Hadiah dari sebuah karma, pengalaman. Memang, tidak akan terjadi sesuatu bila tidak ada sebab akibat. Aku mulai menikmati alur waktu yang diberikan tuhan kepadaku di masa lalu ini. mengeluarkanku dari zona nyaman yang selama ini aku hanyut dalam masa depan. Belajarlah dari masa lalu, itu yang sebagian orang tua katakan.
Perlahan aku membuka kedua bola mataku, yang tampak diatasku suah lampu gantung emas yang nyala apinya perlahan meredup. Sekelilingku kini berdinding batu bata merah yang berhias sebuah ukiran ukiran cantik yang sebagian terbuat dari tembaga dan sebagian terbuat dari emas.
Aku mencoba menyadarkan diriku yang sebagian masih berada di alam bawah sadar. Aku menoleh ke kanan, memastikan dimana kehangatan dan hembusan nafas lain menemaniku sepanjang malam. Dyah? Wajahnya masih bersinar saat tidur, seperti bayi. Aku perlahan bangkit tempat tidur yang berselimutkan sutra merah yang lembut. Aku membukanya dan menyelimutkanya ke tubuh Dyah yang masih tertidur pulas.
Aku mengambil hadiah dari Hayam Wuruk berupa kado dan kantong kecil berisi uang koin emas, Tidak lupa melepas semua perhiasan yang menempel manis di setiap bagian tubuhku. lalu Perlahan mengendap keluar kamar dan berjalan keluar istana. Aku berpapasan dengan Hayam Wuruk yang sudah rapi berpakaian kerajaan, sebentar aku menunduk. Hayam Wuruk berjalan melewatiku dan berbisik,
"Tubuhmu berat sekali, Sarah.." Sekilas meninggalkanku dengan seyuman manisnya itu.
Langkah kakiku berhenti, mulutku terperanga. Aku mendengar suara percakapan seorang laki-laki dan perempuan yang tidak lain adalah Hayam Wuruk dan Dyah. Aroma parfum dari rempah rempah yang kucium saat ini adalah aroma yang sama yang kucium saat aku tertidur. Jadi yang membawaku ke kamar Dyah adalah, Hayam Wuruk. Aku menoleh ke arahnya, dan dia pun menoleh ke arahku. Mata kami bertatapan.
"Temui aku hari ini saat sore menjelang senja di pohon keramat dekat Telaga Segaran. Jangan ceritakan kepada Dyah."
Telunjuknya menempel manis di bibirnya, sebagai isyarat bahwa ini seperti pertemuan rahasia antara kita. Lalu dia meninggalkanku sendiri, ditengah tembok-tembok penasaran yang berdiri kokoh di fikiranku. Aku berlari keluar istana, sang fajar masih belum menyingsing, tapi cahayanya perlahan membuat satu persatu ayam mulai berkokok.
Suara roda delman berjalan menemani sang fajar mengusik para warga yang masih belum terbangun. Aku pulang, menuju rumahku yang nyaman, sementara ini. kulihat pintu dan jendela rumah mbok darmi masih tertutup rapat. Rupanya mereka masih tertidur pulas setelah pesta rakyat semalam.
Aku masuk ke kamarku dan membuka apa yang Hayam Wuruk berikan padaku semalam. Sebuah kain tenun, selendang berwarna keemasan, dan kain batik yang cantik sekali. Oh, rupanya dia juga ingin aku memakai baju kebanggaan Majapahit, sama seperti yang Dyah lakukan padaku semalam. Kantung emas yang yang kubuka kini juga berisi kilauan kepingan emas. Aku mengambil satu buah dan kutaruh kedalam tas sebagai kenang-kenangan. 49 koin yang lain rencananya akan kuberikan kepada mbok Darmi dan aki Waluyo. Mereka berdua sangat-sangat membantuku untuk bertahan hidup.
Mbok Darmi yang setiap hari selalu memasakkan makanan untukku dan aki Waluyo yang mencarikan pekerjaan untukku selama di Majapahit. lagipula aku juga tidak akan selamanya tinggal di Majapahit. Akan ada sa'at yang paling ku tunggu, yakni saat sang surya berada di atas gapura Wringin Lawang, saat dimana aku terbangun dari dunia sejarah ini.
Daun jendela rumah perlahan kubuka, membiarkan angin pagi dan sinar fajar masuk ke dalam rumah. Aku keluar rumah, membersikan halaman yang seharian aku tinggal untuk menghadiri pesta rakyat di area Pendopo Agung. Sapu lidi yang bertengger di ujung tembok ku jamah, dan kubersihkan halaman dari guguran daun-daun yang berserakan.
Tampak ki Waluyo dari samping rumah sedang memberi makan ayam jago kesukaanya itu. Aku melambaikan tanganku dan menyapanya.
"Aki.."
Beliau menoleh ke arahku, memasang muka ketus seperti biasanya.
"Hmm.. Kulihat semalam kamu memperoleh hadiah dari baginda Hayam Wuruk. Aki juga ikut senang"
Ki waluyo lalu memalingkan badanya dan pergi menuju rumahnya.
"Aki, tunggu.. "
"Apalagi.."
"Boleh aku main sebentar saja ke rumah aki?"
"Hmm.."
Aku bergegas menaruh sapu lidiku dan berlari mengambil kantong koin emas di dalam rumah, aku mampir ke rumah ki Waluyo. Beliau menungguku di pendopo mini di rumahnya, aku menundukkan kepala sebentar dan duduk di sampingnya.
"Ada apa.."
"Ini untuk aki.. Terimakasih telah menjagaku selama ini. Mencarikan aku pekerjaan dan menasehatiku." Aku menyodorkan 15 koin emas kepadanya. Sontak dia terkejut atas tindakanku.
"Apa kamu mencoba untuk menyogokku. Percuma saja aku menasehatimu jika kamu tidak mengindahkanya." ki Waluyo menyodorkan koin emas itu kembali ke arahku.
"Tapi ki.. dyah sudah seperti sahabatku sendiri. Dia juga orang baik."
"Terserah kamu. Apakah kamu akan pergi dari Majapahit?"
"Iya ki.."
"Kapan?"
"Saat puncak musim panas. Saat matahari tepat berada di atas gapura Wringin Lawang."
"Mmm.. sepertinya terjadi beberapa hari lagi."
"Iya ki.. Lagipula aku juga tidak membutuhkan koin ini lagi. Ini sebagai rasa terima kasihku untuk aki."
Aku menyodorkan kembali koin emas itu dan berpamitan untuk pulang. Meninggalkan ki waluyo duduk sebatang kara di pendopo mini, saat menuju rumah, aku berpapasan dengan mbok Darmi yang sedang menyapu halaman rumahnya.
"Mbok." sapaku dengan senyuman
"Eh.. Nak Sarah. semalam mbok sama Wulan melihat nak Sarah di Pendopo Agung. Nak Sarah cantik sekali, Sama seperti ndoro putri Dyah Nertaja." Senyumanya tiba-tiba sumringah. Sinar bahagia terpancar jelas di setiap sudut wajahnya, kebahagiaan yang sama saat seorang ibu melihat anaknya menjadi cantik. Aku tersenyum.
"Ah.. Si mbok bisa saja. Wulan sudah bangun mbok?"
"Iya.. Mbok beneran nak. Mbok ikut senang juga kamu dapat penghargaan dari baginda raja Hayam Wuruk. Wulan sedang main gamelan di pendopo nak. Masuklah, mbok hari ini masak jukut harsyan. Tapi mbok ndak pake kemenyan nak. Hehehe, karna mbok tau nak Sarah ndak suka kemenyan."
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !