"Iya pilih boneka yang lo suka Ra". Kata Gavin menegaskan maksud ucapannya tadi.
Mulut Nara terbuka kecil, kemudian mengerjap sadar dan mengangguk "Ooh i-itu noh beruang coklat". Ucapnya canggung sambil menunjuk boneka beruang coklat berukuran besar yang terdapat pita di lehernya.
"Ya udah gue cuma nanya doang. Muka lo ga usah merona gitu, gue ga mau beliin pede banget". Gavin mengacak rambut Nara gemas, sukses membuat gadis itu merona.
Gavin cepat menghindar saat Nara ingin memukulnya. "Nyebelin!". Umpat Nara dengan tangan dilipat dan pergi keluar toko itu meninggalkan Gavin. Tawa Gavin pecah melihat sahabatnya yang sudah mencak mencak dengan bibir maju. Ia mengejar Nara yang jalan sangat cepat dengan berlari.
"He! Tungguin!". Teriak Gavin.
"Apa ? Mau pulang gue laper". Nara menoleh dengan mata tajam menatap Gavin yang berdiri dengan napas terengah.
"Bilang kek kalo mau makan, ayo gue traktir". Gavin melebarkan telapak tangannya memberi kode untuk di genggam oleh Nara.
"Gue masih sebel". Ucapnya ketus. Membuat Gavin memasukan tangannya ke saku celana. Nara dan Gavin memang sering jalan berdua seperti ini, mereka sudah bersahabat dari kecil bahkan saat mereka masih belum lahir memang orang tua mereka sudah sama sama bersahabat, belum lagi mereka yang sepuluh tahun bertetangga.
Menggoda Nara sampai marah sudah menjadi hobi Gavin sejak kecil, tak heran jika mereka kadang seperti kucing dan anjing kadang seperti abang dan adik.
Tangan Gavin sudah menepuk nepuk rambut Nara. Ponsel Gavin tiba tiba berdering membuat tangannya kini merogoh ponsel di saku celananya, ada panggilan dari Nando.
"Cepetan pulang, ini rumah lo udah gue foto mau gue jual". Ucapnya terdengar nyaring.
"Vin kamar lo kaya kapal pecah maaf ya". Suara Kanaya terdengar di seberang sana.
"Iya njir gue juga mau pulang". Ketus Gavin.
Setelah mendapat kado yang cocok untuk Bunda Gavin mereka pulang, tidak lupa dengan kuaci dan kentang goreng untuk Squad Delight hari ini.
****
"Lama bener, tadinya foto rumah lo udah mau gue sebar di ig, mau gue jual". Alfin mulai mencibir saat Gavin masuk kamarnya.
Gavin melempar sebungkus kuaci ke arah Alfin, membuat cowok itu refleks menangkap. " Brisik, sini stiknya giliran gue". Gavin meminta stik Ps yang ada di tangan Nando. Sudah menjadi hobi untuk tiga cowok ganteng itu beradu gulat di Ps.
Sedangkan Nara dan Kanaya mulai membuka laptop Gavin, mulai memutar drama korea. Dengan mulut yang sibuk memakan kentang goreng dan mata yang fokus pada layar.
****
Kanaya, Nando, dan Alfin pamit pulang setelah capek seharian main di rumah Gavin hari ini. Rumah Gavin memang sering jadi basecamp mereka, khususnya kamarnya. Kamar yang cukup lega meskipun masih kalah dengan luas kamar Kanaya tapi yang terpenting hanya di rumah Gavin mereka bisa leluasa main.
"Ra lo jangan pulang dulu ya bentar". Ucap Gavin sambil melambaikan tangan ke arah mobil Alfin.
"Mau apa? ".
"Bantuin gue hias meja makan, hari ini Bunda ulang tahun kan". Ucap Gavin setengah memelas.
"Hmm iya deh". Nara mengangguk tak bisa menolak.
****
Mereka berdua mulai sibuk menyiapkan kejutan pesta ulang tahun sederhana. Gavin mulai menata meja makan dengan kue kue yang sudah Ia siapkan sebelumnya.
Gavin menata kue sedangkan Nara agak disampingnya merapikan piring. Saat Nara ingin mengambil tisu yang berada di tangah meja tiba tiba tubuhnya bersenggolan dengan Gavin yang berniat sama. Lagi lagi rasa aneh itu muncul, detak jantungnya memburu ketika mereka jadi tak sengaja saling bertatapan.
Nara mengerjap sadar dari kecanggungan yang berlangsung sepersekian detik. Ia berusaha menguasai diri berusaha tetap datar. Sedangkan Gavin malah menatapnya tanpa dosa. "Apa si? ". Nara langsung menutup muka Gavin dengan tisu di tangannya.
"Enggak". Gavin membuang muka, kembali mengambil kue yang masih di dalam kotak.
Nara pernah tidak percaya kalau sahabat itu bisa bermetamorfosis jadi cinta kapan saja.
A/n : Gimana ya Gavin sama Nara itu emang kadang membingungkan sebentar kaya musuh, akur, nanti kadang mesra. Tapi status mereka hanya sahabat.
Jangan lupa vote dan comment guys!
-tbc-
@yurriansan Oke terimakasih untuk krisarnya nanti aku perbaiki lagi
Comment on chapter 2. Awal putih abu