"Ryan, tolong bawa motorku dulu. Boleh kamu pinjem atau kamu bawa pulang ke rumahku." Ujar Adrian sambil melempar kunci motornya pada Ryan sahabatnya.
"Emang lo mau kemana?" Tanya Ryan penasaran.
"Ada urusan," Ujar Adrian sambil berlari. Ia meninggalkan Ryan yang berdiri di tengah lapangan bingung.
Hari ini Adrian ingin mengikuti Melody pulang. Ia tahu ia jadi aneh gara-gara gadis itu. Tapi ia hanya merasa tidak suka diabaikan apalagi dengan gadis itu.
Adrian menoleh mencari keberadaan gadis itu di lautan siswa yang pulang. Tidak sulit untuk menemukan Melody. Karena hanya dia satu-satunya siswa yang berjalan dengan menunduk.
Adrian berjalan di belakang gadis itu. Ia melihat gadis itu bergerak menuju halte memasuki bis. Adrian juga mengikutinya ia duduk di belakang gadis itu. Setelah 15 menit perjalanan bis sepi hanya ada mereka berdua, Adrian menatap Melody yang nampak menatap kosong jendela. Kadang ia penasaran apa yang ada dipikiran gadis itu. Apa karena dirinya gadis itu menjadi pendiam seperti itu? Adrian merasa bersalah. Tapi Adrian selalu berpikir apa hanya karena itu gadis itu berubah pasti ada hal lain yang disembunyikan gadis itu. Adrian penasaran dan ingin tahu. Entah magnet apa yang membuat gadis itu menariknya.
Bis berhenti gadis itu juga ikut turun. Adrian tetap mengikutinya. Ia ingin tahu dimana rumah gadis itu. Ia berjalan di belakang Melody. Sepertinya Melody merasakan kehadirnyannya karena gadis itu berulang kali menoleh ke belakang. Untung saja Adrian mempunyai reflek yang bagus untuk bersembunyi.
Tiba-tiba di persimpangan jalan. Adrian melihat anak-anak kecil berusia 6-8 tahun menghadang Melody. Adrian mengamati itu bahkan mengikuti disaat anak-anak itu menarik Melody ke sebuah lapangan.
Pemandangan yang menakjubkan. Ini pertama kali Adrian melihat gadis itu tersenyum dan tertawa. Anak-anak tadi ternyata mengajak Melody untuk bermain. Mata Melody di tutup dengan kain, sedang anak-anak itu berlari minta di kejar. Adrian terkekeh melihat itu. Tanpa sadar ia mendekat. Ia ingin mengamati itu dari dekat.
Melody masih berlari mencari anak-anak kecil itu. "Kalian dimana?" Adrian terpaku mendengar suara itu. Ini pertama kali sejak peristiwa 3 tahun lalu gadis itu berbicara. Ternyata gadis itu hanya akan bicara disaat dia ingin.
"Aku akan menangkap kalian."
"Kejar-kejar."
"Jangan lari kencang-kencang nanti kalian jatuh." Melody berusaha mengingatkan, Adrian tersenyum samar. Padahal yang paling berpotensi jatuh adalah gadis itu. Karena gadis itu berlari dengan mata tertutup. Ternyata tebakannya tepat, gadis itu tersandung, Adrian dengan sigap menarik tangan gadis itu. Adrian merasa lega karena berhasil menyelamatkan gadis itu. Ia melepas genggamannya pada gadis itu. Anak-anak yang tadi berlari pada diam dan menggoda kak Melody.
"Cie Kak Melody.." Ucap Indra salah satu anak yang paling besar disana.
"Itu pacar kakak yah." Teman-temannya yang lain ikut menimpali.
"Terimakasih." Ucap Melody pipinya memanas dengan godaan .
"Sama-sama." Melody ingin membuka penutup matanya melihat orang yang menolongnya.
Tangan Adrian bergerak cepat menggenggam tangan Melody yang ingin membuka tutup matanya.
"Jangan." Cegah Adrian. Ia belum siap diusir Melody karena Melody pasti akan pergi jika tahu itu dirinya.
"Kalian main sendiri dulu yah. Kak Melody mau bicara sebentar." Anak-anak itu mendesah kecewa tapi mereka tidak berani membantah Melody.
Melody menurut sebagai gantinya ia menyuruh Adrian untuk duduk di tanah bersamanya. Awalnya Adrian enggan duduk di tanah lapangan itu. Namun entah sihir apa yang diberikan Melody membuatnya menurut.
"Jadi siapa namamu?"
"Ryan." Adrian menyebutkan nama kecilnya cepat.. Melody tersenyum mendengar itu, ini kali pertama ia berinteraksi dengan orang yang tak ia kenal.
"Melody. Namaku Melody." Adrian menerima uluran tangan Melody. Gadis itu terasa hangat saat ini dengan wajah ceria walau dengan mata tertutup.
"Kamu masih sekolah?"
"Iya." Melody seperti tidak senang mengucapkan itu. Adrian merasa gadis itu menyimpan sesuatu.
"Aku juga." Ujar Adrian.
"Kamu bermain dengan anak-anak kecil itu."
"Iya, mereka temanku." Adrian menggelengkan kepala. Seharusnya Melody bermain dengan anak seusianya bukan anak kecil yang terpaut jauh dengannya. Pantas saja gadis itu sulit bergaul.
"Kamu tidak punya teman sepantaran kamu?" Tanya Adrian hati-hati. Raut wajah Melody berubah menjadi sedih. Walau ditutup matanya Adrian menyadari itu karena senyum yang tadi ia lihat luntur entah kemana.
"Aku tidak punya teman." Tak ada nada kesedihan disana. Adrian tahu pasti gadis itu kesepian. Ia saja yang mempunyai teman banyak saja merasa kesepian apalagi Melody tapi gadis itu bertingkah seperti dia bisa hidup tanpa teman sekalipun.
"Bagaimana jika aku jadi temanmu?" Tawar Adrian cepat. Ia tahu Melody tidak ingin menceritakan apapun.
"Maksud kamu."
"Kita jadi teman rahasia. Setiap pulang sekolah kita akan bertemu disini, kita bermain bersama. Tapi dengan syarat kamu menutup matamu." Adrian tahu itu ide gila tapi ia harus mengenal Melody dengan cara apapun.
"Bagaimana hanya teman rahasia?"
"Jadi kau tidak akan tahu siapa aku. Dan aku tidak tahu tentangmu."
Awalnya Melody terlihat ragu, tapi akhirnya ia menyetujui itu. Karena ia merasa bertemu dengan orang yang tulus ingin berteman dengannya dan orang itu juga tidak akan mengkhianatinya karena mereka tidak akan saling mengenal satu sama lain. Apalagi matanya ditutup seperti ini, pasti Ryan tidak akan tahu seperti apa wajahnya dengan jelas.
Melody mengangguk pelan, Adrian menjerit senang. Hal itu membuat Melody tertawa. Tawa yang indah, Adrian terpesona dengan Tawa itu. Melody nampak cantik di bawah pantulan sinar matahari, rambut panjangnya berkilau dan tawanya yang berdesir dengan angin seperti alunan lagu terindah yang pernah Adrian dengar.
"Teman rahasia ya." Guman Adrian menyadari hal bodoh yang pertama kali ia lakukan hanya demi seorang Melody.
Baru baca Prolog Adrian udah marah? humh apa yang terjadi selanjutnya, aku perlu cari tau..
Comment on chapter Prologtulisanmu udah rapi, diksinya juga bagus.
kamu boleh kasih saran ke ceritaku, judulnya WHEN HE GONE. trims