Siang yang panas itu berangsur gelap. Tampaknya hujan akan segera turun. Hana yang sedari siang tenggelam dalam tangisnya setiap mengingat penyesalan di masa lalunya, kini sudah berhenti menangis. Tak berapa lama sesaat setelah Hana mulai berhenti menangis, samar-samar ia mendengar sesuatu dari luar kamarnya. Ia pun keluar dari kamar dan mengikuti arah suara yang nampaknya suara kucing. Perasaan sedih Hana berubah cepat menjadi perasaan heran mengingat Mbak Minah bilang komplek kost Laluna tidak mengizinkan adanya binatang peliharaan.
"Meow"
Suara kucing itu terdengar lagi begitu jelas. Hana yakin suaranya berasal dari pintu gudang yang ternyata sudah terbuka. Lagi-lagi Hana merasa aneh. Yang ia tahu, pintu gudang itu selalu dikunci oleh pemilik kost karena pintunya yang mudah rusak. Mungkinkah mbak Minah baru saja membukanya dan lupa menutup pintunya? Pikir Hana.
"Meow meow"
Lagi. Suara kucing itu terdengar lagi dan semakin keras seolah memantul diantara kesunyian lorong kost. Suaranya seolah berbunyi seperti suara kucing yang terjebak minta tolong. Mengeong begitu keras. Hana yang selalu ingin tahu, akhirnya menuju gudang untuk mencari kucing tersebut. Ia melongok ke dalam gudang yang begitu gelap sambil memanggil kucing tersebut.
"Pusss..pusss..." panggil Hana. Namun tak ada kucing yang keluar menghampirinya, hanya kegelapan gudang yang menyapanya. Ia pun semakin melongokkan kepalanya ke dalam gudang sambil mencoba mencari-cari arah suara kucing tersebut. Hana akhirnya memutuskan untuk mengganjal pintu dengan botol minum stainless-nya dan masuk ke dalam gudang, mencari saklar lampu agar dapat mencari kucing tersebut. Gudang tanpa ventilasi itu terasa begitu pengap dan gelap. Hana sendiri kesulitan mencari saklar lampu yang biasanya ada di dekat pintu namun rupanya tidak ada.
"Puss.. kamu dimana sih?" tanya Hana seolah berharap kucing tersebut akan menjawabnya. Ia terus berjalan mencari-cari saklar seperti seorang tuna netra.
BRAAAKK!!!
Tepat saat Hana sibuk mencari saklar sambil terus memanggil kucing tersebut, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang diiringi munculnya seekor kucing hitam dengan kalung bergemerincing berwarna biru.
"Akh!"
Hana begitu kaget melihat Kucing yang tiba-tiba muncul itu lari secepat kilat sampai-sampai menabrak botol minum yang menjadi penyanggah pintu. Dan dalam sekejap mata, pintu gudang tertutup menyisakan gelap yang luar biasa. Seolah tak ada lagi sedikit cahaya yang tersisa di bumi, gudang tersebut menjadi gelap pekat. Hana yang berada sekitar tiga meter dari pintu, kini melangkah pelan sambil mencari pintu gudang tersebut.
Semakin ia berjalan dan berjalan ia tak mendapati dinding maupun pintu. Hana mulai panik dan merasa aneh. Ia benar-benar yakin pintu gudang tidak jauh berada di depannya. Ia terus berjalan dalam kegelapan mencari gagang pintu gudang agar dapat cepat-cepat keluar sebab kegelapan yang luar biasa itu mulai menimbulkan rasa panik dalam dirinya.
Saat rasa panik mulai mengepung dirinya, tiba-tiba dari arah belakang muncul seberkas cahaya.
Pintunya! Batin Hana.
Meskipun dalam hati ia bertanya-tanya mengapa pintu yang awalnya berada di depannya, tiba-tiba jadi berada di belakangnya.
Mungkinkah aku salah melangkah karena terlalu gelap? Batinnya lagi. Namun apapun itu, Hana langsung cepat-cepat berjalan menuju pintu tersebut agar dapat keluar dari kegelapan gudang yang mulai membuat dadanya terasa sesak karena rasa panik.
Sesaat setelah Hana keluar dan menutup pintu dan memutar balik tubuhnya, ia mendapati sesuatu yang luar biasa aneh. Kenyataan yang sangat tak masuk akal. Matanya terbelalak kaget mendapati apa yang ia lihat.
"Astaga!" ucapnya yang tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sebab kini Hana berada di sebuah teras rumah tua! Tangannya yang masih menggenggap knop pintu perlahan terasa dingin dan basah. Ia mencoba membuka knop pintu itu, berharap dapat kembali, atau setidaknya berharap kalau semuanya mimpi.
"Tolong buka pintunya!!" teriak Hana sambil menggedor pintu itu dengan keras. Namun kenyataan yang lebih mengerikan muncul. Pintu tersebut perlahan memudar seperti efek CGI yang biasa ia lihat di film-film. Satu-satunya pintu yang mengantarkan Hana ke tempat aneh tersebut, kini menghilang. Langit yang sebelumnya terlihat mendung, kini berubah terang dengan lembayung sore yang menyapa. Gila, ini mimpikan?
Hana yang perlahan menyadari situasi tidak masuk akal ini mulai panik. Pintu gudangnya menghilang, begitupun dengan kost beserta gedungnya. Seolah baru saja melewati pintu Doraemon, kini ia berada di tempat yang sangat berbeda. Ia tidak bisa mempercayai keanehan tersebut. Beberapa detik lalu, ia masih berada di dalam gudang, dan kini ia entah berada dimana.
Hana terduduk lesu di sebuah teras rumah tua yang nampaknya tak berpenghuni lagi. Udara di kost yang semula terasa panas, tiba-tiba berubah sejuk dan mulai terasa dingin karena hujan nampaknya baru turun di tempat tersebut. Daun-daun berserakan di halaman beserta dengan rumpur-rumput liar yang masih basah karena sisa hujan. Pintu dan jendela rumah tua tersebut nampak sudah rusak dan berdebu.
Kedua kaki Hana terasa gemetar mendapati semua kenyataan ini. Hana jatuh lemas di depan pintu. Ia bingung dan tak mengerti sedikit pun apa yang terjadi. Ia yang awalnya hanya berniat menolong kucing di gudang kostnya, kini sudah terduduk lemas di sebuah teras depan halaman rumah tua.
Kalut. Satu kata yang mendeskripsikan keadaan Hana dengan sangat tepat. Ia sudah tak tahu harus melakukan apa setelah kehilangan 'jalan pulang'-nya. Ia hanya terdiam memperhatikan sekelilingnya dan nampak memikirkan segala yang terjadi sementara matahari mulai tenggelam ke barat. Hana mengambil handphone di sakunya. Meskipun signal handphonenya hilang, namun beruntungnya benda itu masih berfungsi. Ia merasa terheran-heran saat menemukan jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Padahal jelas-jelas ia tiba di kost pukul 1 siang. Hana yang terduduk lemas dengan ransel yang menggantung di punggungnya berusaha tenang. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari rumah tersebut dan mencari tahu dimana ia sedang berada.
***
Keadaan disekitar rumah tersebut terlihat sebagaimana biasanya rumah di perkampungan. Orang-orang berlalu-lalang sepulang kerja, anak-anak SMA berkerumun melewati gang sambil mengobrol. Suasana khas perkampungan di Indonesia, yang jauh berbeda dengan kawasan elit perkotaan di tempat tinggal Hana. Saat Hana sibuk memikirkan keanehan yang ia temui, tiba-tiba seorang anak kecil berjalan melalui pagar rumah sambil menangis.
"Mamaa... heungg...." anak kecil itu menangis tersedu-sedu memanggil ibunya. Hana yang tak tega akhirnya menghampiri anak kecil itu.
"Hai, dek.. kamu kenapa nangis?" tanya Hana sambil berjongkok di depan gadis kecil dengan rambut yang dikuncir dua tersebut.
"Peliharaanku hilang.. heung" jawab anak kecil itu sambil menangis menutup matanya dengan punggung tangannya.
"Peliharaan apa? Cup cup... Mau kakak bantu cariin?" tanya Hana lagi.
"Peliharaanku kucing. Namanya Milo dan warnanya hitam. Aku udah cari dari tadi tapi Milo gak ketemu... heungg" ujar anak kecil itu kembali menangis. "Kakak, gak lihat kucingku di rumah itu? Tadi aku liat dia masuk ke gang ini. Tapi tiba-tiba hilang"
Hana terdiam, mencurigai sesuatu.
"Dia itu kucing pintar kak, kalau ada apa-apa pasti mengeong keras. Dia pakai kalung biru yang ada lonceng kecil gitu kak" lanjut anak kecil itu menjelaskan. Hana tersentak kaget dengan penjelasan anak kecil tersebut. Ini bukan mimpi, pikirnya.
Kucing hitam.
Mengeong keras.
Berkalung biru.
Lonceng kecil.
Hana melepaskan tangannya dari bahu anak kecil itu dan mendadak melangkah mundur darinya. Ia menyadari sebuah kejanggalan yang tidak ia pahami. Ia menatap anak kecil itu seperti melihat sebuah alien yang datang dari galaksi lain.
Karena jika dugaannya benar, kucing yang ia lihat di gudang adalah milik gadis kecil di depannya.
Jika dugaannya benar, pintu gudang apartemennya secara ajaib memang terhubung dengan pintu di rumah tua tersebut.
Dan Jika dugaannya benar, kucing itu tak bisa kembali karena pintu yang menghubungkan apartemen dengan rumah tua itu tak ada lagi.
Dan terakhir, jika dugaannya benar, ia pun terjebak dan tak bisa kembali ke apartemennya.
Setelah berusaha menenangkan gadis kecil tersebut, Hana mencoba pergi ke tempat lainnya sambil terus berpikir, kemana ia harus meminta tolong. Karena ia tahu, tak akan ada orang yang percaya ceritanya tentang sang 'pintu ajaib'. Hana menyadari dirinya dalam keadaan yang serius karena tak bisa kembali ke tempatnya. Ia paham, ini bukanlah cerita doraemon yang akan selalu muncul menolong nobita di akhir cerita. Ia harus mencari jalan keluarnya sendiri.
Tak jauh dari rumah tua tersebut, Hana melihat keramaian pada beberapa ruko besar di sebrang jalan. Lagi-lagi, rasa ingin tahunya pun membawa langkahnya pada keramaian tersebut. Seorang wanita cantik dengan tubuh yang tinggi dan langsing menghampirinya seraya memberikan sebuah flyer.
"Jangan kelewatan ya kak, diskonnya cuma sampe hari ini aja! Langsung diborong sekarang kak" ujar wanita tersebut yang kemudian langsung menghampiri pejalan kaki lainnya yang berada di sekitar dan meninggalkan Hana yang mematung sambil menatap flyer tersebut.
Hana terdiam membaca flyer tersebut. Riuh ramai suara musik, suara SPG yang sibuk promosi dan lalu lalang lalu lintas seolah berhenti sejenak begitu ia melihat sebuah tulisan besar 'Sale Akhir Tahun! 28-31 Desember 2008!'. Matanya terbelalak kaget pada tulisan tersebut.
Desember 2008.
Desember.
2008.
*Bersambung
Author: instagram.com/woozia
Gimana? perlu dilanjut?
Mantap thor. lanjutkan ceritanya
Comment on chapter Chapter 1 - Timeline