafas panjang, "Gini, gue ceritain. Billy nawarin gue jam Rolex karena tau bokap gue penggemar jam itu. Pas gue tanya asalnya, dia gak bisa jawab, bisa jadi kan itu curian. Lo harus tau Kat, Billy itu brengsek. Setelah gue tolak, Billy malah rajin ke kelas gue untuk ngajakin dugem. Gue tolak terus, sampai akhirnya dia pergi.
Gue tegasin ke lo ya Kat, gue sama sekali bukan sobat Billy. Sekarang gue mau lo ... gak diemin gue lagi, Kat." Josh memajukan tubuhnya – setengah menunduk – untuk dapat bertemu pandang dengan Katarina, "Please."
Hati Josh merasa lebih tenang ketika dilihatnya pandangan Katarina melembut dan kekhawatirannya mulai reda. Istri si abang bakso datang membubarkan pembicaraan mereka sambil membawakan enam es teh dalam botol. Hanya Katarina yang mengucapkan terima kasih.
"Tenang aja Kat, Josh orang baik-baik koq. Kalau gak, dari pertama kita gak bakal kenalin dia ke lo. Paling gak dia bukan lelaki macam Billy. Lo percaya kan kalau gue yang ngomong."
Josh memperhatikan ekspresi Katarina yang menatap Hadi dan menilai, sepertinya Katarina bergantung pada teman-temannya, terutama Hadi. Jangan-jangan Katarina menyukai Hadi. Bukan urusan gue sih, tapi koq gue merasa cemburu ya?