Suasana kantin lebih ramai dari biasanya, meja-meja sudah terisi penuh, membuat Bulon dan Ara harus berpikir keras untuk mencari tempat duduk yang tersisa. Bulon memicingkan matanya, berusaha memperjelas penglihatannya sampai akhirnya ia menemukan meja yang belum ditempati.
“Ara, kita duduk di depan stan rujak cingur yuk?” Ajak Bulon. “Ada meja kosong disana.”
“Gak ah, lo tau kan itu tempat duduk siapa?” Tolak Ara.
“Lho memang tempat siapa? Kita kan sekolah bayar, jadi kita berhak dong duduk disana.”
“Susah ya ngomong sama Bunglon yang kelewat pinter,” ucap Ara gemas. “Yaudah kita duduk disana, tapi kalau sampai ada apa-apa gue gak ikut-ikut.”
Selama makan, Bulon tidak berhenti mengagumi ketampanan Lee Min Ho di serial The Heirs. Yups! Mereka makan sambil nonton drakor, gila gak sih? Gila kan, bisa makan sambil nonton. Ditengah aktivitas mereka, Ara tak sengaja menangkap sosok Rizki dan komplotannya menuju ke meja yang sedang di tempati oleh mereka.
“Bul,” ucap Ara setengah berbisik. “Cabut yuk, yang punya meja dateng.”
“Bentar, Ara. Bulon belum selesai makan.”
“Tapi yang punya meja dateng.” Ara mulai panik.
“Nanti biar Bulon yang minta ijin ke Rizki.”
“Izin apa?” Suara Rizki yang membuat Ara dan Bulon seketika menoleh ke sumber suara.
Mereka tidak sadar jika Rizki, Anjelo, Alvi, dan Surya sudah berada di depan mereka. Dengan gelagapan Ara berusaha mengatur kegugupannya.
“Ma ... maaf, gue sama Bulon duduk di meja lo,” ucap Ara terbata.
“Kita gak salah Ara, kenapa minta maaf?” Protes Bulon. “Iky, mejanya udah penuh semua, Bulon sama Ara boleh ya duduk di meja yang biasa Iky pakai?”
Sedangkan Rizki, Anjelo, dan Alvi masih diam, memikirkan jawaban apa yang pas untuk mengusir Bulon agar pergi dari meja langganan mereka. Karna mereka paham betul, Surya tidak ingin duduk dengan wanita manapun, terkecuali dengan Almh. Cantika yang merupakan pacar Surya, dan Bulon sebagai teman sebangkunya.
“Pake aja, gue lagi puasa jadi gak makan,” ucap Surya seraya berlalu meninggalkan meja tersebut.
Dengan sigap Alvi dan Anjelo mengejar Surya, Rizki masih diam dan menatap Bulon secara lekat. Tatapan yang sulit diartikan, tatapan tenang namun dalam, tajam mengarah manik mata Bulon.
“Pakai aja mejanya, makan yang banyak,” ucap Rizki lembut sambil mengacak puncak kepala Bulon.
Ara yang melihat kejadian itu hanya diam, tak berani bertanya apa-apa kepada Bulon, apalagi bertanya tentang hubungan antara Rizki dan Bulon. Ara tahu, urusannya akan panjang jika Tari mengetahui kejadian tersebut.
“Ara,” suara Bulon menyadarkan Ara dari keterdiamannya. “Ayo dilanjut, makannya.”
*****
Hari ini bunda sedang ada acara, jadi Rizki ditugaskan oleh bunda untuk menjaga kafe dan menemani Bulon. Mata Rizki sedari tadi tidak bisa lepas dari gerak-gerik Bulon yang sedang melayani pembeli. Kedua matanya tak lelah memandangi setiap lekukan paras cantik Bulon, wajah putih dengan bibir semerah darah, hidung runcing, mata indahnya, sampai setiap lekuk senyumnya tak luput dari pandangan Rizki.
Setelah suasana kafe sedikit lenggang, Bulon berjalan kearah kasih, mengambil duduk di sebelah kanan Rizki. “Huft... capek juga ya, bolak-balik melayani pembeli,” keluh Bulon.
“Iya, capek,” balas Rizki.
Bulon mengernyitkan dahinya lalu memutar tubuh 45 derajat menghadap Rizki. “Iky kok ikutan capek? Padahal dari tadi Bulon yang mondar-mandir sedangkan Iky Cuma duduk manis di meja kasir.”
“Iya, gue capek liatin lo yang mondar-mandir.”
“Ya udah, kalau capek ya jangan liatin dong,” ucap Bulon protes.
“Mana bisa?” Rizki ikut memutar tubuhnya, menghadap Bulon. “Seluruh gerak-gerik lo itu mengundang perhatian gue, Bul,” sambungnya.
Bulon mencerna baik-baik apa yang dikatakan Rizki, Bulon binggung, di bagian manakah gerak-geriknya yang mengundang perhatian Rizki.
“Gerak-gerik Bulon biasa aja kok, gak ada yang mengundang perhatian.”
“Bul, cowok mana yang gak tertarik buat merhatiin setiap gerakan cewek secantik lo?” Jujur Rizki. “Kok lo bisa secantik ini sih?”
“Takdir, jadi Iky gak usah heran kalau Bulon cantik,” jawab Bulon percaya diri.
“Nyesel gue muji kecantikan lo,” ucap Rizki dengan nada pura-pura menyesal. “Tapi serius, lo cantik.” Bibir Rizki terangkat, membentuk sebuah senyum.
Bulon ikut tersenyum saat melihat senyum Rizki, pipi Bulon merona merah berkat pujian Rizki.
“Udah jangan senyum terus, nanti gula minder karna kalah manis sama senyuman lo,” pungkas Rizki sambil mengacak puncak kepala Bulon.
Aku keasyikan baca๐๐
Comment on chapter Bulan dan Ksatria BintangGoodjob kakโค