Pagi ini tak terasa lebih sejuk dari pagi - pagi yang lalu. Mungkin itu karena aku tak kesawah pagi ini. Waktunya menghabiskan waktu dirumah sambil memandangi galeri foto yang ada di handphoneku. Aku duduk di pendopo mini di depan rumah sambil meluruska n kedua kakiku.
Pandanganku tertuju pada rumah mbok darmi yang belum juga keluar dari rumah. Mungkin beliau sedang keluar di pasar bersama wulan,anaknya. Lalu aku mengalihkan pandanganku kepada kuda yang berhenti di depan rumah.
"Mahapatih gajah mada?" Gumamku
Gajahmada turun dari kudanya seorang diri. Lalu menghampiriku.
"Aku kesini karena titah sang raja"
Gajah mada menghampiriku sambil menyerahkan sesuatu seperti kulit kayu yang sangat tipis dan dilipat lipat
"Mmm... apa ini mahapatih?"
"Surat dari baginda raja hayam wuruk"
"Trimakasih mahapatih"
Aku menerimanya, lalu mahapatih segera berbalik. Aku membuka lipatan-lipatan kulit kayu yang berisi tulisan aksara jawa,tidak.. ini lebih kuno dari tulisan aksara jawa. Lebih tepatnya,mungkin ini adalah tulisan sansekerta. Hah? Bagaimana mungkin aku bisa membacanya. Tulisan aksara jawa pun aku tidak pernah berhasil mendapatkan nilai angka 6 di pelajaran bahasa jawa.
"Tunggu mahapatih"
Aku menghentikan mahapatih yang mulai memegang tali mendali kudanya.
"Apa?" Tanya mahapatih
"Anu.. sebernarya aku tidak mengerti tulisan ini." Aku menunduk malu, berharap mahapatih mau membacakan suratku.
"Ha? Mustahil gadis pintar sepertimu yang mempunyai ide hama tikus tidak bisa membaca?"
Gajah mada turun dari kudanya.
"Kan aku tidak berasal dari wilayah manapun disini mahapatih" aku membela diri.
Mahapatih mengambil suratku. Lalu membukanya.
'Temui aku di depan gapura wringin lawang,dekat pohon wringin. Saat sang surya diatas langit'
Membaca hal itu,mahapatih langsung menatapku curiga.
"Siapa sebenarnya kamu sarah?" gajah mada mengernyitkan dahi
"Aku hanya gadis biasa,yang sedang mencari ilmu. Aku tidak mengenal tulisan ini mahapatih" aku menunjuk tulisan-tulisan aksara jawa yang menempel di kulit kayu
"Lalu.. tulisan apa yang kamu ketahui?"
Tanya sang mahapatih yang duduk di pendopo mini, aku bergegas mengambil buku dan bulpen. Aku menunjukkan abjad yang aku pelajari selama ini
"Luar biasa!! Alat apa itu sarah"
Gajah mada terkagum-kagum melihat buku dan bulpen yang aku pegang.
"Ini bulpen untuk menulis kata kata,dan ini adalah buku sebagai medianya"
Gajah mada memegang bulpen milikku dan memutar mutarnya. Seperti melihat alat tercanggih di zamanya.
"Dimanapun aku berkelana. Alat tulis adalah sabak,sarah. Apakah kamu mendapatkan ini dengan bertapa? Bukankah kamu bilang kamu adalah seorang yang mencari ilmu?" jawab mahapatih
Aku sontak tertawa mendengar pernyataan mahapatih
"Ini bebas dijual dimanapun di tempatku,mahapatih. Aku bukan seorang pertapa yang suka bersemedi di gua atau hutan"
aku menepis prasangka mahapatih,yang sempat mengira aku seperti wiro sableng dua satu dua atau si buta dari gua hantu yang suka bertapa si gua.
"Kamu juga sepertinya bukan rakyat biasa sarah. Maafkan aku, karena selama ini aku mengira kamu adalah rakyat bisa yang berani mendekati keluarga raja." Mahapatih menatapku
Aku menggelengkan kepala
"Aku memang rakyat biasa mahapatih, aku senang bertemu orang sebaik putri dyah dan baginda raja hayam wuruk"
Mahapatih lalu bangkit dari tempat duduknya dan berpamitan untuk pulang.
Ketika kudanya berbalik,mahapatih menoleh ke arahku
"Senopati manggala masih mencurigaimu sarah,berhati-hatilah"
Gajah mada meninggalkanku, aku terdiam dengan seribu tanya
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !