Read More >>"> TRISQIAR (16. JATI DIRI) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TRISQIAR
MENU
About Us  

 

16. JATI DIRI

Malam semakin gelap. Zayang masih duduk dengan tenang menunggu waktu yang tepat untuk membuka pintu seperti yang dia katakan. Alyea dan yang lainnya tidak mengerti yang dimaksud Zayang. Mereka hanya bisa menunggu dan mengikuti apa yang dikatakan oleh Zayang. Karena banyak dari ucapan Zayang yang mereka tidak mengerti dan masih harus dipelajari. Zayang menunggu waktu yang tepat untuk bisa membuka pintu agar tidak ada yang merasakan sihirnya ketika ia melakukannya. Sihirnya yang cukup kuat dan dikenal membuatnya mudah untuk ditemukan oleh Raja Qrisor yang sudah menandainya.

Zayang menunggu hewan berwarna kanan itu berkumpul  tepat diatas aliran sungai. Hal itu akan terjadi jika Zayang yang berdiri mengarah air terjun dan bulan itu berada tepat diatas pundaknya dan saat itu Zayang bisa membuka pintu. Zayang akan membawa Alyea dan yang lainnya kesebuah tempat persembunyian yang hanya diketahui olehnya dan beberapa orang, pastinya mereka semua adalah orang pelarian dari semua Kerajaan karena tidak ada kesepahaman dengan Kerajaan mereka, Kerajaan mereka telah hancur atau karena mereka takut diburu oleh Qrisor. Tempat ini adalah tempat satu-satunya yang akan dituju oleh mereka.

“Sepertinya waktu sudah tepat. Kalian mundurlah sedikit” Zayang berdiri tepat menghadap air terjun yang ada didepannya. “DAKLUT LIIA HAN PRUINHIBAN TAGANKA

Zayang besiap-siap untuk membuka pintu yang ia maksud. Dengan menggunakan mantra, Zayang memulai ritualnya. Warna matanya berubah menjadi abu pekat sama seperti ketika ia marah dan bertarung dengan Ratu Kressa. Sembari menunggu Zayang, Alyea dan yang lainnya memperhatikan keadaan sekitanya. dibenak mereka masih penasaran dengan dunia baru yang mereka pijak. Alyea merasa senang karena MEREKA yang ia lihat adalah manusia dan merupakan sebuah pertanda untuk mengingatkan siapa dirinya yang sebenarnya. Selama ini Alyea selalu dipandang aneh dan membuatnya takut akan pergaulan meski tidak menampik ia mengingkan seorang teman. Wilma masih sibuk dengan banyak warna yang ia lihat. Perubahan yang dilihat oleh matanya membuat perubahan pada sikapnya. Ia tidak mengerti dengan maksud dari warna yang ia lihat. Bahkan iapun tidak melihat hantu satupun yang sudah menjadi kebiasaannya. Meski begitu yang Wilma lihat hanya setitik warna pada jantung mereka. Wilma mulai mengira jika orang itu tidaklah kuat seperti Zayang dan Ratu yang hampir memenuhi seluruh tubuhnya.

Berbeda dari Alyea dan Wilma yang memang memiliki sesuatu yang special. Tami sangat mengetahui jika ia tidak banyak membantu, Tami hanya memperhatikan sekelilingnya yang mungkin saja bisa dijadikan sebuah petunjuk. Sedangkan dalam pikiran Harsa ia hanya bisa memikirkan sesuatu  yang memang ia inginkan dan tidak jauh dari kekuatan superhero yang kini ia bisa saksikan dengan matanya sendiri secara langsung tanpa dibatasi oleh kaca TV. Meskipun dalam hatinya merasakan rasa takut tapi tetap saja rasa takjub lebih mendominasi pikirannya sampai sat ini  Harsapun ingin melihat kekuatan apa saja yang ada didunia barunya ini.

Aliran sungai  ini kini telah  berubah  menjadi warna keemasan yang sangat indah. Para kanan itu  berkumpul memanjang mengikuti aliran dan bentuk  sungai, sungguh indah dan menenangkan seperti  lampu hias yang tertata rapi. Indahnya sangat indah seperti diKerajaan Kratian. Cahaya  yang  sangat terang ditengah kegelapan malam yang pekat. Wilma berjalan merngarah air terjun dan berdiri diatas batu. Ia tidak menyangka dengan semua yang ia lihat. Wilma bisa melihat dengan  jelas betapa curam dan tingginya air terjun tempat ia berdiri. Pemandangan yang ia lihat dari atas air terjun ini benar-benar menakjubkan. Api yang berkobar terlihat snagat kecil seperti titik. Tapi Wilma menyadari dan juga melihat warna lain selain api sedang bergerak bahkan ada yang bergerak dengan cepat secara berkelompok maupun seorang diri.  Wilma tidak menyangka banyak sekali warna yang ia lihat dari atas sini, tapi ia tidak mengetahui warna milik siapa itu dan apa itu.  Karena warna yang ia lihat tidak hanya berbentuk Manusia, melainkan hewan, tumbuhan ataupun yang sulit ia katakan.

“Dilihat dari sini dunia ini nampak kecil seperti mianiatur bukan? Bahkan telapak tanganku saja bisa menutupi gunung dan hutan" ucap Alyea yang datang menghampiri Wilma. “Semuanya Nampak indah diatas langit dan juga dibawah langit ini ketika malam hari tiba. Namun semuanya akan terungkap ketika siang hari”

“Apa maksudmu?”

“Aku sudah tidak terkejut lagi dengan semua yang kulihat didunia ini. aku sudah cukup merasakan ketika aku berada didunia kita. Aku merasakan semuanya. Karenanya aku dianggap sebagai orang gila. Tapi apa yang ku lihat sangat mennakutkan dari sebilah pedang tajam. Kau juga akan melihatnya nanti jika kita melewati daerah yang sedang kau lihat itu” ungkap Alyea yang mengejutkan Wilma.

Keindahan yang ditujukan oleh dunia malam memang sangat indah dan menenangkan. Yang terlihat semuanya adalah titik-titik cahaya yang berkelap-kelip seperti bintang kecil jauh diatas langit. Alyea menjelaskan semuanya yang ia lihat ketika ia berada didunia tempat tinggalnya. Tidak seperti sebelumnya, semua yang diceritakan Alyea akan lebih terasa jika melihatnya secara langsung, mereka bisa membayangkan seperti apa dunia yang sedang ia pijak, bahkan sebelumnya Wilma pernah melihat mayat yang hanyut di aliran sungai.

“Alyea warna apa saja yang bisa kau  lihat dari atas sini?” Tanya Wilma penasaran dengan semua yang dilihatnya. Wilma ingin memastikan jika hanya dia yang bisa melihat warna.

“Warna…” Alyea berpikir sejenak. “Aku hanya bisa melihat titik warna merah dan ku yakin sepertinya itu dari kobaran api.

“Apakah hutan dibawah ini juga milik Ratu Kressa” Tanya Wilma.

“Entahlah… tapi apa kau melihat itu” tunjuk Alyea pada sebuah tempat yang menyerupai istana.

“Iya… Kerajaaan apa itu” Tanya Wilma.

“Heyyyy…” teriak Tami. “Ayo cepat kemari”

Zayang telah  menyelesaikan ritualnya dan tiba-tiba hal yang tidak masuk akal kembali terjadi didepan mata mereka. dengan mantra Zayang mencoba membuka sebuah pintu namun mereka tidak menyangka pintu yang Zayang maksud bukanlah pintu biasa yang terbuat dari kayu melainkan pintu itu terbuat dari air yang berasal dari aliran yang mengarah ke air terjun. Zayang memandu mereka dan masuk melalui pintu. dalam sekejap dan tanpa latihan untuk pertama kalinya mereka bisa berjalan diatas air. Mereka semua terkejut dan merasakan aneh khususnya Harsa yang sangat senang bisa melakukan hal yang mustahil, ia sangat sumeringah dan henti-hentinya menginjak air berkali-kali.

Zayang dan yang lainnya sudah masuk kedalam pintu air itu, pintu air yang berdiri kembali mengalir mengikuti arus setelah mereka semua masuk kedalam pintu itu, didalam pintu itu lebih mirip seperti terowongan sebuah gua semuanya Nampak gelap dan tidak terlihat apapun. Terlalu gelapnya membuat mereka merasa sesak dan sulit untuk bernafas. Mereka berpegang tangan dan mengandalkan cahaya api yang dikeluarkan oleh tangan Zayang. Beberapa langkah mereka terus berjalan kedepan dan Zayangpun berhenti. Tiba-tiba api yang berasal dari tanggan Zayang berubah kembali. Api itu membesar dan menyilaukan mata mereka. Panasnya seakan membuat kami terbakar dan meleleh namun semua itu hanyalah salah satu cara untuk masuk kedalam sebuah tempat yang cukup mengejutkan dan membuat geleng-geleng kepala.

“Apa yang aku lihat ini sungguhan?” Tanya Harsa melotot.

Angguk Tami berkali-kali tidak percaya

“Tempat apa ini?” Tanya Alyea.

“Ini adalah Aspad” ujar Zayang.

Zayang membawa mereka kesebuah tempat yang bernama Aspad, tempat berrlindung mereka sementara dari segala bentuk musuh. Aspad merupakan tempat persembunyian yang dibuat oleh Zayang bersama seorang manusia yang kini telah tiada. Zayang tidak menyangka jika anggota dari Aspad semakin banyak saja sejak terakhir kali ia meninggalkan aspad. Kedatangan Zayang membuat para anggota itu berdiri dan tidak menyangka akan kedatangan seorang Zayang. tidak sedikit dari mereka juga memegang senjatanya. Zayang mungkin telah membuat Aspad puluhan tahun lalu tapi anggotanya hanyalah sedikit sekitar 30 orang termasuk Zayang. Bukan tanpa suatu alasan Zayang membuat aspad dan meninggalkan aspad. Zayang menyerahkan aspad kepada murid Triliesti setelah ia mendengar kabar tentang Kerajaannya yang sangat ramai memperbincangkan jika sepupunya Triliesti akan melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Liarnoc.

Zayang focus untuk menyelamatkan temannya yang ketika itu sedang mengandung seorang bayi. Zayang terus mewaspadai dan terus memperhatikan keadaan temannya dan puncaknya penyerangan itu terjadi sehari setelah Alyea dilahirkan. Karenanya tidak ada yang mengetahui jika Zayang adalah  pendiri dari Aspad. Banyak dari anggota Aspad bersembunyi dari Kerajaan Liarnoc dan kini Zayang justru muncul disaat rasa takut dan amarah mereka semua telah menggumpal dan menumpuk dalam hati para anggota aspad.

Alyea dan temannya hanya bisa menatap anggota aspad satu persatu. Merekapun tetap berdekatan dan terus berada dibelakang Zayang. Alyea tidak tahu jika penduduk  dari  dunia ini sangatlah bermacam-macam bahkan hewan yang berada didalam aspad tidak pernah mereka lihat sebelumnya didunia asalnya. Harsapun tidak sanggup untuk melihat mereka. mereka begitu menakutkan, berbadan besar, tinggi, jelek dan lain sebagainya. Alyea yang sebelumnya pernah melihat para penghuni dunianya tidak merasakan apapun dan bersikap biasa saja. Sedangkan ini merupakan satu kesempaan untuk Wilma membandingkan semua warna yang ia lihat diatas air terjun itu. mata Wilma terus bergerak dan memperhatikan satu persatu warna dan wajah mereka. khususnya pekaian yang mereka kenakan yang masih menggunakan baju dari Kerajaan masing-masing.

Salah seorang lelaki yang hanya menggukan bawahan yang terbuat dari tanaman dengan symbol Kerajaan, berambut panjang kusut mengeluarkan senjata dan berdiri tepat dihadapan Zayang. Pria itu bermaksud untuk melawan Zayang yang dianggap sebagai mata-mata oleh para anggota Aspad.

“Meskipun kau kuat. Kau tidak akan sanggup untuk  melawan kami semua” ucap pria itu menantang Zayang.

“Aku tidak ingin bertarung denganmu?” ujar Zayang dengan tenangnya.

“Apa kau kemari untuk melaporkan kepada Rajamu” bentak pria itu yang kini ditemani angotanya yang lain.

“Aku kesni tidak mempunnyai urusan dengan kalian. Aku kesini untuk bertemu dengan Narko “ ucap Zayang masih dengan tenangnya.

“Untuk apa kau menemui ketua kami. Apa kau bermaksud untuk menghasutnya untuk menyerahkan kami semua” pria itu semakin lantang.

Alyea dan temannya hanya bisa berdiam diri dan mematung melihat mereka.

“Aku bisa membunuh kalian dengan mudahnya jika aku mau” ujar Zayang yang mulai kehabisan kesabaran.

Lelaki itu tertawa sinis mendengar perkataan Zayang yang sombong. Pria itu dan yang lainnya mengangkat senjata. Dalam sekejap ruangan menjadi gelap, dinding berubah menjadi asap hitam dan api merahpun berubah menjadi hitam. Mereka semua ketakutan melihat kejadian yang sedang terjadi. Alyea dan temannya yang sudah melihat sebalumnya hanya diam tidak ikut campur, karena mereka tahu jika itu adalah kekuatan Zayang yang mereka takutkan justru jika Zayang bertarung.

“Apa yang sedang terjadi?” seorang pria kocar kacir keluar dari sebuah ruangan.

“Ketua...” seroang pria melirik Zayang dengan bola matanya.

“Zayang…” pria yang disebut ketua terkejut melihat Zayang yang sedang mengontrol kekuatannya.

Kedatangan pria itu membuat Zayang menormalkan kembali keadaan seperti semula.

“Dia datang pasti untuk menangkap kami semua” seru pria yang lainnya yang membuat seisi ruangan gaduh.

“Lawan dia…”

“Habisi dia…”

“Bunuh… bunuh…”

Semua orang berteriak dan menyerukan keinginannya untuk melenyapkan Zayang dari tempat itu. mereka semua ketakutan jika Zayang yang merupakan sahabat dari  istri Raja membawa mereka dan memusnahkannya. Zayang sekarang bisa memakluminya dan memahami mereka yang sedang diguncang oleh ketakutan yang disebarkan oleh Raja Qrisor.

“KALIAN SEMUA TENANG…” teriak ketua itu.

“Narko… sejak kapan Aspad ini memiliki anggota sebanyak ini” Tanya Zayang.

“Ketua … kita bunuh saja dia”

“Kalian tidak melihat apa yang telah dilakukannya tadi” teriak ketua itu. “Dia yang membuat tempat ini. nyawa kalian termasuk diriku berada didalam tangannya”

Ketua yang bernama narko itu terus bercuap menjelaskan kedatangan Zayang. Meski semua para anggota Aspad bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang Zayang bisa melakukan hal seperti ini. tidak hanya anggota Aspad, Tami yang melihat tingkah Zayang memang sering bertolak belakang dari ucapan para MEREKA, tindakan bahkan desas desus yang menyebar. Tami tidak mencurigai hal itu karena pikirnya itu hanya untuk melindungi Alyea, namun keberadaan tempat ini sulit menjelaskan siapa sosok Zayang sebenarnya.

“Sejak kapan kau tahu arti teman dan melindungi?” Tanya salah anggota aspad yang aneh mendengar penjelasan narko.

“Aku membangun tempat ini bukan untuk melindungi kalian, tapi aku hanya ingin melindugni apa yang ingin aku lindungi” ujar Zayang.

“Zayang. Mengapa baru sekarang kau datang. Dunia ini telah benar-benar kacau” ujar Narko tidak bisa lagi membendung kerisauanya.

Zayang melirik narko dan masuk kedalam ruangan khusus. Zayang meninggalkan mereka berempat bersama para anggota Aspad yang terlihat menakutkan. Wilma yang mulai terbiasa tidak memiliki rasa takut lagi kepada orang-orang yang berada didalam aspad. Wilma cukup mengetahui karakter mereka berdasarkan warna yang ia lihat dari tubuh mereka. Waktu seperti ini dijadikan oleh Wilma untuk bertanya-tanya mengenai identitas mereka yang memiliki warna daniapun sangat cepat beradaptasi. Meski sebagian dari anggota Aspad lebih baik menghindar dan tidak ingin berurusan dengan Zayang ataupun berhubungan dengan mereka.

“Mengapa Wilma sangat antusias sekali?” Tanya Tami.

“Bukankah Wilma selalu begitu” ujar Alyea.

“Siapa  kalian? Apa hubunganmu dengan Zayang” salah seorang anggota aspad yang lagi-lagi tidak menunjukkan wajahnya mendekati Alyea dan lainnya.

“Ka… ka… kami..” Harsa terbata-bata.

“Anak asuh Zayang” jawab Alyea cepat.

“Hey… apa yang kalian lakukan dihutan barat?” Tanya salah seorang memiliki kulit berwarna kuning.

“Hahh.. tahu darimana kau?” Tanya Tami tidak percaya.

“Aku bisa mencium bau hutan dari tubuh kalian. Aku Junov dari hutan selatan atau Kerajaan Eltaslen” ujarnya memperkenalkan diri.

“Seperti apa Kerajaan Eltaslen?” Tanya Tami sumeringah.

“Pastinya lebih indah dari hutan barat. Namun Kerajaannya tidak sebesar Kerajaan barat dan utara”

“APa yang membawamu kesini?” Tanya Alyea.

“Pastinya kami melarikan diri dari Kerajaan sendiri ataupun dari kejaran Raja Qrisor” ujarnya.

“Memangnya Raja Qrisor sungguh menakutkan?” Tanya Tami.

“Kalian tidak mengetahui apapun tentang Raja Qrisor”

“Tidak banyak”

“Raja Qrisor adalah Raja terbaik yang pernah ada didunia, orang pertama dari kalangan bawah yang bukan keturunan Raja namun bisa menjadi Raja dan merupakan Raja pertama dari yang bisa menyatukan semua Kerajaan dan mendapatkan kepercayaan. Hanya saja sebuah insiden membuatnya sangat menakutkan. Tidak hanya langkah kaki kami yang gemetar jika berpijak diatas Kerajaannya. Hewan biasa yang tidak berdosapun lebih baik menjauh dari Kerajaan itu”

“Lalu… apa hubungannya dengan pelarianmu dan Raja Qrisor?” Tanya Tami bingung.

“Setelah insiden yang menimpa Raja Qrisor banyak Kerajaan yang menggunakan momen itu untuk mengambil alih wilayah kekuasaan. Aku  berada dimedan peperangan namun setelah aku kembali adikku hilang dan menurut yang kudengar Kerajaan mengusir adikku karena ia memiliki kekuatan seperti penyihir, Kerajaan takut jika mereka akan diserang oleh Qrisor” ujar junov.

“Apa kau marah pada Raja Qrisor?” Tanya Alyea.

“Tidak hanya Raja Qrisor bahkan aku membenci kerajaanku sendiri yang selalu aku pertahankan dimedan peperangan”

Alyea sangat sedih dan prihatin mendengar kabar sang ayah yang selalu membuat masyarakat takut dan marah. Alyea merasa memiliki tanggung jawab untuk melakukan sesuatu pada ayahnya meski iapun masih bimbang akan kebenaran ayahnya dan dunianya, yang pasti Alyea ketahui jika dirinya memang benar mirip dengan Triliesti jika ia benar ibunya. Alyea hanya menatap dan mendengarkan setiap perkataan yang diucapkan oleh junov yang menceritakan semua yang telah dan sedang terjadi. Alyea tidak tahu harus berbuat apa jika ayahnya berada dihadapannya. Alyea merasa bebannya semakin berat saja, Alyea takut jika ia tidak bisa melakukan seperti yang diharapakan dan diucapkan oleh Zayang.

Mata Alyea terus berkeliling memperhatikan semua yang ada didalam aspad. Sama seperti halnnya didunia tempat tinggalnya didunia asalnyapun banyak sekali perbedaan yang mencolok dan pastinya Alyea tidak mengenal mereka satupun, bakan dipikiranpun terasa sulit untuk mendapatkan jawabanya.

“Siapa dia?” Tanya Alyea melihat seorang pria yang terus menelungkup disudut ruangan yang cukup besar.

“Entahlah… semenjak aku datang kesini tidak ada satupun orang yang mau berbicara dengannya bahkan ia pun terkesan menghindar setiap kali didekati” jawab junov.

Alyea menghampiri pria setengah baya yang ia maksud. Alyea sempat dilarang oleh junov namun ia tidak mendengarnya dan terus berjalan kearahnya. Alyea melihat pria itu seperti sedang kesakitan ia terus meringkuk dan menunduk seperti ada sesuatu yang mengganggunya. Ia terus menyelimuti tubuhnya dengan sebuah kain dan Terlihat wajahnya yang Nampak gelisah, padahal tidak ada satupun yang berada disampingnya. Alyea semakin heran dan kasihan kepada pria renta yang selalu sendiri itu.perlahan Alyea mendekati dan berbicara kepadanya namun ia tetap tidak mau melihat Alyea dan terus menunduk dan berharap Alyea menjauh darinya.

Entah apa yang menggangunya tapi Pria renta itu sepertinnya tidak ingin digangggu olehnya ataupun siapapun itu. namun dilihat dari pakaiannya dan simbolnya ia mengenakan pakaian dari hutan barat yaitu kerjaan Kratian.

“Ada apa denganmu? Apa yang telah dilakukan Ratu Kressa kepadamu sampai kau lari kesini?” Tanya Alyea pelan yang mengetahui betapa baiknya Ratu Kressa dan ia tidak mungkin menelantarkannya.

Pria itu diam sejenak dan membuka mulutnya namun tidak ada suara yang terdengar dari mulutnya.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Alyea melihat pria itu bereaksi berbeda dari sebelumnya.

“A… Apakah Ratu baik-baik saja?” ucapnya samar-samar.

“Iya, Ratu baik-baik saja?” jawab Alyea.

“Apa kau yakin? Bagaimana bisa kau bertemu dengannya? Apa kau berbuat sesuatu yang membuatnya marah?” Tanya pria itu yang masih mengingat kerjaannya yang sulit unntuk ditemukan.

“Tidak… Ratu Kressa menemukanku dan membawaku kekerajaannya, bahkan aku dilepaskan olehnya” ujar Alyea.

Pria tua itu lalu menangis setelah mendengar kabar dari Kerajaannya. Alyea yang melihat wajah tuanya ikut bersedih. Sangat berbeda dengan dunia barunya yang tinggal menikmati kehidupan dimasa tua, namun disini anak kecil bahkan orang tua yang tidak tahu kapan ajal akan menjemputnya pun harus menanggung rasa sakit seperti ini. Alyea ikut menangis karena kakek itu semakin tersedu-sedu. Tidak hanya itu sang kakek pun bertanya mengenai putri Leinna dan semua yang ada didalam Kerajaan yang sudah lama ia tinggalkan itu namun masih ia kenang. Kakek tua itu merasakan rindu terhadap tempat tinggalnya dan Ia bersyukur jika Kerajaannya dalam keadaan yang baik-baik saja.

“Kek, apa kau tidak apa-apa?” Tanya Alyea terisak.

“Aku ingin pulang” jawab kakek itu.

Kakek itu lalu berdiri dan tiba-tiba berubah sikap, "tidak… tidak… tidak.. aku tidak bisa pulang"

Kakek yang sedari tadi diam disudut ruangan itu menjadi pusat perhatian karena sikapnya yang tiba-tiba berubah dan berbeda dari yang dikatakan junov. Alyea yang melihatnya khawatir. Ia tidak melakukan apapun pada kakek itu namun entah mengapa kakek itu menjadi seperti ini.

“Apa yang telah kau lakukan Alyea?” Tanya Tami menghampiri Alyea yang juga gemetar.

Alyea hanya menggelenggkan kepala tidak tahu.

Kakek itu terus bersikap aneh, ia terus mengatakan pulang, tidak mungkin, tidak bisa, pengkhianat dan lain sebagainya. Alyea tidak mengerti dengan kakek itu padahal ia hanya menjelaskan tentang Kerajaan Kratian sesuai keinginannya namun ia tidak tahu jika akan berakibat seperti  ini. Alyea sudah nampak bahagia karena bisa berbagi cerita dengan sang kakek namun kini ia takut setelah melihat tingkah sang kakek yang aneh itu. kegaduhan pun tidak bisa dihindari, kakek itu yang terus menerus berputar-putar memegang kepalanya dan terus mengucapkan kata-kata menjadi pusat perhatian yang membuat semua anggota aspad mengarah kepadanya.

“Kau… bukankah itu lambang Kerajaan hutan barat” ujar salah seorang anggota Aspad terkejut melihat simbol Kerajaan.

“Ya kau benar. Tapi lihatlah gelang yang ia kenakan itu bukankah gelang pembawa pesan” anggota Aspad yang lain tidak kalah terkejut dan membuat keadaan semakin ricuh.

Semua orang terkejut melihat kakek tua yang biasanya selalu diam saja dipojokan. kini ia menunjukkan siapa dirinya. Semua orang akhirnnya mengetahui siapa diri si kakek tua itu. Sang kakek itu mengenakan sesuatu yang membuatnya diketahui banyak orang. Semua orang terkejut dan mengatakan "pembawa pesan" yang sampai sekarang entah kemana bahkan tidak ada yang mengetahui kemana mereka. Mereka semua telah hilang tanpa jejak dan kabar.

Para anggota aspad saling pandang karena mereka tidak percaya ada satu orang pembawa pesan yang masih hidup. Melihat pandangan semua orang Alyeapun berpikir mungkin karena hal ini yang membuat sang kakek tidak berani kembali kerumahnya. Sang kakekpun kembali meringkuk dipojokan menekan tubuhnya dengan erat. Alyea tidak mengerti apa maksud dari pembawa pesan dan mengapa sang kakek begitu ketakutan.

Anggota Aspad terus memperhatikan sang kakek dan menyebut-nyebut sebuah gelang yang dikenakan sang kakek. Alyeapun ingin mengetahui gelang istimewa yang mereka maksud. Alyea tidak mengerti dengan anggota Aspad Gelang itu hanyalah gelang biasa dan tidak terlihat seperti sesuatu yang menakjubkan. Sang kakek itupun tidak menghiraukan mereka namun Kakek itu terus menangis dan menundukkan kepala. Langkah kakinya mondar mandir, Meremas kepalanya dengan kuat, raut wajahnya terlihat sangat khawatir dan ketakutan bahkan iapun terus mengeluarkan air matanya.

Anggota Aspad terus mendesak kakek itu untuk berbicara dan memberitahu kebenarannya. Bahkan sang kakek dituduh sebagai pembunuh. Mereka semua menyuarakan kekesalan pada sang kakek yang benar-benar ketakutan. Alyea menjadi bersalah karenaya sang kakek berubah dan karenanya semua yang ada didalam aspad menuduh sang kakek melakukan pembunuhan. Melihat wajah sang kakek Alyea yakin kakek itu bukan pembunuh. Sang kakek pun dihunuskan senjata tepat dekat Alyea dan dipaksa untuk menceritakan kejadian sebenarnya. Karena kejadian itulah yang menyebabkan semua Kerajaan bermusuhan dan kembali berperang.

Banyak dari mereka yang melarikan diri setelah Kerajaan mereka hancur. Kehilangan anggota Keluarga dan kehilangan semua yang telah mereka miliki. Namun Alyea yakin jika sang kakekpun tidak ingin hal itu terjadi.  Melihat sang kakek tidak ada rasa puas telah memenangkan pertarungan tapi justru sebaliknya ia lebih ketakutan. Alyea yang merupakan pendatang baru dan seorang anak kecil di suruh diam dan tidak perlu ikut campur urusan mereka.  Tapi Alyea menentang untuk mengikuti apa yang nereka inginkan.

Alyea tetap berdiri menelantangkan tangannya berada didepan sang kakek untuk melindunginya. Desakan dan pertanyaan dari mereka membuat sang kakek terus ketakutan, berteriak-teriak dan menelungkup. Alyea merasa bertanggung jawab dan ia mencoba menenangkan sang kakek dan menenangkan keadaan yang mulai gaduh. Wilma, Tami dan Harsa berada didekat Alyea berjaga-jaga meski tahu jika mereka semua bukanlah tandingannya.

"Hey kakek tua apa yang telah kau lakukan?" ucapan mereka semakin memojokkan sang kakek.

Tidak hanya itu bahkan ada anggota yang menyerangnya dengan sebuah pisau yang dilesatkan. Alyea yang melihatnya merasa kesal karena tindakan mereka yang menyerang sang kakek lemah bahkan ia tidak akan mungkin sanggup untuk mengangkat sebuah pedang. Alyea tidak terima dengan tindakan mereka. Sikap Alyea untuk melindungi sang kakek membuat seisi ruangan itu terdiam begitupun dengan temannya.

"Kalian boleh saja marah kepada kakek itu tapi apa kalian tidak melihatnya jika ia tidak sanggup untuk mengangkat senjata.  Untuk mengendalikan dirinya saja ia tidak sanggup" teriak Alyea kencang.

Melihat yang dilakukan Alyea anggota yang lainnya mencoba untuk menyerangnya dan melesatkan pedang.

"Apa kalian ingin aku mengembalikan senjata ini?" Alyea melotot dengan penuh kekesalan memperhatikan para anggota aspad yang ada didepannya.

"Alyea... " desah Tami yang tidak percaya melihat kekuatan temannya.

"Bagaimana bisa...? Disinikan tidak ada MEREKA yang melindunginya" ujar Harsa kaget.

Alyea akhirnya menunjukkan wujud aslinya. Bahkan temannya dibuat terperangah karena aksi temannya yang mendadak mengejutkan. senjata yang ditujukan untuk Alyea melayang diam tidak bergerak didepan Alyea seakan-akan ada dinding penghalang yang melindunginya persis seperti Alyea di tempat tinggalnya. Alyea menainkan senjata yang diarahkan kepadanya. Senjata itupun berbalik mengikuti perintah  Alyea dan siap menembakkannya jika Alyea inginkan.

Alyea benar-benar menikmati permainanya dan mengolok-olok orang yang telah melemparkan senjata kepadanya. Semua orang bertanya-tanya kembali identitas Alyea termasuk teman-temannya yang juga ikut dipertanyakan. Dan dipastikan tidak ada yang memiliki kekuatan special kecuali dari kaum atau keturunan penyihir.

"Ada apa ini?" ujar narko keluar mendengar keributan disusul Zayang.

Narko dan Zayangpun ikut terkejut melihat Alyea yang bisa menggunakan kekuatan yang cukup hebat. Zayang kini benar-benar percaya jika Alyea memang bisa menggunakan sihir meski ia tidak pernah melakukan latihan sama sekali bersama diirinya. Zayang mencoba menghentikan Alyea yang mulai menikmati kekuatannya.

Narko tidak tahu jika ada penyihir yang bisa menggunakan kekuatan seperti itu. Kekuatan itu cukup hebat untuk dilakukan oleh seorang anak yang terbilang masih muda. Ia pun mengetahui dengan pasti siapa saja kesepuluh jari Raja. Namun narko yakin tidak ada yang memiliki kekuatan seperti itu bahkan dari 2 Kerajaan penyihir lainnya.

"Zayang siapa sebenarnya yang kau bawa?" Narko curiga.

"Dia anak asuhku" Ujar Zayang yang mencoba merahasiakan Alyea.

"Kau yakin? Kau selalu saja menganggapku anak kecil" tanya narko yang merasakan sesuatu yang berbeda dari tubuh Alyea.

"Jadi kau juga tahu"

Angguk narko.

Narko bukanlah penyihir biasa yang mudah di bohongi. Narko juga merasakan sesuatu dari Alyea dan itu bahkan tidak asing baginya ataupun untuk semua penyihir. Narko merasakan kegelapan milik Raja Qrisor dan milik gurunya meski samar-samar. Tapi hal itu tidak akan pernah BIsa terlupakan khususnya bagi kaum penyihir.

Kecurigaan narkopun terbukti.  Alyea mulai mengeluarkan kabut hitam disekitaran tubuhnya. Kabut yang hanya dimiliki oleh Rajanya. Narko terkejut dan waspada. Segera mungkin narko menyuruh Zayang untuk melakukan sesuatu untuk meredam amarah Alyea sebelum dirasakan oleh Raja.

Zayang sesegera mungkin melakukan tindakan untuk mencegah Alyea. Alyea memutar-mutar dan menaik turunkan senjata mempermainkannya seperti mainan untuk ditujukan kepada sang pemilik senjata yang melemparkan ke arahnya. Zayang tidak henti-hentinya menasehati Alyea agar tidak bertindak gegabah.  Namun Alyea tetap melakukan apa yang ingin dilakukannya. Zayang tidak ingin menggunakan kekuatannya untuk melawan Alyea. Tatapan Alyea sudah mantap untuk membidik senjata. Tanpa mendengarkan Zayang dan temannya yang mengkhawatirkannya Alyea melesatkan senjata yang telah dikuasai olehnya dan langsung menembakannya.

"ALYEAAAAAA.... " teriak Zayang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags