Dengan berhasilnya aku membunuh wanita itu, aku pergi menghampiri Lusia.
Melihat sebuah tubuh yang membujur penuh darah itu membuat hatiku terasa amat sesak.
Aku merasa seolah dadaku tengah ditusuk oleh puluhan jarum.
Mulutku bahkan tidak dapat berkata apapun lagi. Aku terdiam.
Seolah merespon hatiku yang merasa sakit, air mata mulai mengalir dan menetes ke bawah.
Perlahan aku memeluk tubuh yang kini lemas tak bernyawa.
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan atau apa yang bisa kulakukan.
Keputusasaan menderaku, kebingungan menyelimuti diriku.
Hanya pertanyaan tak bermakna yang dapat kuucapkan.
"Hei, Lusi! Aku berhasil! Sekarang apa yang harus kulakukan? Bukankah kau memintaku untuk mengajarimu memasak? Kenapa ? kenapa hal ini bisa tejadi?"
Aku terus mendekap erat tubuh Lusi yang mulai dingin.
Kenapa..
Kenapa Kekuatanku muncul begitu terlambat?
Kalau saja..
Sial.. sial.. sial..
Percuma saja kalau itu kupermasalahkan, tapi tetap saja.. Apa yang harus kulakukan?
"Kau tidak perlu melakukan apapun kok."
"Ap~"
Tiba-Tiba sepasang tangan merangkul ku dari belakang dan ketika aku hendak menengok ke arah suara dibelakangku, tanpa dapat menyelesaikan ucapanku tubuhku ditarik ke belakang hingga aku terjatuh.
JJBURR
"GlubGlub"
Apa ini? Kenapa aku tengelam? Darimana datangnya air ini?
Tubuh Luxia yang kupeluk, tanah yang kupijak, pemandangan hutan bekas pertarunganpun, semua hal lenyap tak tersisa berganti menjadi pemandangan yang dipenuhi air.
Tubuhku terjatuh ke dalam air berwarna hitam dan mulai tenggelam.
Aku merasakan tubuhku tidak dapat berenang, bahkan semakin lama kugerakan aku merasa semakin melayang tertarik ke bawah.
Anehnya aku tidak merasakan sesak nafas atau air masuk ke dalam tubuhku.
Mengetahui bahwa yang kulakukan adalah perbuatan yang sia-sia, serta kenyataan bahwa air ini tidaklah masuk ke tubuhku, akupun berhenti melawan dan membiarkan tubuhku tertarik ke bawah.
Walaupun air tidak masuk ke tubuhku, tetapi semakin kebawah aku merasakan tubuhku semakin dihimpit oleh air disekitarku. Seolah air ini hendak meremukkan tubuhku.
Sial..
Tekanan ini benar-benar menyakitkan.
"Bunuh"
"Huh? Siapa disana?"
Aku menengok ke kanan kiri , namun hanya air gelap saja yang ada dipandangnyaku.
"Koyak dan kuliti orang itu!"
Siapa orang yang kau maksud? Lebih penting, dimana kamu?
"Apakah kau melupakan orang yang membunuh kekasihmu? Betapa rendahnya dirimu!"
Hah? Melupakan wanita itu? Tentu saja aku tidak akan Lupa!!
"Kalau begitu bunuhlah dia! Biarkan kekuatan kebencian mengalir padamu! "
Apa yang kau bicarakan? Aku sudah membunuhnya.
"Dasar pecundang! Kau pikir orang seperti mu pantas menjadi Tentara? Sadari dirimu!"
" Suara ini? Bukankah ini milik si keparat Zerkov itu?"
Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba ada suara orang yang paling kubenci!!
" Terima kasih. Berkat kematianmu aku bisa naik jabatan lagi. Kau memang pantas menjadi batu loncatan ku."
"Keparat! Tunjukan dirimu!!"
"Glen!"
"Lusi?"
Ditengah tekanan yang meremukkan tubuhku. Kenapa?
Kenapa suara-suara ini bermunculan satu persatu? Apa yang sebenarnya terjadi?
"Biarkan api dendam mengalir ke dalam tubuhku!"
"Glen!"
"Luxia! Beraninya dia menyakiti Kekasihku. Bunuh dia!"
"Dasar rendahan, kau pikir dapat bersanding dengan kami?"
"Bertarung dan basahi tanah dengan bunga darah!"
"Bunuh"
"Bunuh"
"Bunuh"
"Diam!!"
"Dasar pecundang!"
"Kubilang Diam!!! Berisik kalian semua!!!" aku berteriak membalas semua Suara-suara menyebalkan itu.
Pikiranku benar-benar telah hampir menggila.
Lebih parah lagi, walaupun aku sudah mencoba menutup telingaku. Tetapi, suara-suara ini tetap bermunculan seolah itu berasal dari kepalaku sendiri.
Kegelapan, tekanan dan suara-suara ini benar-benar sangat membuatku muak.
Perlahan akhirnya tubuhku berhenti melayang dan memasuki daerah yang benar-benar gelap.
Ini mirip seperti saat aku mati dulu.
Apakah aku benar-benar telah berakhir lagi?
Suara yang menggila di kepalaku telah menghilang semenjak aku memasuki daerah ini, namun sebagai gantinya aku merasakan perasaan sunyi dan kehampaan.
Entah kenapa, perasaan ngantuk mulai sangat menusukku. Aku merasa kelopak mataku kian bertambah berat seolah menyuruhku untuk segera tertidur.
Aku yang tidak dapat melawan perasaan ini perlahan mulai memejamkan mataku menuruti rasa kantuk yang menderaku.
Rasanya benar-benar damai.
Namun..
"Glen! Bangun!"
"Lu.. si?"
Karna suara itu, aku kembali membuka mataku lebar-lebar dan menengok ke segala arah mencari asal suara itu.
Tetapi tetap saja, sekitarku hanya ada kegelapan.
Lalu darimana suara Lusi itu berasal?
"Glen kau kuat! Jangan biarkan kegelapan itu mengalahkanmu!"
Blarr
Cahaya menerpa mataku. Keadaan gelap yang kurasakan sirna berubah menjadi pemandangan yang benar-benar aneh.
Sebuah pemandangan padang rumput menghampar sejauh mata memandang. Cuacanya terasa teduh dan angin bertiup dengan lembut diudara. Aroma dari rumput segar dapat kucium melalui angin ini.
"Bangsat~ Apa-apaan ini! Apa yang sebenarnya terjadi?"
○●Author Note●○
●Zerkov atau Mayor Nathan Zerkov adalah orang yang pernah dihajar Glen dipendidikan keprajuritan, Serta yang memberi perintah serangan bunuh diri bagi squad Glen.
○~Sedikit info~ Saat ini Pikiran( jiwa ) Glen tengah dipermainkan seseorang(?), Siapa dalangnya? . Next akan dijelaskan
Gimana dengan chap terbaru ini(31)? Terlalu menyeramkan? Terlalu intens atau malah kurang intens😅? Untuk scene pertempuran memang saya buat se-nyata mungkin sehingga banyak unsur pembunuhan. Kan ngk lucu kalo pertempuran cuma babak belur dan pingsan😅 . Jangan lupa kasih 👍 dan komennya ya😉. Terima kasih🙏
Comment on chapter Amukan Orxsia