LEAD TO YOU – PART 24
*****
Aku dengan gembira membantu Bu Ami di dapur, Bu Ati dan Yusan juga berada di dapur. Aku harus banyak bersyukur diberikan keluarga baru yang sangat menyayangiku seperti mereka. Seketika aku terpikir akan Dinar, nanti aku akan menghubunginya.
Alghaz muncul di ambang pintu dapur dan menghampiriku, ia memelukku tanpa malu-malu di depan Bu Ami, Bu Ati dan Yusan. “Aku rindu istriku, boleh kan aku memeluknya?” tanyanya entah pada siapa. Tapi Bu Ami dan Bu Ati mengangguk sambil tersenyum, begitu juga Yusan.
“Tentu saja, Tuan Alghaz” sahut Bu Ami.
“Bi, aku akan menyiksa anak angkat Bi Ami ini dengan tanganku yang menggelitik pinggangnya kalau Bi Ami tetap memanggilku dengan Tuan” ancamnya sambil menatapku dengan senyum miringnya.
Mataku melebar mendengar ancamannya, “Kenapa aku yang dikorbankan?” tanyaku bingung. Tapi mulai menjerit ketika jari Alghaz mulai bergoyang di pinggangku.
Bu Ami terlihat kikuk karena melihatku menatapnya tajam, “Baiklah! Saya akan memanggil Alghaz saja mulai sekarang”
Ah aku bernapas lega ketika jari Alghaz berhenti menggelitikku, “Terima kasih, Bu...” ujarku tulus.
Alghaz melepaskan pelukannya dan menghampiri masakan Bu Ami, “Aku lapar dan kangen masakanmu Bi...” katanya.
“Kami akan segera menghidangkannya di meja Tu---eh Alghaz” ujar Bu Ami jadi gugup.
Alghaz mengangguk-angguk senang.
Suamiku itu, tidak pergi ke kantor hari ini, ia menghabiskan waktunya di rumah bersamaku. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, Omar yang meneleponnya. Aku hanya mendengarnya, “Usir saja!” “Tidak, aku tidak mau bicara dengannya” “Katakan jangan pernah datang lagi mencariku, Omar!” Dan Alghaz menutup teleponnya dengan gusar.
Ia melihat ke arahku, “Amber datang ke kantor mencariku” katanya.
Aku hanya mengangguk, tapi aku jadi penasaran dengan Amber ini. “Alghaz, Omar bilang Amber adalah orang yang sangat dekat denganmu.”
Aku mendengar Alghaz bergumam kesal, “Dasar Omar bermulut ember” makinya.
“Al, Omar tidak bermaksud begitu, waktu itu dia hanya menjelaskan siapa Amber bagimu sebelum bertemu denganku” belaku.
“Ya, Amber pernah jadi kekasihku.”
“Apa kau cukup dekat juga dengan keluarganya?”
Alghaz menggeleng, “Ia tidak pernah mengenalkanku dengan keluarganya” ada jeda, “jadi aku tidak tahu keluarganya” jawabnya.
“O ya? Padahal kau cukup lama berhubungan dengannya bukan?”
Ia mengangguk sambil mengutak-atik ponselnnya, “Tidak juga, tapi waktu enam bulan merupakan yang paling lama untukku, , dan berikutnya kami hanya berhubungan tanpa status. Kau tahu maksudku...” katanya, dan aku hanya mengangguk, walau tidak tahu maksud sebenarnya.
“Saat aku bertemu Max kemarin, dia menyebut-nyebut nama Amber. Aku tidak tahu apakah Amber keponakannya itu sama dengan Amber mantan kekasihmu itu” terangku.
Tubuh Alghaz menegak dan matanya melebar menatapku, “Apa? Kamu---“
“Tidak, aku tidak bertemu dengannya. Karena itu aku tidak tahu apakah Amber ini orang yang sama atau bukan” sahutku.
Mata Alghaz berputar seperti berpikir sesuatu, “Bisakah kau cari tahu tentang Amber versimu dari temanmu yang bernama Dinar itu?” tanyanya. “Aku mencurigai sesuatu pada Amber” katanya lagi.
Ya, Alghaz benar juga, aku bisa bertanya pada Dinar. Kemudian aku mencari nomor telepon Dinar dan mengirimkan pesan padanya.
Assalamualaikum, Dinar. Ini Gadis.
Beberapa saat kemudian Dinar membalas pesanku, Gadis? Waalaikumsalam! Aku senang akhirnya kamu menghubungiku. Apakah ini nomor ponselmu? Kamu di mana sekarang?
Begitu banyak pertanyaan beruntun yang ditulis Dinar, Aku sudah kembali ke rumahku dan rujuk lagi dengan suamiku. Kapan-kapan aku akan memperkenalkan kalian berdua ya.
Ah senang mendengar kamu sudah baikan lagi dengan suamimu Dis. Kadang aku tidak percaya kalau kamu sudah menikah.
Dinar, ada hal yang aku mau tanyakan padamu.
Ya, silakan.
Kemarin aku mendengar ayahmu menyebut nama Amber. Aku punya teman bernama Amber juga dan sedang mencari tahu di mana dia sekarang. Apa kamu bisa mengirim foto Amber yang kemarin disebut ayahmu itu?
Jantungku berdebar menuliskan ini, semoga ini bukan kebohongan yang merugikan orang lain. Aku hanya ingin tahu. Itu saja.
Amber sepupuku? Tentu saja, sebentar ya.
Tidak lama Dinar mengirimkan fotonya dan mataku membelalak menatap foto itu. Wajahnya sama dengan Amber yang kukenal sebagai mantan kekasih Alghaz. Aku memperlihatkan foto itu pada Alghaz dan iapun tidak kalah syok. Kalau Amber keponakan Max, apakah ada hubungannya dengan usaha Max menghancurkan Alghaz?
“Gadis! Aku rasa, keinginan Max untuk menghancurkanku bukan karena kau adalah istriku, itu hanyalah kebetulan yang menguntungkannya dan dia memanfaatkannya untuk mendapatkanmu sekaligus menghancurkanku. Amber adalah kaki tangannya! Max sudah mengincarku lama!” ujar Alghaz menyampaikan teorinya.
Mataku membelalak menyadari kebenaran teorinya, tapi tentu saja itu hanya dugaan sementara, semua harus dibuktikan. Karena itu ia kemudian menelepon Omar dan detektif sewaannya, ia meminta mereka segera datang ke rumah.
Pesan dari Dinar masuk lagi, Apa dia Amber yang sama dengan yang kamu maksud Dis?
Aku segera membalasnya, Maaf Dinar, ternyata bukan. Amber sepupumu bukan yang sedang aku cari.
Oh sayang sekali. Amber ini anak dari pamanku yang kemarin kita menginap di rumahnya lho Dis.
Oh begitu ya.
Gadis, apa kamu jadi mau ikut bergabung dengan bazar amal di kampusku?
Aku akan minta izin suamiku dulu ya, kalau dia mengizinkan, aku akan senang hati bergabung Dinar.
Baguslah kalau begitu.
Terima kasih Dinar.
Sama-sama Gadis.
*****
@yurriansan terima kasih ya, oke aku mampir
Comment on chapter Lead To You - Part 2