Loading...
Logo TinLit
Read Story - LEAD TO YOU
MENU
About Us  

LEAD TO YOU – PART 21

*****

Dua hari berada di rumah Pamannya Dinar, membuatku nyaman. Hari ini Dinar akan kembali ke rumahnya, karena ayahnya sudah pulang dari perjalanan bisnisnya. Dinar mengajakku ke rumahnya dan tinggal di sana untuk sementara waktu. Aku berniat mencari pekerjaan untuk melanjutkan hidupku dan Dinar bersedia membantuku.

Kami berjalan lagi melalui jalan setapak kecil yang kami lalui dua hari yang lalu, melewati masjid tempat kami pertama kali bertemu. Aku dan Dinar saling memandang dan tersenyum. Kemudian kami sampai di sebuah kantor kelurahan, aku pikir Dinar ada keperluan di kantor ini. Tapi ternyata dia menghampiri sebuah mobil sedan berwarna silver dan membuka pintunya dengan kunci yang dipegangnya dan memintaku masuk. Aku tidak menyangka kalau Dinar memiliki mobil mewah dan bisa mengendarai sendiri mobilnya. Ia tidak nampak seperti itu. Penampilannya sangat sederhana dan biasa saja, dari situ aku bisa melihat bahwa Dinar orang yang sangat rendah hati.

Mobilnya melaju di jalan raya yang cukup lengang. Dinar menceritakan tentang kegiatannya di kampus selama liburan ini. Ia mengadakan bazar amal bersama teman-teman ROHIS-nya dan mengajakku bergabung. Tentu saja aku mau, aku menyukai kegiatan sosial yang bertujuan untuk beramal. “Acaranya belum akan dimulai hari ini, tapi kami akan mengadakan rapat hari ini di kampus” katanya.

“Kedengaran seru sekali punya kegiatan positif seperti itu di kampus”

“Ya, memang...” sahutnya, “saya senang ketemu kamu Gadis, saya seperti punya adik dan teman ngobrol” katanya lagi,

“Saya juga...”

“Gadis, ibu kamu? Apa dia tidak khawatir kamu tidak juga memberi kabar padanya?”

Aku menunduk teringat Bu Ami dan Bu Ati, juga Yusan, dan otomatis aku juga jadi mengingat Alghaz. Ya Tuhan, darahku berdesir cepat di saat otakku berpikir tentangnya, mantan suamiku.

“Dinar, sebenarnya hidupku sedikit rumit, Bu Ami adalah ibu angkatku dan aku baru saja menikah dan bercerai sekaligus” rasa sesak di dadaku menyeruak saat aku menyebutkan kisahku dengan Alghaz. Aku merasa sudah lebih dekat dengan Dinar, karenanya aku tidak bersaya-saya lagi padanya.

Mata Dinar melebar mendengarku sudah menikah dan bercerai sekaligus, “Kamu sudah menikah? Tapi apa maksudnya kamu sudah bercerai sekaligus?”

“Alghaz menikahiku kira-kira hampir dua minggu yang lalu, waktu itu aku baru saja selesai ujian sekolah,  dan dua hari yang lalu, saat kita bertemu di masjid, itu adalah hari kami berpisah, aku melarikan diri darinya...” tuturku.

Dinar menatapku sekilas dengan ekspresi bingung, “Kenapa kamu harus melarikan diri dari suami kamu?”

“Ceritanya panjang, kapan-kapan aku ceritakan semuanya sama kamu” sahutku.

Dinar mengangguk dan membelokkan setirnya ke sebuah perumahan elite. Rumahnya sangat besar-besar, hampir sama dengan rumah Alghaz. Ternyata Dinar adalah anak seorang yang kaya raya, tapi dia begitu sederhana, aku menyukainya.

“Ini rumahku” ujarnya dan ia mematikan mesin mobilnya, kemudian mengajakku turun.

Dinar memandang ke arah sebuah mobil yang terparkir tidak jauh darinya, “Sepertinya ayahku ada di rumah, tumben” gumamnya terdengar olehku. Dinar juga seorang piatu, ibunya sudah tidak ada sejak ia kecil. Dan ia merupakan anak satu-satunya.

“Ayahku jarang ada di rumah, pekerjaannya menuntutnya harus keliling dunia, jadi aku sendiri jarang bertemu ayahku. Beberapa bulan lalu ayahku mengalami kecelakaan yang menyebabkan matanya buta sebelah, kamu jangan kaget ya kalau ayahku pakai penutup mata seperti seorang bajak laut,” ujarnya terkekeh.

Tapi tidak denganku, aku malah tertegun mendengar cerita ayahnya mengalami kebutaan pada sebelah matanya. Mengingatkanku pada seseorang, itulah yang membuatku sedikit kaget. Aku memberanikan diri bertanya kapan kecelakaan itu terjadi.

“Tujuh atau delapan bulan yang lalu kira-kira” jawabnya.

Jantungku berdebar kencang, waktu yang sama dengan kejadian yang menimpaku. Tapi tidak mungkin kan ayah dari Dinar yang baik hati dan solehah ini adalah orang yang sama dengan orang yang hampir memperkosaku?

“Itu dia ayahku!” serunya, “Ayah...”

Dan mataku melebar selebar-lebarnya melihat sosok Max ada di depanku saat ini. Begitupun dia, dia terpaku melihatku datang bersama anaknya. Betapa tidak adilnya hidup ini, Max mempunyai anak seumuran denganku, dan dia melakukan hal yang keji padaku? Aku tidak bisa bergerak ataupun berkata-kata, jadi aku bergeming di tempatku berdiri. Max juga tidak berkutik melihatku. Sepertinya ia harus memainkan sandiwaranya sebagai ayah yang baik di depan Dinar, anak perempuannya.

“Ayah?” tegur Dinar.

“Ah ya---siapa dia, sayang?”

Dadaku mual mendengarnya menyebut Dinar dengan kata sayang. Ya Allah, Dinar pastilah sakit hatinya seandainya tahu perbuatan ayahnya padaku.

“Dia temanku, Gadis”---“Gadis, kenalin, ini ayahku, dia adalah the best father in the world!” ujarnya sambil memeluk ayahnya dengan penuh kasih sayang.

Aku menangkupkan kedua tanganku di depan dadaku, “Assalamualaikum” sahutku datar dan menghindari melihat matanya Ia pasti tahu kalau aku gugup dan takut melihatnya.

“Waalaikumsalam” jawabnya kikuk..

“Ayah tumben ada di rumah?” tanya Dinar.

“Ayah baru saja mau pergi sebentar lagi, Ayah sedang menunggu Amber”

Dinar menghela napasnya dan mendengus, “Tidak bisakah Ayah membujuknya supaya Amber menjenguk orang tuanya sesekali?” tanya Dinar sembari menarik kursi di meja makan dan menyuruhku duduk.

“Ayah akan mencobanya lagi nanti” sahut Max, ayah Dinar.

Apakah Amber yang dibicarakan sama dengan Amber yang kutahu? Kenapa Allah menuntunku ke rumah ini?Aku tahu Allah selalu punya skenarionya sendiri dna pasti yang terbaik, tapi mendatangi rumah Max, tidak pernah terpikirkan olehku sama sekali.

Dinar duduk di sebelahku, dan Max di seberangku. Kami sedang berada di meja makan. Kemudian pelayan membawakan kami piring dan gelas. Dinar mempersilakanku untuk makan dna ia menegur ayahnya. “Ayah! Berhenti melihat Gadis seperti itu, aku tahu dia cantik! Tapi dia temanku...aku tidak mau dia nanti jadi ibu tiriku ya” ocehnya membuatku terbatuk-batuk hampir tersedak ludahku sendiri.

Sekilas aku juga melihat mata Max melebar dengan ocehan Dinar. “Ya...walaupun dia sudah bercerai sih, tapi tetap saja Gadis usianya lebih muda dariku Ayah!” lanjutnya lagi.

Ya ampun Dinar! Seharusnya aku tadi tidak bercerita tentang kisah hidupku padanya. Aku melihat ada ekspresi kepuasan di wajah Max. Ia pasti senang kalau aku dan Alghaz berpisah. Aku menyembunyikan wajahku dengan menunduk, tidak sudi menatap Max yang begitu senang memakai kedok.

“Ayah, aku mengajak Gadis untuk tinggal di sini sementara waktu, apa boleh?” tanya Dinar. Oh tidak-tidak! Aku tidak jadi mau tinggal di sini!

“Tentu saja! Selama mungkin yang dia butuhkan, sayang. Dia temanmu, sudah seharusnya ayah perlakukan dia dengan baik” jawabnya penuh kepalsuan.

Aku menoleh pada Dinar, “Dinar, sepertinya aku ada urusan sekolah yang harus aku selesaikan, jadi aku harus pergi sekarang, maafkan aku ya” ujarku sambil berdiri dan mohon pamit. Max tidak berani menahanku, tapi Dinar yang menahanku.

Ia memegang tanganku, “Gadis, kamu mau kemana? Bukannya kamu tidak tahu jalan? Kamu bisa tersesat nanti” katanya.

Aku  juga berpikir begitu, tapi aku lebih baik tersesat di luar sana, dari pada harus berada satu rumah dengan pria munafik yang penuh kebohongan di depanku ini.

“Saya mau keluar, apa kamu mau diantar ke suatu tempat, Gadis?” tanya Max denga menyeringai.

Mataku membesar mendengar tawarannya dan dengan cepat aku menggeleng, “Tidak, terima kasih, saya bisa cari taksi” ujarku bersiap keluar rumah.

“Gadis, tunggu!” Dinar menggeleng, “jangan naik taksi, kita tidak tahu orang jahat di luar sana, kamu pergi saja ikut ayahku” usulnya.

Apa??!!Justru ayahmulah yang aku hindari Dinar! “Dinar, aku benar-benar tidak mau merepotkan...”

“Tidak merepotkan sama sekali” sahut Max cepat.

“Bukannya Anda harus menunggu seseorang? Saya bisa sendiri”

Dinar menghela napasnya, “Oiya, Ayah kan harus menunggu Amber ya. Kalau begitu tunggu sebentar Gadis, aku saja yang mengantarmu...tunggu ya” ujarnya sambil berlari meninggalkanku berduaan dengan ayahnya, Max.

Max memastikan anak perempuannya menghilang di balik dinding dan ia kembali fokus memandang ke arahku, “Wow, lihat sekarang Gadis. Takdir mempertemukan kita lagi, dan tanpa kuminta, kau datang padaku...” ujarnya kembali seperti Max yang kukenal. Apa dia tidak takut aku memberitahu anaknya perihal kelakuan jahatnya? Ia berjalan mendekatiku, “jadi kau meninggalkan Alghaz, atau Alghaz yang mengusirmu, huh? Karena dia tahu kau anak Baskoro, pembunuh orang tuanya?” nada suaranya penuh kepuasan. “Takdir memang kejam bukan, Gadis? Bisa-bisanya kau bertemu dengan anak Devran!”

Dadaku meradang mendengar kalimatnya dan karena mengingat kondisi ayahku di rumah sakit sekarang, “Saya tahu Anda pasti ada hubungannya dengan apa yang ayah saya lakukan. Anda seharusnya segera bertobat demi Dinar, dia anak yang baik” ujarku bergetar.

Max terkekeh meremehkan, “Begitukah? Ayahmu juga orang jahat, Gadis, dan kau tidak tahu itu, kan?” Mataku membesar menatapnya, dadaku naik turun menahan emosi. “Aku bisa membayangkan, pasti Alghaz sangat membencimu sekarang, kan? Mana mungkin dia mau anak dari pembunuh orang tuanya jadi istrinya? Dia sudah bersumpah ingin membalas perbuatan ayahmu, kau tahu itu?” ujarnya terkekeh. “Menikahimu pasti sudah jadi rencana pembalasan dendamnya sejak awal, karena dia hanya menginginkan tubuhmu saja, sama sepertiku, manis” ujarnya menjijikkan sambil mendekatiku lagi.

Aku mendorong tubuhnya menjauh dengan mata berkaca-kaca. Saat itulah Dinar datang dan melihatku dengan ekspresi bingung, “Gadis? Kamu kenapa?”

“Temanmu teringat ayahnya yang sedang sakit” ujar Max cepat.

Ya tentu saja dia pandai mengarang segala sesuatunya, seperti ucapannya tadi, kalimatnya mengiang di telingaku, tidak mau hilang. Bahwa Alghaz sudah merencanakan pembalasan dendamnya sejak awal, tapi rasanya aku tidak mau mempercayainya.

“Menikahimu pasti sudah jadi rencana pembalasan dendamnya sejak awal, karena dia hanya menginginkan tubuhmu saja, sama sepertiku, manis”

Apakah ini benar? Alghaz membalas dendam orang tuanya lewat aku?

Aku terpaksa mengangguk ketika Dinar menatap mataku yang berair. Manalah aku tega mengatakan ayahnya yang sudah membuatku menangis? Dan aku yang membuat mata ayahnya buta sebelah?

“Gadis, apa kamu mau aku antar ke rumah sakit?” tanya Dinar.

Tidak! Kalau Dinar mengantarku, Max bisa saja bertanya padanya di mana ayahku dirawat, dan Max bisa membunuh ayahku kalau dia tahu keberadaannya. Aku menggeleng pelan, “Antarkan aku sampai bertemu taksi saja Dinar” sahutku. Tolong Dinar jangan keras kepala di depan ayahmu, tolong mengangguk saja.

Kepala Dinar mengangguk, “Baiklah” sahutnya dan aku merasa lega.

Dinar mencium tangan ayahnya dan pergi lagi denganku, “Dinar ke kampus dulu ya Yah, Assalamualaikum”

Max menjawab seperti layaknya ayah yang sangat baik. Padahal dibalik semuanya dia adalah pria yang sangat jahat. Apa dia tidak takut anak perempuan diperlakukan seperti dia memperlakukanku?

*****

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dreamon31

    @yurriansan terima kasih ya, oke aku mampir

    Comment on chapter Lead To You - Part 2
  • yurriansan

    Aku baru baca chapter 1, seru ceritanya. suka juga dengan gayamu bercrta.

    oh ya mmpir jg ya f crtaku. aku tggu kritik dan sarannya.
    judulnya : When He Gone
    trims

    Comment on chapter Lead To You - Part 1
Similar Tags
KETIKA SEMUA DIAM
1442      844     8     
Short Story
Muhammad Safizam, panggil saja Izam. Dilahirkan di kota kecil, Trenggalek Jawa Timur, pada bulan November 2000. Sulung dari dua bersaudara, memiliki hobby beladiri \"Persaudaraan Setia Hati Terate\". Saat ini menjadi seorang pelajar di SMK Bintang Nusantara School Sepatan Tangerang, prog. Keahlian Teknik Komputer & Jaringan kelas 11. Hub. Fb_q Muhammad Safizam
Sanguine
5530      1695     2     
Romance
Karala Wijaya merupakan siswi populer di sekolahnya. Ia memiliki semua hal yang diinginkan oleh setiap gadis di dunia. Terlahir dari keluarga kaya, menjadi vokalis band sekolah, memiliki banyak teman, serta pacar tampan incaran para gadis-gadis di sekolah. Ada satu hal yang sangat disukainya, she love being a popular. Bagi Lala, tidak ada yang lebih penting daripada menjadi pusat perhatian. Namun...
Boy Who Broke in My Window
14609      2571     12     
Humor
A social outcast A troubled airhead of a jock The two titles arent meant to be paired But when he breaks in her bathroom window one fateful Friday night all hell breaks loose
Inspektur Cokelat: Perkara Remaja
338      235     1     
Short Story
Elliora Renata, seorang putri dari salah satu keluarga ternama di Indonesia, hal itu tak menjamin kebahagiaannya. Terlahir dengan kondisi albinis dan iris mata merah tajam, banyak orang menjauhinya karena kehadirannya disinyalir membawa petaka. Kehidupan monoton tanpa ada rasa kasih sayang menjadikannya kehilangan gairah bersosialisasinya sampai akhirnya...serangkaian kejadian tak menyenangkan...
Maaf katamu? Buat apa?
732      461     0     
Short Story
“Kamu berubah. Kamu bukan Naya yang dulu.” “Saya memang bukan Naya yang dulu. KAMU YANG BUAT SAYA BERUBAH!”
Hujan Paling Jujur di Matamu
8565      1968     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...
The Secret
412      283     1     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...
LAST MEMORIES FOR YOU ARAY
579      424     5     
Short Story
Seorang cewe yang mencintai seorang cowo modus,php, dan banyak gebetannya. Sejak 2 tahun Dita menyukai Aray, tapi Aray hanya menganggapnya teman. Hingga suatu hari di hari ulang tahun Aray ia mengungkapkan perasaan yang selama ini bernama cinta, yang tak pernah ia sadari. Tapi semua sudah terlambat dihari ulang tahunnya juga hari dimana kepergian Dita untuk selama-lamanya.
The Girl In My Dream
432      304     1     
Short Story
Bagaimana bila kau bertemu dengan gadis yang ternyata selalu ada di mimpimu? Kau memperlakukannya sangat buruk hingga suatu hari kau sadar. Dia adalah cinta sejatimu.
Monoton
559      389     0     
Short Story
Percayakah kalian bila kukatakan ada seseorang yang menjalani kehidupannya serara monoton? Ya, Setiap hari yang ia lakukan adalah hal yang sama, dan tak pernah berubah. Mungkin kalian tak paham, tapi sungguh, itulah yang dilakukan gadis itu, Alisha Nazaha Mahveen.