Salah satu ruangan di apartemen bertingkat itu bernuansa shabby chic dengan beberapa poster boygroup ditempel di dinding, juga berbagai merchandise personil grup favorit mereka di atas meja yang tertata rapih di pojok kiri ruangan. Lampu berjenis downlight dengan cahaya putih menerangi kamar yang cukup luas dengan dua tempat tidur yang diletakkan sejajar dengan jarak cukup jauh. Sinar rembulan di bulan November menembus masuk dari jendela besar di sisi kanan ruangan yang terbuka sedikit, membiarkan udara dingin menyeruak masuk.
Seorang gadis dengan rambut coklat lurus sepundak duduk sambil memainkan ponselnya di atas tempat tidur, sedangkan agak jauh darinya terdapat seorang gadis berambut panjang sedang mencari sesuatu di internet melalui laptopnya. Suasana di antara mereka hening, hingga gadis berambut panjang itu menemukan jadwal tampil acara musik yang digelar pukul sepuluh nanti.
"Ini dia!" Gadis berambut panjang itu bersorak gembira seraya menoleh ke arah temannya. "Mereka akan tampil hari ini!" tambah wanita itu.
Gadis berambut pendek sepundak yang bernama Hana itu bangkit dari posisinya, lalu berjalan menghampiri sahabatnya. Ia membaca sebuah artikel tentang grup idol yang mereka sukai, mengubah tatapan bosannya menjadi bersemangat.
"Tampil terakhir?" Hana mengernyitkan dahinya ketika mengamati baik-baik jadwal itu.
"Ya, seperti biasa."
Sayangnya, dering ponsel Hana membuyarkan ekspetasinya. Ia bergegas meraih ponsel di atas tempat tidur, lalu membaca pesan singkat yang dikirim atasannya.
"Aku harus pergi," ujar Hana.
"Sekarang? Kapan kau kembali? Apa kau tidak akan menonton mereka?" Pertanyaan beruntun itu seakan menyerang Hana di waktu yang bersamaan.
Hana menggeleng singkat. "Aku tidak ingin ahjumma itu mengomel dan membuat kepalaku sakit." Hana bangkit dari tempat duduknya dan mengambil tas kecil berwarna hitam yang ia gantung di dekat tempat tidur.
"Aku akan segera pulang untuk menyaksikan mereka tampil di TV."
Wanita bernama Yoon itu hanya mengerucutkan bibirnya melihat Hana yang baru saja menutup pintu, lalu kembali pada laptopnya.
***
Kang Hana berdiri di depan cermin besar di studio atasannya. Wajah kusam dengan rambut sebahu yang tak terawat, ditambah kantung mata yang memperburuk penampilannya. Tubuh kurus dengan tinggi 160 cm. Terkadang ketika berdiri di depan cermin seperti ini mendorong jauh mimpinya untuk menjadi wanita idaman idolanya. Apalagi ketika ia melihat rekan rekan kerja atau teman sesama fans yang memiliki tubuh langsing semampai dan berwajah mulus. Membuat ia semakin tidak percaya diri.
Sejak SMA, Hana yang merupakan gadis berdarah Indonesia-Korea bermimpi untuk kuliah di negeri kelahiran ayahnya--Korea. Orangtua Hana sudah berpisah sejak sepuluh tahun yang lalu. Ia tidak tahu keberadaan ayahnya, sementara ibu dan kedua adiknya berada di Indonesia. Selama tujuh tahun sejak perceraian orangtuanya, ia tidak lagi menaruh kepercayaan pada pria. Sampai ketika ia tidak sengaja menemukan video musik boygroup yang kini disukainya.
Sejak saat itu, Hana mulai menyusun mimpi-mimpi baru. Ia ingin memperbaiki kehidupannya, menunjukkan pada sang ayah bahwa mereka baik-baik saja tanpa pria itu. Perlahan rasa suka pada idolanya semakin meningkat dan membuat Hana bersemangat untuk pergi ke negeri kelahiran sang ayah.
Di sinilah ia berada, sebuah studio dari seorang perancang busana yang dipandang tinggi oleh masyarakat Korea, Nona Jung. Sebuah studio yang berantakan yang penuh kain berbagai corak, baik kain perca tak berguna maupun kain yang masih baru. Meja-meja yang berantakkan, serta mesin jahit yang hampir digunakan selama delapan belas jam sehari. Cat dinding berwarna coklat kemerahan dengan aroma vanilla yang kuat. Jangan lupakan ada beberapa pakaian dengan bermacam corak yang dipajang dengan manekin.
"Asisten Kang." Seorang wanita berambut panjang dengan tubuh langsing dan wajah tanpa penuaan bak vampir meski usianya memasuki kepala empat.
Hana menoleh ketika mendengar atasannya memanggil. Wanita yang biasa disapa Nona Jung itu berdiri tak jauh di belakangnya. Ia segera membungkuk, memberi salam, lalu kembali berdiri tegak.
"Maaf jika menganggu waktu cutimu, tapi aku butuh bantuanmu. Aku dan asisten lainnya sedang sibuk untuk mengurus fashion show yang diadakan dua hari lagi. Hanya kau yang bisa aku andalkan. Tolong antarkan pakaian-pakaian itu untuk dicoba."
Nona Jung menunjuk rak pakaian beroda yang ada di ujung ruangan. Beberapa pakaian panggung tergantung dengan rapih beserta pemanisnya masing-masing. "Antarkan pakaian itu pada pelanggan yang ada di ruang peragaan. Mereka sudah menunggu sejak tadi dan aku baru sadar kalau kau sudah ada di sini. Mereka sudah setuju untuk memakai pakaian rancanganku untuk setiap penampilannya."
"Mereka? Maksudmu girlgrup S0Ne itu?" tanya Hana tak percaya.
Nona Jung mengangguk, lalu mengedipkan matanya. "Hebat, 'kan?"
Hana merotasikan bola matanya. Lebih hebat lagi kalau boygroup E-X yang memakai rancanganmu, batinnya.
Dengan perasaan kesal, Hana mendorong rak beroda yang penuh dengan pakaian menuju lift. Sesampainya di depan ruang peragaan di lantai dua yang terkesan mewah itu, ia berhenti sesaat. Apa ia siap melihat segerombol wanita cantik dengan tubuh ideal? Ah, itu sama saja seperti menghina dirinya sendiri. Lagipula, ini memang pekerjaan yang ia impikan sejak dulu. Kapan lagi ia punya kesempatan seperti ini?
Hana membuka pintu ruangan, lalu mendorong rak beroda itu masuk. "Selamat siang. Maaf telah menunggu lama."
Semua wanita yang ada di sana sontak melihat ke arah pintu. Gadis dengan rambut sebahu, kulit putih pucat dan mata yang jarang dimiliki oleh wanita Korea memasuki ruangan sembari mendorong rak pakaian. Ia membungkuk hormat. Para wanita itu berdiri dan membungkuk sedikit untuk membalas sapaannya.
"Nona Jung meminta saya membawakan pakaian-pakaian ini. Silahkan dicoba."
Hana mendorong rak pakaian itu mendekati bilik ganti. Satu per satu wanita itu mulai memilih pakaian. Hana memperhatikan satu per satu wanita itu sambil memegang dadanya.Jantungnya serasa ingin berhenti berdetak tiap kali wanita-wanita itu tersenyum sopan ke arahnya.
"Ya ampun, mereka cantik sekali," gumamnya.
Ia mulai berpikir aneh-aneh. Apalagi setelah melihat kecantikan Soona secara langsung. Soona memiliki kulit yang putih bersih, wajahnya cantik mulus dengan tubuh yang ideal. Wajar jika Soo-Hyun E-X mengidolakannya.
***
"Aku pulang." Hana memasuki apartemen seraya melemparkan tas ke sofa dan membenamkan tubuhnya di tempat tidur yang empuk. Ia mengerjapkan matanya, lalu melirik arloji yang masih melingkar di pergelangan kurusnya. Pukul satu malam. Tubuhnya benar-benar lelah hingga rasanya ingin cepat tertidur, tapi keinginannya untuk melihat wajah idola membuat Hana kembali bangkit dan melepas outer yang membuatnya gerah meski dipakai di malam hari.
Hana melirik Yoon yang berkutat dengan laptop dari sudut matanya. "Tadi aku bertemu dengan personil S0Ne."
"Apa?" Yoon langsung menoleh ke arah Hana.
"Tadi aku bertemu dengan personil S0Ne," ulang Hana.
"Bagaimana bisa?"
"Mereka menggunakan pakaian rancangan atasanku sekarang. Ya ampun, mereka sangat cantik. Sangat berbeda dengan kita."
"Tentu saja."
"Pastinya personil E-X mencari wanita yang seperti mereka, 'kan? Mana mungkin mereka memilih wanita seperti kita."
"Ah, sudah mulai!" pekik Yoon tidak memperdulikan ucapan Hana. Dengan sebal Hana bangkit dan duduk di samping Yoon. Sang pembawa acara muncul dan mulai menyapa para fans yang sudah siap dengan lighstick masing-masing untuk menyemangati idol mereka saat tampil.
Setelah beberapa grup tampil, kini giliran E-X yang tampil. Mereka muncul dengan pakaian serba putih. Beberapa member menggunakan up hairstyle dan sebagian lain menggunakan down hairstyle. Seketika melihat mereka muncul, Yoon menjerit tak karuan, memaksa Hana untuk menutup telinganya dengan tangan.
"Ya ampun! Mereka tampan sekali! Terutama Soo-Hyun!" pekik Yoon.
"Pelankan sedikit suaramu Yoon."
"Ah, maaf."
Tak hanya pekikan Yoon, pekikan para fans E-X dan ribuan lighstick yang membentuk 'white ocean' ikut meriahkan penampilan E-X. Hana hanya menyaksikan penampilan mereka dengan hening, tak seheboh Yoon. Terkadang ia tersenyum ketika K mengedipkan matanya pada kamera sambil tersenyum, kadang ia menutup mulutnya ketika kamera menyoroti wajah para member satu per satu, memperlihatkan ketampanan mereka.
"Aku rasa aku akan terkena serangan jantung sebentar lagi."
***
Hana memandang langit malam yang kini dipenuhi bintang. Ia duduk di atap apartemen seraya memegang secangkir kopi hangat. Imajinya berkeliaran, mulai membayangkan 'bagaimana jika polaris itu sangat dekat'. Polaris? Ah, Hana lebih suka menyebut E-X sebagai polaris daripada bias atau oppa. Ia punya alasan yang mungkin terdengar alay.
Sewaktu kecil ayah Hana selalu menceritakan tentang sistem-sistem bintang dan salah satunya polaris. Dari sekian banyak sistem bintang, ia paling suka dengan polaris, sang bintang utara. Menurutnya, E-X sama seperti polaris.
Mereka telah mengubah cara hidup Hana, seperti polaris menjadi penunjuk arah yang kekal bagi umat manusia selama berabad-abad. Meski pernah meredup, polaris bersinar terang lagi, bahkan kecerahannya meningkat. Sama seperti E-X yang pernah kehilangan tiga membernya, dihujat oleh antis, tapi mereka mampu melaluinya dan kembali bersinar lagi, bahkan lebih bersinar dari sebelumnya.
"Sudah pukul dua malam. Apa kau selalu seperti ini setiap malam?" tanya Yoon yang muncul dan berjalan mendekati Hana.
Hana mengangguk. "Ya. Ini membuatku merasa dekat dengan mereka."
"Mereka? Maksudmu E-X?"
Hana mengangguk lagi. "Saat mereka di atas panggung, aku merasa mereka sangat jauh dan sangat sulit digapai. Mereka begitu bersinar, mataku tidak mampu menahan cahayanya."
Mendengarnya membuat Yoon tertawa. "Jangan bermimipi terlalu tinggi. Mereka memang sangat sulit untuk kita gapai, tapi setidaknya aku ingin bersama mereka sampai cahaya mereka meredup."
"Mereka tidak akan pernah redup."
"Bagaimana kau yakin?" tanya Yoon.
"Karena meski tidak ada lagi orang yang menyukai mereka, aku akan tetap bersama mereka hingga akhir. Meski aku tidak bersama mereka sejak awal, aku ingin bersama mereka hingga akhir. Tidak peduli jika suatu saat nanti kita menjalani hidup masing-masing dan berkeluarga, aku akan tetap menjadi Eris mereka."
"Kenapa kau begitu puistis hari ini? Biasanya kau bertingkah konyol. Apa kau terbentur sesuatu?"
Hana tertawa, lalu memukul Yoon ringan. "Enak saja. Setelah melihat personil S0Ne tadi, aku merasa ingin menyerah. Mana mungkin aku bisa mengalahkan kecantikan mereka."
"Oh, karena tadi. Jangan pedulikan itu. Tetaplah jadi dirimu sendiri. Jika memang jodoh pasti akan bersama, 'kan? Tidak peduli secantik apa pun wanita di sekitar mereka."
"Kau percaya diri sekali." Hana tersenyum simpul seraya menyenggol siku Yoon, membuat sahabatnya itu terkekeh.
"Aku ingin tidur. Nona Jung memintaku datang lagi besok," ujar Hana sembari berjalan meninggalkan Yoon.
"Hei! Tunggu aku!"
Sebelum masuk, Hana sempat berhenti dan memandang langit. Senyum manisnya mengembang ketika bintang-bintang itu semakin berkilau.
***
Hana berdiri di depan pintu butik Nona Jung. Ia menarik napas panjang, lalu mengangkat kepalan tangannya. "Fighting!" Ia membuka pintu butik dan langsung disambut beberapa asisten Nona Jung yang lain. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang mengurusi desain baru, ada yang mengurusi pakaian show model dan ada yang mengurus pakaian yang dipesan oleh artis dan lain-lain.
Hana berjalan menuju studio Nona Jung, tapi tiba-tiba salah satu penjaga butik memberitahunya bahwa Nona Jung menunggunya di ruang peragaan. Ia mengangguk, lalu menuju ke sana.
"Ah, akhirnya kau datang, Asisten Kang," ujar Nona Jung ketika melihat Hana keluar dari lift. Di belakangnya ada seorang wanita berusia tiga puluh lima tahunan. Hana menatap mereka bergantian. Ada apa ini? Nona Jung mendekatinya dan berbisik. "Tolong kau bantu aku, ya? Kau tahu kalau S0Ne memakai rancanganku untuk setiap penampilan mereka?"
Hana mengangguk ragu. "Ta-pi."
"Hari ini mereka ada pemotretan dan stylist mereka tidak dapat hadir. Jadi manajer mereka datang dan memintaku untuk mengurus fashion mereka hari ini. Seperti yang kau tahu hari ini ada seorang model Eropa datang dan aku harus mengurusnya. Jadi kau saja yang mengurus fashion mereka? Aku mohon. Hari ini saja. Ya,ya? Aku percaya padamu tentang ini."
Hana menghela napas panjang-panjang. Ia ingin menolak, tapi wajah Nona Jung membuatnya iba. "Baiklah."
"Ah, kau memang yang terbaik, Asisten Kang."
Awas saja jika kau tidak menambah bayaranku. Sebenarnya aku ini asisten Nona Jung atau stylist S0Ne? Kemarin menjadi kurir dan sekarang mejadi stylist, gerutu Hana.
"Aku sudah menyiapkan pakaian yang bisa mereka coba. Kau hanya perlu mencocokkan dengan selera dan image mereka."
Hana mengangguk patuh. Ia berjalan mengikuti manajer S0Ne menuju mobil mereka dan pergi ke lokasi pemotretan. Tak butuh waktu lama untuk sampai di sana. Sebuah pantai dengan pasir berwarna putih bersih yang terlihat lembut. Udara di sekitar cukup dingin mengingat musim gugur akan segera berakhir. Sebuah mobil van berisi peralatan photoshoot terparkir agak jauh dari mobil yang membawanya dan beberapa pakaian. Hana turun, lalu membantu para staff dan asisten stylist menurunkan semua pakaian yang dibawa dan menyiapkan pakaian pertama mereka.
Tak lama para member datang. Hana dengan cekatan memberikan pakaian dengan tema yang telah ditentukan. Tapi ketika hendak menyiapkan pakaian kedua, Hana merasa ada yang ganjil. Kenapa ada pakaian pria? Ah! Ia tidak peduli. Untuk saat ini ia harus menyediakan pakaian kedua secepatnya.
"Apa pakaian untuk model pria sudah siap?" tanya manajer S0Ne padanya.
"Apa?" tanya Hana memastikan kebenaran atas apa yang ia dengar. Model pria? Jadi karena itu Nona Jung membawakan pakaian pria?
"Kau tidak tahu? Hari ini S0Ne dan E-X akan melakukan photoshoot bersama."
"Apa? Ah! Maaf. Baiklah, akan aku siapkan secepatnya."
Sang manajer hanya tersenyum melihat reaksi Hana yang masih tidak percaya tentang apa yang ia dengar barusan. E-X akan datang dan itu artinya ia yang akan mengurus pakaian mereka. Ya ampun, ia merasa hatinya akan meledak saat ini juga, setengah tidak percaya bahwa hari ini ia akan bertemu dengan idolanya.
Tak lama kemudian member E-X datang bersama manajer mereka dengan pakaian casual yang membuat Hana tak bisa melepas pandangannya dari mereka. Tampan, keren, dan ... berkharisma. Membuat gadis itu mematung di tempat dengan bibir yang tertutup rapat dan mata membulat. Jantungnya berdetak cepat tiap kali langkah mereka semakin mendekat.
"Maaf, apa pakaiannya sudah siap?" tanya K--member termuda kedua setelah Soo-Hyun pada Hana, membuat gadis itu tersadar dari imajinasinya. Ia hanya mengangguk lalu memberikan pakaian yang telah dicocokkan pada mereka. Mereka hanya tersenyum melihat wajah Hana yang memerah.
Ya Tuhan demi apapun. Aku berterima kasih pada Nona Jung hari ini! batinnya.
***
Wah EXOL ya?? Kereeenn. Dapet banget pula feelnya
Comment on chapter Prolog