Di suatu tempat yang penuh dengan kain sutra dan Permata, tinggallah suatu bangsa yang hidup dengan damai mereka menjalin cinta, keluarga dan mimpi dengan aman dan tenteram tanpa gangguan bangsa lain. Ya benar tanpa gangguan bangsa lain. Namun takdir berkata lain
hari itu hari yang tenteram. Dan mereka adalah bangsa lolip
    -Di sebuah wilayah yang luas di penuhi dengan pepohonan buah delima dengan lautan biru bening yang luas lagi manis.
“ Ahh.. segarnya..! “  teriak seorang wanita muda berambut pirang panjang bernama Lili
“ Setidaknya kamu bisa bersantai saat ini karena ini hari raya, mulai besok mungkin kamu harus bersemangat lagi buat bekerja”  sahut Reza seorang lelaki tampan dengan rambut putih tua bergaya kekinian. “ Haaa! Suamiku,maksudku bukan begitu hanya  saja air laut di sini rasanya semakin lama semakin manis. Membuatku ketagihan!”  sahut Lili menikmati air laut itu dengan sebuah cangkir.
                “ Bicara soal itu.. apa kamu tidak punya rasa khawatir akan semua ini? Tentang keindahan ini, dan anak-anak kita? Bukankah sudah lama kita merasa damai seperti ini? Semenjak pertama kali kita bertemu sewaktu kecil saat festival. Ucap Reza sambil menggadahkan matanya ke langit yang biru “ Hee?apa kau menceritakannya hari ini karena kau mau menyinggung festival bulan ini?”  tanya Lili menyindir  

Selang beberapa waktu kemudian.. perayaan festivalpun datang, para lolip bersenang-senang saat itu kedua anak Reza dan Lili yakni Martix dan adik perempuannya Mia. Sedang berlari-lari bersama Armin temannya di sekitaran pasar festival. Mereka tertawa bahagia.
“ Armin.. kamu mau ke mana?jangan berlari terlalu jauh”  teriak Martix membalikkan arah