Loading...
Logo TinLit
Read Story - LEAD TO YOU
MENU
About Us  

LEAD TO YOU – PART 12

*****

Jantungku berdebar tidak karuan, aku sudah menarik napas dalam berkali-kali dan terus mengucap istigfar dalam hati. Ini pertama kalinya aku akan naik pesawat, dan aku merasa tubuhku semakin dingin. Mungkin karena AC dalam mobil Alghaz juga terlalu dingin, atau bisa juga karena tubuhku mengeluarkan keringat dingin.

Tangan Alghaz masih menggenggam erat tanganku sambil berjalan menuju pesawat. Pesawatnya sangat mewah, dan sepertinya ini bukanlah pesawat umum yang biasa kulihat.

“Apa ini pesawatmu?” tanyaku.

Alghaz menoleh dan tersenyum, “Ini pesawat kita...” katanya.

Aku kembali menghela napas panjang dan bersiap-siap menaiki tangga pesawatnya. Omar berdiri di ambang pintu pesawat menyambutku dan Alghaz. “Selamat datang Mr. and Mrs. Devran” ujarnya. Aku tersenyum melihat senyum jahil Omar. Namun tetap saja rasa berdebar di jantungku belum mau hilang.

Di dalam pesawat ternyata sudah ada beberapa pegawai Alghaz yang hadir, terus terang membuatku sedikit lega. Ada Lidya, sekretaris Alghaz dan tiga orang lainnya yang belum kukenal baik sebelumnya. Alghaz mengajakku duduk di kursi yang berdempetan dan ada mejanya. Dan ia duduk di sebelahku, setelah membiarkanku duduk lebih dulu di samping jendela pesawat.

 

Alghaz mengaitkan tali pengaman pada kursiku dan memastikan bahwa talinya terikat dengan kencang dan baik. Ia menatapku dengan mata coklatnya, bibirnya menyunggingkan senyum kecil dan lesungnya sangat jelas terlihat, “Kamu tidak perlu tegang begitu, aku akan menjagamu. Kamu tenang saja ya...” katanya. Aku mengangguk kecil dan bergumam dalam hati, Allah akan menjagaku.

Kemudian aku merasakan badan pesawat mulai bergerak, awalnya pelan, kemudian suara bising terdengar dan pesawatnya melaju dengan sangat cepat, makin lama semakin cepat dan akhirnya aku merasa jantungku ikut melayang bersama badan pesawat yang mulai menjauh dari tanah, maksudku landasan. Kenapa Alghaz malah memintaku duduk dekat jendela? Aku malah jadi takut melihat betapa tingginya aku sekarang.

Ada suara bunyi bell dan tangan Alghaz kembali membuka pengait tali pengamanku, tapi aku malah melotot padanya, “Kenapa di buka, Al? Kita kan belum mau turun?” tanyaku.

“Mrs. Devran, kita bukan di mobil. Kamu aman sekarang, dan bisa berjalan-jalan di atas sini” katanya dan menunjuk Omar yang berjalan ke arah kokpit pesawat, juga Lidya yang berjalan menuju ke sebuah pintu yang kecil. Alghaz sepertinya menangkap kebingunganku, “Lidya perlu ke kamar kecil...sepertinya” sahutnya dan aku mengangguk.

“Berapa lama ke Amsterdam itu, Al?”

Alghaz malah tersenyum aneh sambil terus melihatku, “Aku senang mendengarmu memanggilku dengan nama itu. Al...rasanya begitu berbeda kalau kamu yang menyebutnya...”

Aku berdecak sambil memalingkan wajahku yang merona malu. Tapi tangan Alghaz menahannya, wajahku dihadapkan lagi padanya, “Jangan pernah berpaling seperti itu dariku, nona manis” lanjutnya. Pipiku makin panas, entah kenapa. “Perjalanan kita cukup panjang, kurang lebih 14 jam. Karena itu tidak mungkin kamu hanya duduk saja seharian kan?”

Mataku melebar mendengar penuturannya mengenai waktu terbang kami. “14 jam?? Tanpa berhenti?”

Alghaz menggeleng, “Yap, tanpa berhenti” katanya sambil menggelengkan kepalanya, “tapi kamu tenang saja, kamu bisa tiduran di kamar kita...” ujarnya seraya meraih tanganku dan berdiri.

Ekspresi bingung dan takutku pasti membuatnya menjawab, “Aku mau memperlihatkan sesuatu padamu, tidak apa-apa...ayo berdiri” katanya dan aku memberanikan diri untuk berdiri di atas kakiku. Tidak terasa apapun memang, tapi pegangan tanganku pada Alghaz  makin kencang.

“Pengantin baru mau ke kamar, tolong kalau ada yang perlu apapun pada Mr. Devran sekaranglah waktunya...” ujar Omar sambil lagi-lagi tersenyum jahil, diikuti yang lain ikut tersenyum dan menggeleng. “Baiklah sepertinya tidak ada yang mendesak saat ini Mr. Devran, silahkan Anda gunakan waktu Anda bersama istri Anda” selorohnya membuat Alghaz tersenyum geram.

“Tutup mulutmu, Omar!” cetus Alghaz dan menutup pintu kamarnya.

 

Aku tidak percaya kalau pesawat ini benar-benar memiliki kamar tidur seperti ini. Tempat tidur berukuran queen di satu sisinya dan lemari di sisi lainnya, kemudian ada pintu kecil yang aku yakini itu adalah kamar mandinya. Dinding putih yang membalut interior pesawat senada dengan tempat tidurnya dan karpetnya yang berwarna krem danputih. Tapi aku merasa tidak enak dengan yang lainnya karena mengunci diri berduaan dengan Alghaz di dalam kamar seperti ini.

“Al, saya merasa tidak enak dengan yang lain---“

Alghaz menghampiriku dan memeluk pinggangku, “Mereka maklum kalau kita itu pengantin baru” ujarnya seraya meraih daguku dan membiarkanku menatapnya lama, “lagi pula, kalau di dalam sini, kamu bisa membuka jilbabmu---atau bajumu sekalian” ujarnya dengan suara pelan dan tatapan yang menggelap.

Aku menelan ludah dan mengerjap bingung, apa maksud Alghaz? Apa maksudnya ia sedang meminta haknya sebagai suami? Sekarang? Di kamar ini dan banyak orang di luar sana? Ya Allah, apa ini pikiranku saja? Kenapa aku jadi liar begini? Tapi tangan Alghaz meraih ujung jilbabku dan mengangkatnya ke atas melewati kepalaku. Kemudian ia menarik pengikat rambutku dan membiarkan rambutku tergerai di atas bahu dan punggungku. Tangannya meraih beberapa helai rambutku ke hidungnya, “Harum...aku suka wangi rambutmu” katanya.

Aku menatapnya malu-malu dan mundur selangkah ketika Alghaz bergerak makin dekat padaku. Dia tersenyum, “Istriku sangat pemalu, ternyata. Tapi aku akan bersabar” ujarnya dan menuju tempat tidur, merebahkan dirinya di sana. Dengan dagunya ia memintaku untuk ikut berbaring di sebelahnya. Aku menghampirinya dan ikut berbaring di samping Alghaz.

Alghaz memiringkan tubuhnya, memandangku. Menyentuh hidungku, jarinya menyusuri lekukan hidung, mata dan tulang pipiku. Aku memberanikan diri mengikuti gerakannya, menyentuhkan jariku di hidungnya, menyusurinya, mata, tulang pipi dan lesungnya, juga rahangnya. Alghaz memejamkan matanya seolah menikmati sentuhan kecilku itu. Kemudian jarinya menyentuh bibirku, jariku ragu-ragu untuk ikut menyentuh bibirnya. Mata Alghaz terbuka, tatapannya hangat dan menyejukkan sekaligus. Aku suka warna mata Alghaz yang coklat gelap, bronze, indah seperti perhiasan. Bibirnya hangat, lembut dan halus di jariku.

“Apa kamu suka rasa bibirku di jari kamu, Dis?” tanyanya membuatku kaget, tapi aku mengangguk pelan, “kamu akan lebih menyukainya kalau bibir kamu yang menyentuhnya” ujarnya dan membuatku spontan melepaskan sentuhanku. Alghaz malah terkekeh.

Aku menggeser diriku menjauh darinya, tepatnya makin ke pinggir tempat tidur.

"Kau akan jatuh kalau terus menggeser dirimu ke pinggir, Dis" seru Alghaz.

"Mendekat ke sini lagi" perintahnya.

"Alghaz...sa---"

"Kesini! Atau aku yang ke sana!"

Aku bergerak perlahan mendekat lagi padanya, jantungku berdebar panas mengingat kata-kata Alghaz tadi.

"Kurang dekat" katanya dan Alghaz mendekat lagi sehingga tidak ada jarak lagi di antara kami berdua. Alghaz sangat dekat, sangat-sangat dekat.

“Pipimu memerah, cantik sekali...” ujar Alghaz makin membuatku malu. “Balik badan...” perintahnya, dan aku seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, menurut saja, walau bingung kenapa ia memintaku membelakanginya. Kemudian tanganya menarikku lebih dekat lagi padanya. Aliran listrik mengalir ke tubuhku seiring dengan bersentuhannya sebagian besar tubuhku dengan tubuhnya. Alghaz memelukku dan aku merasa nyaman berada dalam pelukannya. Pipiku memanas, untunglah Alghaz tidak bisa melihatnya.

"Kamu menyukainya ya?"

"Ha??"

“Kamu suka aku peluk seperti ini kan?” ulangnya.

Aku tidak berani menjawabnya, diam saja.

“Diam berarti iya” katanya sambil menarik tubuhku lebih erat, “kau tinggal bilang apa yang kamu mau dariku, Dis. Aku suamimu sekarang, ingat itu. Apapun!”

            Aku hanya mengangguk pelan, dan terasa Alghaz menyurukkan kepalanya di antara rambutku. Aku merasa geli dan menyukai sikap manjanya ini.

Lama kelamaan rasa kantuk menghampiriku dan aku tidak kuat lagi melawannya, mataku berat dan panas. Mungkin karena lengan dan pelukan Alghaz terlalu nyaman untukku, sehingga aku menjadi ngantuk seperti ini. Aku bermimpi Alghaz menatapku dan mencium bibirku dengan lembut.

.

.

.

Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di luar negeri. Alghaz terus menggenggam tanganku ketika menunggu Omar dan staf lainnya mengatur bagasinya ke mobil yang menjemput kami di bandara. Mataku sempat membesar ketika aku melihat ada seseorang yang mirip dengan Max tadi. Tapi pasti itu hanya perasaanku saja, tidak mungkin Max sampai ke Belanda juga, kan?

Alghaz memperbaiki syal yang melilit leherku ketika kami turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel. Kemudian tangannya kembali menggenggam tanganku yang bersarung tangan. Ini memang bukan musim dingin, melainkan masih musim gugur di Belanda, tapi Alghaz memberiku sarung tangan dan aku memakainya, itu saja. Kami memang tidak bersentuhan langsung, tapi aku tetap merasakan hangatnya tangan Alghaz di tanganku.

*****

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • dreamon31

    @yurriansan terima kasih ya, oke aku mampir

    Comment on chapter Lead To You - Part 2
  • yurriansan

    Aku baru baca chapter 1, seru ceritanya. suka juga dengan gayamu bercrta.

    oh ya mmpir jg ya f crtaku. aku tggu kritik dan sarannya.
    judulnya : When He Gone
    trims

    Comment on chapter Lead To You - Part 1
Similar Tags
Love 90 Days
4264      1789     2     
Romance
Hidup Ara baikbaik saja Dia memiliki dua orangtua dua kakak dan dua sahabat yang selalu ada untuknya Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan bila ada harga yang harus dibayar atas semua yang telah dia terima yaitu kematian Untuk membelokkan takdir Ara diharuskan untuk jatuh cinta pada orang yang kekurangan cinta Dalam pencariannya Ara malah direcoki oleh Iago yang tibatiba meminta Ara untu...
Manusia Air Mata
972      595     4     
Romance
Jika air mata berbentuk manusia, maka dia adalah Mawar Dwi Atmaja. Dan jika bahagia memang menjadi mimpinya, maka Arjun Febryan selalu berusaha mengupayakan untuknya. Pertemuan Mawar dan Arjun jauh dari kata romantis. Mawar sebagai mahasiswa semester tua yang sedang bimbingan skripsi dimarahi habis-habisan oleh Arjun selaku komisi disiplin karena salah mengira Mawar sebagai maba yang telat. ...
I am Home
549      383     5     
Short Story
Akankah cinta sejati menemukan jalan pulangnya?
PENTAS
1191      701     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
complicated revenge
21337      3288     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Bismillah.. Ta\'aruf
827      517     0     
Short Story
Hidup tanpa pacaran.. sepenggal kalimat yang menggetarkan nurani dan menyadarkan rasa yang terbelenggu dalam satu alasan cinta yang tidak pasti.. Ta\'aruf solusi yang dia tawarkan untuk menyatukan dua hati yang dimabuk sayang demi mewujudkan ikatan halal demi meraih surga-Nya.
Meteor Lyrid
536      374     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
Marry Me
466      329     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
Dream Of Youth
752      490     0     
Short Story
Cerpen ini berisikan tentang cerita seorang Pria yang bernama Roy yang ingin membahagiakan kedua orangtuanya untuk mengejar mimpinya Roy tidak pernah menyerah untuk mengejar cita cita dan mimpinya walaupun mimpi yang diraih itu susah dan setiap Roy berbuat baik pasti ada banyak masalah yang dia lalui di kehidupannya tetapi dia tidak pernah menyerah,Dia juga mengalami masalah dengan chelsea didala...
Premium
Inisial J (500 Tahun Lagi Kita Bertemu) (Sudah Terbit / Open PO)
4246      1306     0     
Romance
Karena muak hidup dalam bayang kemiskinan dan selalu terhina akhirnya Jo terjerumus ke jalan kegelapan Penyelundupan barang mewah pembunuhan berkolusi dengan para politikus kotor dan segala jenis kejahatan di negara ini sudah pasti Jo terlibat di dalamnya Setelah menjalani perjodohan rumit dengan sahabat masa kecil yang telah lama berpisah itu akhirnya Nana menerima lamaran Jo tanpa mengetahui...