Read More >>"> Time Travel : Majapahit Empire (senja di telaga segaran) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Time Travel : Majapahit Empire
MENU
About Us  

Kini aku bersiap siap untuk pergi di Telaga Segaran. Sebuah telaga yang berisi bendungan air sebagai pusat perairan di kota Majapahit. kanal-kanal yang ada di setiap sudut kota semuanya berasal dari satu sumber, Telaga Segaran. Jarak yang ditempuh cukup jauh dari pemukiman penduduk Mleccha. Yakni setengah jam dengan menggunakan kanal kota.

Aku menaiki sebuah sampan di kanal kota, menikmati semua ruas jalan di Majapahit. pesta rakyat masih terasa. Para warga merayakanya bersama. Ada yang membuat nasi tumpeng, ada pula yang membuat jajanan tradisional seperti, wajik, jenang, dan lepet. Hasil panen mereka letakkan di depan rumah, sebagai rasa syukur atas berkah yang tuhan berikan kepadanya.

Sampan berhenti tepat di dekat Telaga Segaran. Jadi aku tidak perlu jauh-jauh berjalan di sebuah pohon keramat di dekat telaga. Kondisi saat itu sangat sepi, mungkin di karenakan pesta rakyat yang masih berlangsung di pendopo.

Aku berjalan memutari kolam segaran, kolam dengan panjang 375 meter dan lebar 175 meter ini memiliki air yang sangat jernih dan bersih. Memiliki pembatas batu bata yang berjejeran di setiap tepianya. Ini sebuah mahakarya, menurutku. Kolam seluas ini adalah buatan kerajaan Majapahit. sistem perairan yang sangat bagus membuat kerajaan ini terhindar dari banjir. Di tengah-tengah telaga terdapat sebuah pohon yang di keramatkan. Pohon tersebut memiliki batang yang kaku, namun daun-daunya beberapa berguguran.

Baginda raja Hayam Wuruk menungguku disana, sebatang kara dengan ditemani sebuah pohon keramat. Badanya menatap langit, hingga saat aku mendekat ke arahnya, dia membalikkan badanya. Hayam Wuruk tersenyum lembut kepadaku, wajahnya tetap menawan seperti biasanya. Lebih menawan daripada senja di sore hari.

"Baginda raja.. Maaf telah membuat baginda menunggu lama." Aku menundukkan kepalaku, sebagai salam hormat

"Sarah.. Sambil menunggu senja, aku tadi melihat pelatihan armada laut Majapahit di Telaga Segaran ini."

"Owh.. Jadi Telaga Segaran ini tempat pelatihan armada laut baginda?"

"Ya.. Selain itu tempat ini juga merupakan sumber perairan di Majapahit."

"Hmm.. Apa maksud baginda raja memanggilku datang ke tempat ini. Di pohon keramat ini."

Baginda raja Hayam Wuruk yang berdiri di sampingku, menoleh ke arahku,

"Ulurkan tanganmu.."

Aku pun mengulurkan tanganku tanpa bertanya lebih banyak lagi. Hayam Wuruk meletakkan buah di atas telapak tanganku. Buah yang berwarna hijau mirip dengan sebuah jeruk ini memiliki bau yang harum.

"Mm.. Apa ini, yang mulia Rajasa??" tanyaku penasaran.

"Sekarang, kupas dan makanlah buah itu. Ini perintah raja"

Aku terdiam sejenak dengan perintah raja Hayam Wuruk kepadaku. Menyuruhku datang jauh-jauh dari rumah untuk memakan buah yang warna dan bentuknya mirip seperti jeruk hijau ini. lalu aku mengupas buah tersebut yang isinya berwarna kuning. Aku mencoba memakanya dan sekilas aku melihat raja Hayam Wuruk yang pandanganya Tidak mau lepas dariku.

"Eurrgghh.. Pahiiiitt!!"

aku mengernyitkan muka, memakan buah yang terlanjur masuk ke dalam mulutku. Rona wajah Hayam Wuruk yang tadinya serius kini berubah menjadi tawa lepas. Seketika aku terdiam melihat Hayam Wuruk yang belum pernah menampakkan ekspresi apa adanya itu

"Hahaha.. Ekspresimu sangat lucu sekali Sarah."

"Apa ini??" tanyaku balik sambil menggenggam buah misterius itu.

"Ini adalah buah maja, Sarah."

"Maja.. Pahit? Majapahit. Ouw.. Jadi karena buah ini negri ini bernama Majapahit?" aku menggabungkan satu persatu kata kunci, ketemulah Majapahit

"Ya.. Perkiraanmu benar Sarah. Kita sekarang sedang berada di bawah pohon Majapahit yang pertama kali ditemukan oleh raja pertama kerajaan Majapahit, baginda raja Raden Wijaya."

Tanganya menunjuk ke arah pohon di sebelah kami,

"Ouw.. Begitu ya. Kalau seumpama buah maja ini manis, mungkin negri ini bernama Majamanis, atau Majaasin, bisa juga Majaasam." Aku memutar kedua bola mataku, sambil berfikir kemungkinan yang terjadi jika rasa buah maja ini tidak pahit.

"Hehehe... Mungkin."

Kami sama-sama tersenyum, sayup sayup angin sore menggerakkan helai rambutku. Daun – daun buah maja satu persatu gugur dan tersapu angin. Mata kami bertemu, dan bertatapan dalam beberapa menit, senyumnya sangat menawan. Lebih menawan lagi dari sinar senja sore hari. Aku merasa waktu seperti berhenti berputar, detak jantungku perlahan semakin keras degupanya. Mungkin ini yang seperti orang lain bicarakan, cinta.

Aku segera memalingkan tubuh dan kepalaku, melihat keindahan senja yang memantul dari jernihnya air telaga segaran, Hayam Wuruk masih terus memandangiku, seolah tahu apa yang kurasakan barusan.

"Sarah,, sepertinya kamu menyukai cincin yang aku berikan?"

Matanya menunjuk ke arah jari manisku. Memang,cincin yang diberikan hayam wuruk selalu aku pakai dari hari pertama pemberianya. Aku menyukainya, selain itu cincin itu juga sebagai bentuk kenang-kenangan kelak di masa depan.

"Iya baginda rajasa.."

Aku menganggukkan kepala, tapi mata ini masih kelu jika harus bertatap muka dengan Hayam Wuruk. Aku tidak ingin tenggelam lebih dalam dari sebuah perasaan cinta yang fana. Tidak selamanya aku di Majapahit. toh, sebentar lagi aku akan kembali ke zamanku.

"Sarah.. Aku harap dengan cincin itu kamu akan selalu mengingat aku dan Dyah. Aku sangat senang, adikku bisa memiliki seorang teman sepertimu Sarah. dan satu hal lagi, aku harap kita bisa bertemu lagi di masa depan. Aku ingin mengenalmu lebih jauh..."

Dag dig dug.. Detak jantungku makin lama semakin terasa. Jika tidak ada Dyah saat itu, mungkin perasaan ini makin menjadi-jadi.

"Rakaa !! Sarah!!.."

Dyah melambaikan tangan dari kejauhan. Menyapa kami yang masih diam terpaku dengan perasaan yang terpendam di bawah pohon Maja. Dyah berlari menghampiri kami diiringi nafas yang naik turun.

"Huuft.. Aku sudah mencarimu seharian Sarah, mbok Darmi bilang kamu pergi, sedangkan di istana aku bertanya pada hulubalang Raka sedang menuju telaga segaran. Jadi firasatku memang benar. Kalian bertemu diam-diam tanpa sepengetahuanku."

Aku yang merasa kikuk diam Tidak bisa berkata apa-apa. Hayam Wuruk langsung berkilah, memiliki sejuta alasan untuk menutup prasangka Dyah.

"Itu tidak seperti prasangkamu, Dyah.. Aku mengajak Sarah di bawah pohon Maja ini karena aku ingin menunjukkan asal usul Majapahit."

"Ouw.. Aku kira kalian sedang berkencan tanpa sepengetahuanku, hehehe." Jawabnya sambil melirikku dengan senyum penuh curiga.

"Benar kata baginda raja, Dyah.. Sebelumnya aku juga tidak tahu kalau ternyata nama majaphit itu berasal dari buah maja yang rasanya sangat pahit."

"Mungkin Raka memberimu buah maja yang masih muda, benar kan Raka?" Dyah menoleh ke Hayam Wuruk dengan senyuman kecut.

"Hahaha.. Iya benar adikku. Lho,dulu baginda raja Raden Wijaya memberi nama Majapahit setelah mencicipi buah maja yang masih muda, adikku.." Jelas Hayam Wuruk , tanganya mengusik-usik rambut adiknya yang masih sebal itu.

Lalu kami berjalan di sekitar area Telaga Segaran dan duduk di kursi pohon yang panjang. Sayup-sayup angin sore berhembus lembut menyapu lembaran-lembaran daun yang berguguran, senja di Majapahit sangatlah indah. Kenangan ini, dan pengalaman-pengalaman yang selama ini aku alami di Majapahit, tidak akan pernah aku lupakan, selamanya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • yurriansan

    Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D

    Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !
  • dhannianggra

    @rara_el_hasan aaahh.. makasii ^_^ share ke teman-temanmu juga ya :)

    Comment on chapter perkampungan majapahit
  • rara_el_hasan

    wah keren ....

    Comment on chapter perkampungan majapahit
Similar Tags
Surat untuk Tahun 2001
3048      1697     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...