Adrian mengamati Melody yang sedari tadi mencatat rumus logaritma yang ditulis Pak Ibrahim. Melody yang di hadapannya sekarang sangat berbeda dengan Melody yang dikenalnya kemarin sebagai teman Rahasia.
"Melo-" panggilannya terhenti dengan bunyi bel pengganti jam. Semua anak-anak berteriak senang karena akhirnya mata pelajaran Matematika selesai digantikan dengan Jam Olahraga.
Adrian mendesah baru saja ia ingin bicara. Tapi bel itu malah merendam suaranya. Anak-anak mulai sibuk mengambil baju olahraga di dalam tas untuk menggantinya. Sedang Adrian, ia yang memang sudah mendobel pakaian olahraganya tadi pagi ia membuka kancing seragamnya. Ia berbalik ingin melihat Melody.
Nampaknya gadis itu terkejut bahkan menutup matanya melihat Adrian yang ingin membuka bajunya. Adrian tersenyum miring melihat reaksi Melody.
"Buka matamu." Melody menggeleng enggan. Ia malu, ini kali pertama ia melihat seorang pria berganti baju di hadapannya.
"Buka" paksa Adrian ia menarik tangan Melody yang masih menutupi matanya. Ketika itu terlepas, mata Melody terpejam. Adrian tertawa dalam hati.
"Aku sudah selesai. Mau sampai kapan kau berada di situ. Kamu tidak ingin mengganti baju?" Melody membuka matanya takut-takut. Benar apa yang dikatakan Adrian pria itu telah memakai bajunya. Pipi Melody merona membayangkan hal yang tidak-tidak tadi.
Melody sambil menggenggam baju gantinya. Ia beranjak pergi dari kelas menuju ruang ganti. Jantungnya berdebar karena perlakuan Adrian tadi. Jujur ia masih takut berada di dekat Adrian. Tapi takdir seakan memaksa mereka mendekat.
****
Pak Andi menyuruh murid-muridnya untuk berbaris. Setelah itu ia memberikan arahan untuk membentuk barisan dua Banjar dengan mencari pasangan masing-masing 2 orang. Pak Andi ingin mengetes ketangkasan menangkap lemparan bola basket.
Semua murid sibuk mencari pasangan. Sedang Melody nampaknya ia hanya tertunduk. Tidak ada yang ingin mendekat ke arahnya. Adrian menggelengkan kepalanya, ada ya wanita seperti itu. Ia mendekat ke arah Melody.
Gadis itu nampak tidak menyadari ke hadirannya. Semua murid nampak sudah mengatur barisan. Melihat keterdiaman gadis itu yang malah seperti ingin menjauh membuat Adrian mengeram. Gadis itu apa anti sosial, apa ini semua karena ulahnya dulu waktu SMP? Adrian mengutuk sifat labilnya yang tidak bisa mengontrol manajemen kemarahannya.
Adrian menarik tangan Melody. Membawanya ke barisan, hal itu membuat Melody terkejut. Genggaman tangan itu terasa hangat di genggamannya. Mengingatkannya dengan pria kemarin yang menawarkan menjadi teman rahasianya. Banyak yang melihat itu dan bertanya-tanya, untuk apa Adrian menggenggam tangan Melody. Apakah mereka jadian? Dan juga banyak yang mencibir. Mengingat Melody adalah anak yang pendiam di kelas bahkan jarang berkomunikasi di kelas. Seolah-olah ia bisa hidup tanpa teman. Melody sosok gadis yang sombong yang dikenal oleh teman-teman sekelasnya.
Melody berusaha menarik genggaman itu. Tapi Adrian malah menggenggamnya erat.
"Kau pasanganku dalam pelajaran hari ini. Jangan buat aku malu." Adrian memposisikan Melody di samping Disa. Sedang Adrian berada di depannya dengan jarak 1,5 Meter. Adrian berdiri di sebelah Abi. Posisi mereka berada di paling ujung.
Adrian menghembuskan napas. Ia memegang bola basket. Ia bisa melihat Melody yang berdiri kaku di hadapannya. Bahkan gadis itu tidak mau mengangkat wajahnya. Kalau seperti itu bagaimana gadis itu bisa menangkap lemparannya.
"Melody."
"Angkat wajahmu." Teriak Adrian. Tapi gadis itu tak bergeming.
"Atau kamu akan merasakan sakitnya bola basket mengenai kepalamu." Adrian mengeram kesal dengan sikap Melody yang sepertinya keras kepala. Ia melempar bola basket itu tepat mengenai kepala Melody tapi dengan perlahan. Ternyata lemparan itu mengenai Melody. Hal itu menarik perhatian anak-anak bahkan yang murid yang menonton dari jendela kelas.
Gadis itu memegang kepalanya. Bahkan mengangkat kepalanya menatap Adrian. Disitu banyak sekali anak-anak yang menatapnya karena mereka jarang sekali melihat wajah Melody dengan jelas. Ada beberapa yang takjub dengan wajah Cantik Melody.
"Ambil bolanya!" Seru Adrian tanpa meminta maaf. Ia terkekeh, ia bisa melihat wajah kesal Melody tadi sekilas. Gadis itu berlari-lari mengambil bola yang mengenainya tadi.
"Lempar padaku!" Teriak Adrian.
Melody berdiri di posisi semula. Ia melempar bola basket itu ke arah Adrian. Dan berhasil Adrian tangkap.
"Jangan menunduk lagi. Sekarang kamu gantian tangkap lemparanku.". Adrian memberikan arahan. Ia merasa sedang bermain dengan anak kecil.
'HAP' Melody berhasil menangkapnya. Adrian tersenyum senang. Lalu mereka terus melakukan itu sampai Pak Andi menyuruh mereka berhenti. Tanpa Melody sadari ia begitu berkilau di hadapan teman-temannya. Karena Adrian tadi Melody menunjukan sosoknya di kelas yang biasanya ia hanya diam.
*****
Ryan menghentikan langkah Adrian yang ingin keluar kelas. Ryan adalah anak IPS 1, sahabat Adrian sejak SD. Sayang sekali mereka tidak bisa satu kelas. Karena memang Ryan itu sangat menyukai sejarah. Sedang Adrian ia dipaksa Orangtuanya untuk masuk IPA. Karena kalian tahu pandangan orangtua. Anak yang masuk kelas IPA adalah orang-orang jenius sebaliknya di IPS. Adrian kadang muak dengan omongkosong itu.
"Ada apa?"
"Hanya ingin memberikan ini," Ryan melemparkan kunci motor milik Adrian. Adrian mendesah berarti nanti ia tidak bisa mengikuti Melody dengan naik bis.
"Kok lesu begitu. Ada apa?" Tanya Ryan melihat raut wajah Adrian.
"Bukan masalah apa-apa."
"Thanks ya. Udah jagain motor gue."
"Pokoknya Lo harus teraktir gua sekarang." Paksa Ryan. Adrian langsung merangkul bahu Ryan membawa pria itu menuju kantin yang nampak ramai. Walau Adrian sebenarnya lebih suka mengikuti Melody. Tapi ia juga tidak boleh melupakan quality time bersama sahabatnya.
****
Motor yang dikendarai Adrian. Mengikuti bis yang membawa Melody. Adrian benar-benar merasa seperti penguntit. Tapi apa boleh buat, ia kemarin sudah berjanji pada Melody untuk menjadi teman rahasianya.
Mereka akan bermain nanti. Lagi pula rumahnya juga sepi. Tidak ada satu orangpun kecuali pembantunya. Bisa di bilang sejak mengenal gadis itu. Melody seperti sebuah lagu yang mengisi kesunyian di hatinya.
Bis itu berhenti di halte diikuti Melody. Gadis itu berjalan menuju arah rumahnya. Adrian memarkirkan motornya di salah satu minimarket terdekat disitu. Ia mulai aksinya untuk mengikuti Melody.
Gadis itu berjalan ke arah lapangan sekaligus taman bermain itu. Adrian mengintip dari celah. Ia melihat betapa lugunya gadis itu mengikat kepalanya dengan penutup mata. Tapi Adrian tidak menemukan anak-anak yang kemarin. Adrian menggeleng membuang itu, ia pikir itu bukanlah hal yang penting.
Adrian berjalan ke arah Melody yang sedang duduk di kursi. Sepertinya Melody menyadari kehadirannya.
"Kamu sudah datang?"
"Iya."
"Kamu nampak bahagia." Ujar Adrian melihat Melody yang tidak berhenti tersenyum.
"Akhirnya ada yang menganggap keberadaanku di kelas." Adrian menarik alisnya bingung.
"Namanya Adrian." Ujar Melody. Adrian menahan napas, ia merasa gugup baru kali ini ada orang yang akan membicarakan dirinya sendiri di hadapannya.
"Dia mau menjadi pasanganku olahraga tanpa aku memintanya, tapi...." Melody terputus ia tidak ingin melanjutkannya. Adrian bisa menebak jika gadis itu ingin mengatakan jika Adrian adalah pria yang pernah menorehkan trauma.
"Memang selama ini kamu tidak memiliki teman di kelas." Melody mengangguk.
"Aku takut berteman."
"Kenapa?" Gadis itu tampak diam.
"Aku takut mereka akan membenciku." Ujar Melody membuat Adrian tercengang. Tapi gadis itu tidak berminat melanjutkan ceritanya lagi. Gadis itu mengajaknya untuk bermain ayunan.
Adrian menuntun gadis itu ke arah Ayunan. Bahkan membantunya dan mengayun dengan pelan. Hatinya di penuhi rasa ingin tahu dengan gadis ini. Apa yang membuat gadis ini takut untuk bersosialisasi? Apa semua itu karena dirinya dulu?
Baru baca Prolog Adrian udah marah? humh apa yang terjadi selanjutnya, aku perlu cari tau..
Comment on chapter Prologtulisanmu udah rapi, diksinya juga bagus.
kamu boleh kasih saran ke ceritaku, judulnya WHEN HE GONE. trims