Loading...
Logo TinLit
Read Story - GEMINI
MENU
About Us  

Langkah kakinya terasa berat. Sedikit-sedikit dia terjatuh. Luka di kakinya terlihat dalam dan mengeluarkan darah. Luka itu bahkan jauh lebih sakit daripada terkena sayatan pedang. Jiyu mencoba bangkit dengan bertumpu pada kaki satunya yang baik-baik saja. Gadis itu berhasil melarikan diri dari penginapan Gyesi. 

Gadis itu memaksa kakinya untuk melangkah ke suatu tempat dengan menyeret kakinya. Seperti dugaan, klan pengendali angin memang merepotkan. Gerakannya tidak terbaca dan tiba-tiba menyerang. Jiyu meraba-raba dinding rumah seraya berjuang bergerak ke suatu tempat.

Langit malam di kota Yeonsung begitu pekat. Angin menderu kencang disertai aroma nikotin yang menguar memenuhi udara jalanan. Kakinya yang masih sehat terantuk pinggiran pondasi sebuah rumah. Dia kembali jatuh tersungkur. Gadis itu menghela nafas. Perjalanannya terasa sangat berat. Jiyu mengangkat kakinya yang terluka. Dia merobek pakaiannya dan membalut lukanya dengan kain itu. 

Suara-suara aneh muncul dari setiap rumah yang membuatnya seperti terkena ilusi. Jalanan juga begitu sepi. Setelah beristirahat sebentar, gadis itu bangkit dan kembali bergerak. 

Dia menendang sebuah pintu dari rumah kayu yang tampak sepi. Namun, siapa sangka di dalamnya begitu ramai. Seseorang sangat terkejut dengan kedatangannya. Gadis itu melotot ke arah orang itu. Seakan tahu apa yang di maksud, orang itu mengajak Jiyu mengikutinya. 

Seorang pria berbadan tambun tengah duduk di tengah ruangan dengan seorang gadis di pangkuannya. Mereka asyik bercumbu dikelilingi oleh orang-orang berbau nikotin yang mengerumuni meja-meja di sebelahnya. 

Jiyu menyeret sebuah kursi dan duduk di depan pria tambun itu. Salah satu kakinya terangkat dan diletakkan dikursi. Dia menelengkan kepalanya seolah menunggu pria itu menyelesaikan urusannya. 

"Bos ..." Seseorang berucap pelan seolah takut mengganggu pria yang menjadi majikannya itu. Si pria tambun berhenti. Dia menoleh ke depan dan bertatapan dengan sepasang mata heterokrom. 

Gadis itu meraih sebuah bungkusan yang tergantung di pinggangnya dan melemparkan itu ke depan si pria tambun. Cairan berwarna merah merembes keluar dari bungkusan. Si pria tambun tertawa seakan tahu isi dari bungkusan itu. Jiyu berdiri. Tugasnya sudah selesai. 

"Hei!" Suara keras dari si pria tambun membuat Jiyu menoleh. Sebuah kantung kecil terlempar ke arahnya. 

Dia menangkap kantung itu dengan dua tangan. Si pria tambun menyeringai, "Tambahan ... lalu permintaanmu, orangku sedang bergerak. Tunggu sampai dia kembali."

Jiyu gantian menyeringai. Dia menggenggam kantung berisi koin dan mengangkatnya. Kemudian gadis itu keluar dari tempat berbau nikotin itu. 

-----

Rok panjang warna merah berayun pelan seiring dengan langkah kaki anggunnya. Sebelah kakinya berjinjit di setiap langkahnya untuk mengurangi sedikit rasa sakitnya. Sebuah kerudung berlengan berwarna merah muda menutupi kepalanya, menyembunyikan rambut panjang beserta wajahnya. Gadis itu sengaja menutupi sebagian wajahnya agar orang-orang tidak dapat melihat matanya yang berbeda warna. 

Ibukota Miryeo terlihat begitu sibuk. Jiyu berjalan di tengah-tengah masyarakat yang menggelar barang dagangannya di pinggir jalan. Dia datang ke ibukota untuk membeli pakaian laki-laki sebagai salah satu properti penyamarannya. Pakaian yang semalam sudah dia bakar karena terdapat bercak darah si pria bertompel dan juga darahnya sendiri. 

Gadis itu melewati sebuah papan pengumuman dan berhenti di depannya. Dia membuka sedikit kerudungnya. Sebuah lukisan wajah seseorang tertempel di papan itu. 

Seorang pria yang dituduh sebagai pembunuh yang beraksi di penginapan Gyesi dengan ciri memiliki kakiterluka. Ada hadiah uang bagi siapa pun yang berhasil menangkapnya. Jiyu tersenyum. Tidak akan ada yang bisa menangkap pria itu. 

Jiyu kembali berjalan sementara bibirnya masih tersungging seulas senyuman. Pria yang sedang dicari adalah dirinya yang menyamar. Orang-orang tidak akan menyadari hal itu. 

"Hei pembunuh, diam di sana!" Seseorang berteriak di balik punggungnya. Gadis itu berhenti sejenak, tetapi kemudian menghiraukan teriakan itu. 

"Kau, gadis dengan kerudung merah muda!" 

Kali ini Jiyu benar-benar berhenti. Langkah kaki seseorang mendekat dan berdiri tepat di hadapannya. Seorang pria bangsawan melipat tangan di dada sambil mengamatnya. Gadis itu mengeratkan pegangan pada kerudung yang menutupi sebagian wajahnya dan mengintip dengan sebelah mata. 

"Kenapa anda memanggil saya?" Jiyu berusaha bersikap sopan. Namun, pria bangsawan itu tiba-tiba menarik kerudungnya hingga terlepas dan jatuh di tanah. Rambut panjangnya menjadi berantakan. Sepasang mata heterokromnya terbuka lebar. 

"Ternyata benar, itu kau!" Tanpa aba-aba pria itu langsung menyeret Jiyu untuk mengikutinya. Gadis itu berusaha memberontak tetapi tenaga pria itu jauh lebih besar. Ditambah dengan kondisi kakinya yang kurang sehat. Dia hanya diam dan menurut. Apalagi mengetahui kalau pria itu adalah keluarga bangsawan dari klan Chae, klan pengendali angin. 

"Oh, Tuan Chae Heo, apa yang membawa anda kemari?" Seorang pria tua bertopi runcing menyambut pemuda kasar itu. 

Pemuda itu mendorong Jiyu hingga terjatuh ke lantai. "Aku membawakanmu pembunuh yang beraksi di penginapan keluargaku semalam!" ucapnya sembari memelototi Jiyu. 

"Apa?" Pria tua petugas keamanan itu terperangah. 

"Kau tidak dengar? Aku membawakanmu buronan. Sekarang beri aku 5000 Pen!"

Pria tua itu merasa bingung sementara Jiyu menahan tawanya. "Begini tuan ... Asal tuan tahu, pembunuh yang sedang kami cari adalah laki-laki dan orang yang anda bawa adalah perempuan."

Pemuda itu mengangguk seolah mengatakan begitu, ya. Namun, dia menarik Jiyu untuk bangkit dan menyibak roknya hingga memperlihatkan kaki ramping nan mulus milik gadis itu. Di pergelangan kaki sebelah kirinya terdapat balutan perban. 

Kemudian tangan Heo mengurut kaki Jiyu dan menggenggam pergelangan kakinya. Dia menarik kaki gadis itu mendekat, lalu melepas perbannya. Di balik perban itu terdapat sebuah luka sayatan yang belum sembuh . Pemuda itu menyeringai. Luka itu tampak tidak asing. 

"Kau lihat, tuan? Ini luka akibat seranganku. Kau juga tahu aku adalah saksi yang bertarung dengan si pembunuh, bukan? Sudah dapat dipastikan kalau gadis ini adalah si buronan!" Heo menggebu-gebu. Dia begitu bersemangat untuk menangkap Jiyu. 

"Dasar mesum!" Jiyu memukul kepala pemuda kurang ajar itu dan merapikan roknya kembali. "Aku terjatuh dari undakan! Paman, kau harus menangkap si mesum ini." 

"Si mesum?" Heo hampir meledak, tetapi hadiah 5000 pen kembali menyandarkannya. "Tuan, percayalah padaku. Aku saksi kejadian semalam. Pembunuh yang mendatangi penginapan kami memiliki mata yang berbeda warna seperti gadis ini. Aku sangat yakin dia pembunuhnya!"

Heo terus membuat keributan dan mengotot bahwa Jiyu adalah si pembunuh. Pada akhirnya, mereka diusir karena Heo menghamburkan seisi kantor dengan kekuatan anginnya. Gadis itu menyeringai menatap pemuda yang berteriak frustasi di depan kantor keamanan. 

"Kau! Aku yakin kau si pembunuh! Luka di kakimu itu karena kekuatanku. Berhentilah menipu dan mengaku sekarang!" Otot-ototnya sampai menonjol karena dia berteriak sepenuh tenaga. 

"Hentikan! Kau hanya akan kehilangan suaramu sebentar lagi." Jiyu menggeleng lalu melangkah meninggalkan pemuda keras kepala itu. 

Seperti yang dia duga, tidak akan ada yang percaya kalau si pembunuh adalah dirinya yang menyamar kecuali si pemuda keras kepala itu. Namun, Jiyu tidak perlu khawatir karena pemuda itu hanya akan dianggap gila walaupun mengungkapkan kebenarannya sekali pun.

Heo menahan lengan Jiyu. Gadis itu menoleh. Sepertinya pemuda itu tidak akan menyerah begitu saja. 

"Hei, lepas pakaianmu. Aku tahu kau sengaja menyamar menjadi gadis lemah lembut!" Pemuda kurang ajar itu menarik pita yang mengikat atasan Jiyu. Dia sedang mencoba untuk menelanjangi gadis itu. 

Mata Jiyu membulat. Dengan sekali sibak, pakaian dalamnya akan terlihat. Dia memegangi tangan Heo agar tidak melangkah terlalu jauh. Namun, pemuda itu tidak mau berhenti. 

"Hentikan! Paman! Pemuda ini mau memperkosaku!" Jiyu berteriak sembari mempertahankan atasannya. 

Segerombolan petugas keamanan keluar dan segera menahan Heo. Pemuda itu berteriak kesal sambil mengumpat. Sementara itu, Jiyu merapikan atasan dengan mengikat pitanya kembali, lalu melenggang pergi meninggalkan Heo yang diseret masuk ke dalam kantor keamanan. 

.
.
.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    Ceritanya keren. ku udah like and komen. tolong mampir ke ceritaku juga ya judulnya 'KATAMU' ://tinlit.com/story_info/3644 jangan lupa like. makasih :)

    Comment on chapter Bab 1 - Penginapan Gyesi
Similar Tags
Last Hour of Spring
1535      811     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.
Between Us
3210      1359     5     
Romance
Song Dami jelas bukanlah perempuan yang banyak bicara, suka tersenyum. Oke, mungkin iya, dulunya, tapi sekarang tidak. Entahlah, dia juga lupa alasan kenapa dia lebih banyak menyembunyikan emosinya dan memilih untuk melakukan apa yang disuruh padanya. Dan karna itu, Sangho, oppanya meminta dia untuk berhenti dari pekerjaannya yang sekarang karna Dami ternyata ditindas oleh sunbaenya. Siapa ya...
KATAK : The Legend of Frog
432      349     2     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
Maroon Ribbon
525      381     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
Cute Monster
675      388     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
ADIKKU YANG BERNAMA EVE, JADIKAN AKU SEBAGAI MATA KE DUAMU
422      311     2     
Fantasy
Anne dan Eve terlahir prematur, dia dikutuk oleh sepupu nya. sepupu Anne tidak suka Anne dan Eve menjadi putri dan penerus Kerajaan. Begitu juga paman dan bibinya. akankah Anne dan Eve bisa mengalahkan pengkhianat kerajaan? Siapa yang menikahi Anne dan Eve?
The Triple A (Remake)
4319      1463     5     
Mystery
Tim SMART telah kembali. Dengan misteri dan kasus yang baru. Lebih menantang! Lebih menegangkan! Bersiaplah untuk misteri yang akan menggugah pikiranmu!
Azzash
315      260     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
If Sarcasm is A Human Being
588      404     0     
Short Story
Apa yang terjadi jika sebuah kata sifat yang abstrak memiliki rupa dan karakteristik bak seorang manusia? Sar tidak memilih hidupnya seperti ini, tetapi ia hadir sebagai satu sifat buruk di dunia.
Love: Met That Star (석진에게 별이 찾았다)
1782      1036     2     
Romance
Kim Na Byul. Perempuan yang berpegang teguh pada kata-kata "Tidak akan pacaran ataupun menikah". Dirinya sudah terlanjur memantapkan hati kalau "cinta" itu hanya sebuah omong kosong belaka. Sudah cukup baginya melihat orang disekitarnya disakiti oleh urusan percintaan. Contohnya ayahnya sendiri yang sering main perempuan, membuat ibunya dan ayahnya berpisah saking depresinya. Belum lagi teman ...