Read More >>"> TRISQIAR (17. SOSOK) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TRISQIAR
MENU
About Us  

17. SOSOK

Seketika ruangan mendadak hening. Teman-temannya tertunduk lemah, namun Alyea merasa apa yang telah dilakukan adalah benar, ia hanya ingin melindungi sang kakek dari hujatan orang-orang meski ia tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Karena ulah Alyea Semua orang terkejut, khususnya temannya yang tidak percaya dengan kelakuan Alyea yang ingin membunuh mereka. Alyea memang kesal karena ulah mereka yang main hukum sendiri terhadap sang kakek renta tanpa penjelasan. Alyea melesatkan senjata itu Dengan penuh amarah namun ia tidak ingin melukai siapapun. Alyea dengan sengaja membelokkan senjata itu yang kini menancap di dinding. Temannya merasa lega karena Alyea tidak melakukan hal yang menakutkan seperti dunia ini.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa yang kalian lakukan?" teriak narko pada anggotanya.

"Kakek itu adalah pembawa pesan" ujar salah seorang anggota aspad.

"Apa?" Narko juga ikut terkejut mendengar ucapannya.

"Apa maksudnya pembawa pesan?" tanya Zayang penasaran.

"Pembawa pesan adalah utusan yang diutus langsung oleh Raja mereka. semenjak Qrisor mengalahkan Raja semua Kerajaan sangat berterima kasih kepada Raja Qrisor namun setelah mereka mendengar Raja Qrisor akan menikah dengan Triliesti. Mereka semua mengecam dan tidak menerima hal itu. karenanya mereka membawa petisi untuk melawan Raja Qrisor, namun entah bagaimana mereka semua hilang dan tidak ada kabar” jelas narko.

"Jadi kabar yang kudengar mengenai hal itu benar.  Tapi kau yakin dia pembawa pesan" tanya Zayang.

"Gelang yang mereka kenakan tidak akan mungkin bisa dilepas oleh siapapun termasuk dirinya sendiri karena gelang itu adalah amanat dari Kerajaan masing-nasing. Karena gelang itu memiliki darah sang penguasa”

"Pantas saja dia melarikan diri ketenpat ini.  Tidak akan ada yang mengetahui jika dirinya hidup" ujar Zayang.

"memangnya kenapa dengan tempat ini?" tanya Wilma.

"Tempat ini ku buat bukan hanya untuk sekedar persembunyian tapi untuk menetralisir sihir dari luar ataupun dalam" ujar Zayang.

"Gelang itu menggunakan sihir juga"

"Mereka pasti menggunakan sihir untuk memasang gelang itu. Jika hanya penguasa yang bisa melepasnya"

“Tapi mengapa kau ketakutan ketika Alyea meggunakan kekuatannya?” Tanya Tami heran jika tempat yang ia pijak bisa menetralisir sihir.

“Sihir miliknya sama dengan ayahnya, aku yakin dia sudah bisa merasakan hal itu”

Zayang tidak percaya jika kabar yang ia dengar dari angin itu memang benar adanya. Melihat sang kakek yang ketakutan namun merindukan rumahnya membuktikan Kalah atau pun menang kaum penyihir tetap saja memiliki musuh yang ingin membasminya. Dan kini semua itu telah terlambat, penyihir yang ingin berubahpun rasanya tidak mungkin karena semua yang telah melekat pada kepala semua orang tentang penyihir tidak ada yang baik. Zayang kini mengerti mengapa Rajanya bisa memiliki kekuatan sebesar itu. Kebencian karena kehilangan orang yang paling disayang ditambah lagi dengan perlakuan kaum penyihir gelap dari dulu hingga saat ini yang masih banyak ditakuti oleh para penduduk dan dijauhi oleh semua kaum. Dan karena Kejadian yang menimpa teman baiknya membuat Zayang enggan kembali  kedunianya demi melindungi sumpahnya dan kini ia tidak tahu banyak tentang semua kejadian ataupun kabar dari dunia asalnya.

Alyea membantu sang kakek untuk berdiri dan duduk dengan tenang. Dengan pelan sang kakek yang masih ketakutan menerima sikap baik Alyea. Sang kakek duduk di tengah tatapan semua orang yang penasaran akan scerita hidupnya yang lolos dari kematian yang cukup aneh dan tragis. Pertanyaan demi pertanyaan terus di lontarkan kepada sang kakek secara bertubi-tubi.

"Kakek... Kau tidak perlu takut ada kami disini yang akan melindungimu" ujar Wilma menenangkan snag kakek.

"A... A... Aku tidak takut mati sama sekali. Bahkan jika mereka menbunuhku itu tidak masalah bagiku" ucap kakek itu mengejutkan.

"Lalu... Mengapa kau selalu bersembunyi dibalik jubahmu?" tanya Alyea tidak mengerti.

"aku takut karena hanya aku yang selamat"

“Kakek kau tidak bersyukur sama sekali diberi kehidupan" Ujar Harsa.

"Bukan karena itu. Aku merasa bersalah karna hanya aku yang selamat dari kejadian itu.  Aku tidak sanggup dan tidak pernah bisa melupakan kejadian itu" Sang kakek menitikkan air matanya kembali

"Lalu bagaimana bisa hanya kau yang selamat dari kejadian itu" Tanya Tami..

“Tami…” Wilma melotot.

"Aku tidak tahu pasti, kejadian yang kuingat hanyalah aku pergi bersama seorang temanku yang mengenakan gelang yang sama dan beberapa prajurit. Dari hutan barat aku pergi menuju tempat pertemuan melalui hutan utara.  Tidak sengaja aku melihat rusa hijau kakinya sedang terjebak diantara pepohonan yang tumbang. Karena aku ingin menolong rusa itu aku menyuruh temanku pergi mendahuluiku. Namun disaat aku kembali semuanya tinggal senjata dan pakaian mereka saja. Bahkan tulang belulangpun tidak ada. Aku ketakutan. Aku tidak berani kembali dan aku pergi mencari tempat persembunyian sampai aku bisa... Aku bisa... Membalas dendam padanya" Sang kakek itu menusuk Zayang dan membuat semua orang terkejut. "Tidak ada orang yang bisa melakukan hal itu kecuali kau para penyihir gelap.

Kakek itu menari-nari kegirangan. Berteriak-teriak dan tersenyum. Kakek itu berhasil menusuk Zayang yang lengah dan tidak menyangka akan ditusuk.  Selama ini tidak ada yang berani melawan Zayang secara terangan-terangan. Bahkan mendekatipun tidak ada yang mau.  Selama perjalanan ya bersama Zayang.  Baru kali Alyea dibuat terperangah oleh aksi seseorang yang biasa berani melawan Zayang. Beberapa orang ada yang senang melihat aksi sang kakek yang bisa melukai penyihir gelap.  Namun diwaktu yang bersamaan tempat perlindungan yang dibuat Zayang pun perlahan menghilang. Sihir yang digunakan mulai memudar dan membuat tempat kembali pada keadaan semula. Tempat yang cukup megah karena sihir didalamnya dalam sekejap tempat ini berubah menjadi sebuah gubug yang mirip dipinggiran sungai.

Semua anggota Aspad kocar kacir menyelamatkan diri, beberapa diantara mereka bisa merasakan jika pasukan Qrisor dalam jumlah besar keluar dari kerjaan Liarnoc. Dalam sejarah, ini adalah kali kedua Kerajaan Liarnoc mengerahkan pasukan setelah pernyerangan Reamaivi. Raja Qrisor yang memiliki sihir terkuat pasti merasakan hawa dari keberadaan Zayang yang telah bertahun-tahun menghilang dari dunianya. Kini Raja Qrisor tidak tanggung-tanggung mengerahkan pasukannya hanya untuk melawan Zayang dan dipastikan beberapa anggota aspad yang memiliki sihir akan ditangkap. Semua sihir jenis apaun tidak akan bisa berkutik jika dihadapan Raja arisor. Zayang kini menyadari jika kini keselamatannya terancam dan yang lebih ia khawatirkan bukanlah dirinya melainkan Alyea yang ingin dijaganya demi mencari sahabatnya yang mungkin bisa menolong dan mengembalikan Rajanya.

Tidak hanya para anggota aspad, Wilma dan Tami yang tidak mengetahui apapun ikut kocar kacir karena kebingungan melihat semua orang yang berteriak untuk cepat berlari dan bersembunyi namun mereka tidak mengetahui entah berlari dari siapa. Berbeda dengan Harsa yang hanya berdiri terdiam melihat bangunan megah nan klasik berubah sedikit demi sedikit menjadi sebuah kayu usang yang sudah berayap dan hampir runtuh. Bahkan sang kakek pun terus menari-nari tidak peduli dengan kegaduhan yang sedang terjadi. Zayang tidak bisa berbuat apapun ia  hanya bisa menahan rasa sakit dari tusukan yang kakek itu lakukan. Narko mencoba memapah Zayang dan membawa Alyea berserta teman-temannya pergi kesuatu tempat sebelum sang Raja menemukan dirinya. Alyea hanya bisa mengikuti narko dan Zayang. Namun insiden penusukan itu terjadi membuat Alyea terdiam sejenak dan merasakan sesuatu yang tidak asing baginya namun ia tidak bisa mengingatnya.

“Alyea apa yang sedang kau lakukan? Ayo cepat!” ujar Tami yang sudah berada didepannya.

“Tapi ada apa ini sebenarnya. Mengapa kita semua berhamburan?” Tanya Harsa.

“Kau melihat bangunan itu berubah setelah Zayang terluka?” kesal narko karena harus menjelaskan dalam keadaan yang genting.

“Sudahlah kalian ikut saja” ucap Wilma.

Merekapun mengikuti narko dengan tergesa-gesa. Narko berhenti tepat disebuah tanaman berdaun ungu yang cukup banyak dan lebat. Narko berjalan kearah tanaman itu lagi-lagi hal diluar dugaan kembali terjadi, narko dan Zayang menghilang tanpa ada bekas sama sekali.

“Apa yang terjadi?” tanya Tami

“Ayo kita ikuti saja” semangat Harsa.

Alyea berjalan masuk kedalam tanaman ungu sama seperti yang dilakukan oleh narko. Sama seperti halnya narko Alyea juga menghilang, disusul Wilma, Tami lalu Harsa. Mereka berempat hilang dalam tanaman berwarna ungu. Alyea tidak menyangka jika tanaman ungu itu bukan tumbuh dari dalam tanah melainkan melayang diudara menutupi sebuah lobang yang cukup besar. Mereka berteriak sekencang-kencang jatuh kedalam lobang besar yang tidak terlihat dasarnya. Teriakan mereka seakan memekakkan telinga narko yang turun dengan melayang dan perlahan. Harsa terus melihat kearah bawah dan kearah narko yang dengan santainya turun tanpa membantu mereka yang sedang ketakutan akan kematian yang sudah jelas didepan mata mereka.

Jurang yang berdiamater puluhan meter itu dengan kedalaman yang entah berapa kilometre sangatlah gelap dan cukup menegangkan. Mereka berempat terus berteriak sekencang-kencangnya tanpa hentinya. Narko yang turun dengan perlahan  hanya mengerinyitkan wajahnya tidak karuan karena melihat tingkah anak-anak  yang dibawa oleh Zayang entah darimana. Setelah beberapa detik  mereka berteriak, mereka terjatuh dengan berbagai cara. Akhirnya mereka tiba ditempat yang lebih klasik berkali-kali lipat.  Mereka akhirnya sampai disebuah tempat yang lebih mirip dengan sebuah gua. Namun didalam gua ini lengkap terdapat banyak benda dan dipastikan itu semua terbuat dari  material  yang terdapat dalam gua ini batu yang berbentuk kursi, tempat tidur dan yang lainnya.mirip seperti zaman prasejarah.

“Tempat apa lagi  ini?” Tanya Harsa.

“Aku lelah menjawab semua pertanyaanmu?” ujar narko.

Aarggghhh… teriak Tami.

Semua menoleh kearah Tami yang berteriak ketakutan. Alyeapun ikut terkejut melihat tanah yang berubah menjadi sesosok manusia dan berjalan kearah mereka perlahan tubuh manusia tanah itu seolah-olah mengenakan gaun lengkap dengan hiasan yang ada dikepalanya dan dilehernya. Tapi symbol yang ada dikepanya menandakan jika dirinya berasal dari Kerajaan Walgon sama seperti Zayang dan juga narko. Ia tepat dihadapan mereka semua, manusia tanah itu berubah menjadi seorang wanita cantik jelita dan Harsapun tidak sanggup memalingkan wajahnya darinya. Ia focus berdiri dihadapannya tanpa mengedipkan matanya. Tami yang melihatnya langsung memukul kepalanya.

“Dasar mesum” ujar Tami kesal.

“Apa yang kau katakan? Apa itu mesum?” ujar Harsa megelus rambutnya.

“Kalian tidak akan bisa berlari. Tanah ini semakin gemetar. Tidak akan ada yang bisa menghentikannya jika kau ingin laripun hal itu sudah terlambat, mereka akan melakukan apapun untuk memenuhi  tugasnya” ujar wanita itu.

“Kau bisa menolong Zayang?” Tanya Alyea khawatir.

“Apa maksudmu? Hanya dia satu-satunya orang yang bisa menyembuhkan dirinya sendiri”

“Bagaimana bisa?” heran Harsa.

“Dia bisa kembali kewaktu sebelum terjadi insiden penusukan”

“Keren…”takjub Harsa.

“Ternyata sunguh berat sekali hidup kalian didunia yang cukup aman. Namun sayangnya kalian itu lemah namun sok berlaga kuat” ujar wanita itu kecut.

Narko membawa Zayang duduk untuk memulihkan kekuatannya dan menyembuhkan lukanya. Sementara itu Alyea dan yang lainnya masih asyik berbincang dengan orang yang ada dihadapannya kini yang serba tahu mengenai mereka dan dunia mereka.

“Covinna… bagaimana dengan keadaan diluar sana?” Tanya narko khawatir.

“Percuma saja, untuk sekarang ini kau tidak bisa keluar dari sini, semua pasukan Raja Qrisor sudah mengepung tempat ini. kedatangan Zayang membuat Raja Qrisorpun turun tangan” ujar penyihir yang bernama covinna.

“Apa, Raja Qrisor turun tangan?” narko terkejut karena ketakutan.

“Aku paling tidak suka kedatangan tamu ataupun bertemu orang-orang. Itu sangat merepotkan”

Covinna merasa tidak senang melihat kedatangan Alyea dan yang lainnya. Covinna juga merupakan penyihir Molan yang pergi setelah sang Raja dikalahkan oleh Qrisor. Keahlian covinna adalah bisa menyatu dengan tanah dan merubahnya. Covinna juga lebih menyukai tempat yang gelap dan paling tidak suka kedatangan tamu. Ia lebih menyukai hidup seorang diri. Karena baginya lebih mudah untuk bersiap siaga jika ia hanya seorang diri tanpa harus melindungi seseorang.

Alyea yang mendengar percakapan mereka terkejut namun ia juga merasakan perasaan yang lain. untuk pertama kalinya akhirnya Alyea akan bertemu dengan ayah yang sesungguhnya. Ayah  yang tidak pernah ia kenal, lihat dan ia sentuh. Alyea mengepalkan tanganya dan mendekatkan kedadanya. Dalam hatinya Ia juga khawatir karena ia takut ayahnya yang tidak mengenalinya justru menyerangnya. Tami yang melihat Alyea gelisah mendekatinya dan menggenggam tanganya untuk menenangkannya. Tami berharap mereka bisa hadapi bersama-sama apapun yang terjadi.

“Aku mau tanya… sebenarnya apa itu sue, lebaay dan gokil. Semenjak kedatangan kalian kesini. Kata-kata itu tidak bisa aku cerna sama sekali” ujar narko yang sedari tadi kesal justru menanyakan hal yang membuat wajah mereka keriput seketika tidak kuasa menahan tawa.

“Aku tidak tahu ternyata kau masih memiliki rasa humor dalam keadaan seperti ini?” Tami tertawa.

“itulah dia jika mneyatu dengan sihirnya. dia tidak bisa tenang dengan sesuatu yang tidak ia ketahui?” ujar covinna yang juga menyiyirkan bibirnya dengan sikap narko. “Kalian lebih baik bersiap-siap,Raja Qrisor sudah berada diatas tanah ini.

"Apa...?"

"Tidak.... Raja Qrisor ada dihadapan kita”

Mereka semua menoleh kearah pintu masuk  yang ada dibelakang mereka. Alyea dan lainnya terkejut melihat Raja Qrisor yang terbang dengan mata yang hitam pekat. Alyea yang melihat ayahnya juga memelototkan matanya. Mata Alyeapun memercikan warna keemasan yang belum sempurna, tapi kini akhirnya ia bisa melihat dengan jelas wujud ayahnya yang sebenarnya. Wajah yang tidak berubah dan menua masih sama persis dengan lukisan yang ia lihat di gubug tua.

Narko dan covinna langsung bersiap mengeluarkan kekuatan mereka. ia memunculkan matanya yang sama persis dengan Zayang, warna abu-abu yang menandakan mereka bersiap untuk menyerang.

“Kau kesini untuk mencariku, biarkan mereka pergi” ujar Zayang dengan penampilan baru.

“Sudah lama kita tidak bertemu?” ujar Raja Qrisor dengan senyum yang terlihat menakutkan. “Sejak kapan kalian berteman dengan manusia. Oh iya sejak aku menikahi Triliesti dan saat itu juga kalian memanfaatkanku untuk mengambil kekuatanku. Kalian hanyalah penyihir hitam yang ditakuti dan sangat melegenda. Sebenarnya kalian lebih lemah dari manusia biasa. sama seperti kaum kalian yang tidak bisa melakukan apapun setelah kekuatan mereka menghilang, bahkan untuk berdiri menopang tubuh kalian saja tidak bisa. Apa karena Kalian hanya mengandalkan kekuatan” ujar Raja Qrisor panjang lebar.

“Aku tidak peduli  apa yang kau katakan” ujar Zayang.

“kau tidak  perlu berkata seperti itu. aku tahu hal itu, bahkan penyihir dari kaum Gregimoer tidak satupun yang menunjukkan wajahnya. Kalian semua hanyalah sekumpulan SAMPAH…yang hanya mengendalkan kekuatan” Raja Qrisor mengerahkan kekuatannya dengan amarah. Seketika gua gelap ini menjadi terang, tanah menjadi ambruk dan tanaman berwarna ungu itu jatuh layu.

Zayang terkejut mendengar perkataan temannya yang terlalu menyakiti dirinya. Ia tidak menyangka jika kebenciannya sudah terlalu dalam. Zayang yang bersedih langsung melindungi mereka semua dengan  kekuatanya. Zayang berteriak untuk segera pergi membawa Alyea dan yang lainnya. Zayang ingin melawan Raja risor seorang diri. Hal itu lebih baik daripada semua harus mati dan tertangkap. Semua perjuangan Zayang akan sia-sia. Perintah Zayangpun dilaksanakan oleh covinna dan narko. Mereka berdua lansung berlari membawa Alyea dan yang lainnya, melalui jalan setapak yang ada didalam gua itu. Zayang berupaya melawan seorang diri Raja Qrisor, namun sayangnya Raja Qrisor bukanlah type orang yang menyisakan sesuatu apapun itu. meski Zayang sudah dihadapannya untuk melawannya, tapi Raja Qrisor masih menyerang narko dan yang lainnya.

“Sial… aku paling benci bertemu dengan Orang-orang” ujar covinna menyunggingkan bibirnya yang kesal akan kehadiran siapapun itu.

Dalam sekali serangan Raja Qrisor langsung menumbangkan covinna dan membuatnya tidak berdaya. Covinna yang tidak terima terus memaki dan memarahi kedatangan Zayang yang membuatnya tertangkap. Covinna gelisah dan ketakutan lebih takut dari pertama kali ia melihat kedatangan Alyea. Desas-desus mengenai siksaan Raja Qrisor terhadap penyihir santer terdengar sangat sadis. Ia tidak akan pernah membiarkan penyihir itu merasakan rasa sakit dalam sekejap. Qrisor akan membuat tahanannya tidak pernah bisa merasakan mati namun dalam keadaan yang sama tahanan tidak bisa merasakan kehidupan. Zayang ingin menanggung semua kesalahan yang sudah terjadi belasan tahun lalu. Ia ingin Raja Qrisor menangkapnya dan membebaskan semua sandera yang telah ditahannya.

Raja Qrisor yang sudah terlanjur sakit hati hanya tertawa sinis pada ucapan Zayang yang sangat memudahkan situasi. Qrisor yang sudah merasakan rasanya pengorbanan dan membela matian-matian apa yang berharga baginya. Ia telah menunggu kebahagiaan selama sembilan bulan. dan dalam waktu satu hari sesuatu yang paling berharga hilang tanpa ia menyentuh dan melihatnya, saat hari itu juga lenyap di hadapan matanya. Ucapan Zayang memancing emosi Qrisor yang seakan menahan rasa sakit dan airmata yang sudah terbendung dipelupuk matanya. Raja Qrisor telah menunggu waktu yang lama untuk mendapatkan Zayang. Namun meski Zayang tertangkap, Raja tidak akan pernah melepaskan satupun tahanan yang ada diKerajaan besarnya.

“Tenang saja kau tidak perlu khawatir aku akan melenyapkan kalian semua dari dunia ini. Aku juga tidak peduli jika aku memang harus tinggal seorang diri didunia ini?” ucap Qrisor masih tersenyum sinis.

“Bukankah kau sudah menangkap Reamaivi?” ujar Zayang yang tidak melihat sisi baik dari Qrisor.

“Aku menangkap ataupun tidak menangkap Reamaivi dan kalian bukankah itu tidak akan mengembalikan apa yang sudah hilang dariku”ucap Qrisor tanpa ekspresi di wajahnya.

“Lalu apa yang sebenarnya kau inginkan? Kenapa kau berubah seperti ini?” Zayang terkejut dengan perubahan sikap Qrisor sejauh ini.

“Tidak ada yang kuinginkan dari kalian. Aku orang yang baik dan aku hanya ingin berbagi rasa sakit yang kualami selama ini. bukankah itu cukup adil”

Ucapan Qrisor benar-benar membuat terkejut Zayang. Perubahan yang terjadi pada Qrisor benar-benar membuatnya tidak menduga Qrisor akan berubah sedrastis ini. Zayang tidak merasakan sama sekali sifat baik dari Qrisor. Zayang khawatir jika Qrisor tidak bisa mengenali dirinya sendiri dan buah hatinya yang kini ada didekatnya namun sepertinya kekhawatirannya yang dirasakan Alyea melihat ayahnya tidak dirasakan sama sekali oleh Qrisor. Zayang berpikir ulang cara menyelamatkan sahabatnya dan anaknya jika melihat sikap Qrisor yang tidak ia kenali sedkitpun.

Zayang terus berusaha untuk mengulur waktu sampai Alyea dan yang lainnnya selamat untuk keluar.Zayang sudah tidak peduli jika ia juga ditahan, Zayang mengetahui betul kekuatannya yang tidak sebanding dengan Qrisor, bahkan saat ini kekuatan Qrisor sudah jauh berbeda ketika terakhir ia pergi dari dunianya.

Dentuman keras dari pertarungan Zayang dan Qrisor membuat Alyea khawatir. Sambil berlari ia terus menoleh ke belakang. Pertarungan itu cukup hebat dibandingkn denga pertarungan Zayang dengan sang Ratu. Getaran dan kerusakan yang dikaibatkan pertarungan sangat terasa sekali meski  mereka telah berlari beberapa kilometre.

Alyea merasakan kesedihan dalam hatinya. Ia menitikkan air mata dalam perjalanannya neski ia tidak tahu kemana ia akan pergi. Alyea merasa menyesal telah kembali ke tempat ini jika akan terjadi seperti ini. Ketakutannya melebihi ketika ia ditinggal oleh temannya ataupun dimarahi ibunya. Jantungnya terus berdetak dengan kencang. Nafasnya berat dan tidak lama Alyeapun jatuh pingsan. Alyea pingsan di waktu yang tidak tepat. Teman-temannya buru-buru menyelamatkan menyusuri jalan ke permukaan dan bersembunyi. Kekuatan Zayang tidak bisa menahan kekuatan Raja Qrisor karena goa itu langsung runtuh. Bahkan narkopun harus rela ditangkap untuk menyelamatkan Alyea dan yang lainnya.

Setelah merasa jauh dari tempat pertempuran. Mereka berempat sampai di sebuah hutan kecil. Pepohonan kurus tinggi menjulang seakan menancap langit. Suasana siang itu sangat sepi dan tidak terdengar apapun kecuali gemerisik dedaunan yang saling besentuhan. Mereka semua terdiam dan menatap dunia yang sekarang dipijaknya. Mereka tidak menyangka jika kekuatan Raja Qrisor benar-benar menakutkan. Wajar saja semua orang tunduk padanya dengan atau tanpa sumpah kepadanya.

Wilma duduk diatas batu dan melihat keadaan sekitarnya, Harsa bersandar pada sebuah pohon dan menantap langit yang semkain jauh saja dan Tami terus berusaha untuk membangunkan Alyea yang masih terkapar lemah dan tidak sadarkan diri. Mereka hanya bisa terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa, kini tidak ada seorangpun yang bisa membantu, mengarahkan jalan dan menemani mereka ditempat asing.

"Bagaimana jika kita mati disini?" tanya Harsa merasa lemah.

"Itu adalah takdir karena Itulah jalan keluar dan yang diinginkan dunia ini" jawab Wilma.

"Apa kau ingin mati Wilma?" ucap Harsa tidak menerima ucapan Wilma.

"Jika kau bilang akan mati itu pasti jika kau bilang ingin mati, ya aku tidak ingin setidaknya untuk sekarang ini" Jawab santai Wilma. "Ada apa denganmu Harsa. Kau takut? Mengapa kau menyerah seperti itu?"

"Aku tidak ingin mati di tempat seperti ini?" ujar Harsa.

"Tapi jika memang Raja Qrisor sangat baik mengapa sekarang dia sangat menakutkan?" tanya Tami.

"Itulah perbedaan antara orang baik dan orang jahat" jawab Harsa membuat mereka tidak mengerti.

"Aku yakin orang jahat ataupun baik pasti pernah melakukan kedua hal tersebut. Jika orang jahat sudah terbiasa dengan kejahata,bagi mereka itu adalah hal yang biasa untuk dilakuakn. Tapi ketika orang baik yang berubah menjadi jahat. Mereka melakukan untuk pertama kalinya dengan cara yang berbeda bahkan tidak pernah terpikirkan oleh orang jahat sekalipun dan mereka jauh lebih kuat. Aku mengerti apa yang dirasakan Raja Qrisor ketika ia kehilangan anaknya dan itu menyakitkan. Ia telah menjadi orang baik selama ini namun sebagian dari mereka memamfaatkan kebaikannya" Jelas Harsa mengejutkan Tami dan Wilma.

Tami dan Wilma terperangah mendengar ucapan Harsa yang terlalu dalam dan tidak pernah sekalipun terpikirkan olehnya. Namun ada benarnya juga meski selama ini Raja Qrisor telah melakukan begitu banyak kebaikan tidak mungkin baginya untuk terus menerus mengalah dan menerima keburukan.

"Jangan pernah membangunkan orang yang baik karena Kebaikan itu memiliki satu pintu dan sangat sulit untuk dibuka namun kejahatan itu memiliki banyak pintu dan sudah terbuka dengan sendirinya. Ketika kebaikan berubah menjadi kejahatan untuk pertama kalinya. Keburukan yang paling terburuk akan terjadi"

"Itu adalah kata-kata yang diucapkan ayah kepadaku sebelum ia pergi meninggalkan untuk selamanya" ujar Harsa menunduk.

"Kau benar. Ayahmu seorang abdi negara yang gugur dalam tugas" jawab Tami.

Alyea membuka mata dipangkuan Tami. Alyea memegang kepalanya yang masih terasa sakit dan tubuhnya lemas.

“Syukurlah. Alyea akhirnya kau bangun juga. Aku sangat ketakutan” Tami langsung memelukya.

“Maafkan aku” senyum Alyea. “Arhhhggg…”

Alyea merasakan pusing dan tubuhnya sulit digerakkan bahkan ia juga kesulitan untuk bernafas. Alyea masih tidak bisa menanggung tanggung jawabnya yang sangat berat sekali. Meski itu bukan karena kesalahannya, ia merasakan beban berat yang seakan bergelayut dan akan terus mengikutinya.

Wilma hanya mendengar percakapan mereka sembari mondar mandor kesana kemari dan melihat keadaan disekitaran hutan itu dan tidak jauh dari tempatnya ia melihat sekelompok orang dengan warna yang sama. Sekelompok orang dengan samar-samar berwarna coklat. Wilma tidak tahu darimana asalnya dan apa kelebihan yang dimiliki kelompok itu. Dengan buru-buru Wilma menyuruh mereka untuk bersembunyi. Tami dan Harsa tidak mengerti yang diucapkan oleh Wilma tapi wajah Wilma menunjukkan keseriusan dan mereka langsung bersembunyi seperti yang dikatakan oleh Wilma meski begitu banyak pertanyaan di benak mereka.

"Ada apa ini Wilma?" bisik Tami.

"Sudah kalian diam dulu" tegas Wilma.

Harsa dan Tami menuruti ucapan Wilma. Mereka membopong Alyea yang masih lemas bersembunyi dibalik bebatuan besar yang bisa menyembunyikan tubuh mereka. Harsa masih penasaran tentang ucapan Wilma. Ia tidak mengerti dengan maksud temannya yang menyuruhnya untuk bersembunyi entah dari apa. Mereka mengikuti apa yang dikatakan Wilma. Tidak lama kemudian Harsa dan Tami mendengar sekelompok orang yang sedang berbicara satu sama lain. Tami terkejut karena temannya bisa mengetahui akan ada sekelompok orang yang akan mengarah kepada mereka. Jantung mereka berdetak semakin kencang. Mereka ketakutan jika mereka harus bertemu dengan masalah dan kini tidak akan ada yang membantu, Ketakutan merekapun bertambah karena harus melindungi Alyea yang masih lemah.

Meski dihinggapi rasa takut tapi Harsa tidak bisa menahan keinginannya untuk mengetahui siapa kelompok yang sedang mengarah kearahnya. Dengan perlahan Harsa menodongkan sedikit kepala dan melihat sekelompok orang yang ada dibalik batu tempat mereka bersembunyi. Harsa langsung gemetar dan tubuhnya seakan terpaku melihat salah satu dari kelompok itu tepat berada dihadapannya. Bola mata yang berwarna coklat pekat dan sangat besar seakan mengalahkan mata Harsa yang melotot karena tidak kuasa menahan rasa takut dan terkejutnya setelah kepalanya menoleh kebelakang beberapa deRajat. Tamipun merasakan hawa yang tidak enak berada didekatnya. Ia menoleh kesamping namun tidak ada apapun namun tidak ketika ia mendongakan kepalanya keatas batu yang dipakainya sembunyi. Seketika Tamipun berteriak melihat kelompok dengan tubuh yang aneh.

Kelompok itu sedang asyik berada diatas batu menatap mereka berempat berada dibawahnya. Tami tersungkur kedepan melihat sekawanan yang dimaksud oleh Wilma. Entah itu mahluk darimana Tami terkejut karena kulit mereka yang mirip seperti tanah, bola matanya yang berwarna coklat sangat besar dan berhidung pesek dengan baju yang compang-camping. Sekelompok itu hanya menatap mereka tanpa mengatakan satupatahkatapun. Begitupun dengan mereka berempat yang balik menatap mereka dan tidak tahu harus berkata apa.

“Si… siapa kalian?” Tanya Alyea.

“Kalian siapa?” mereka justru balik bertanya.

“Kami…” Alyea hanya menjawab dengan geleng-geleng kepala.

Sekelompok orang yang beranggotakan 9 orang itu langsung berdiri dihadapan mereka melihat mereka dari atas ke bawah sembari mengendus mereka. Alyea dan yang lainnya hanya bisa diam dikeliling oleh mahluk-mahluk itu. Setelah puas dengan yang dilakukannya kelompok itu saling menatap satu sama lain dengan ekspresi wajah yang bingung sama bingungnya dengan mereka. Sekelompok orang itu seperti sedang berkomunikasi dengan mimic wajah mereka yang aneh.

"kalian ikut kami?" ujar mereka.

"Apa? Tidak lagi" keluh Harsa kesal.

"Ayo kita ikut mereka?" jawab Wilma.

Tami terperangah mendengar ucapan wilna yang semangat sekali untuk ditangkap.

"Ayo kita berangkat" sambung Alyea tidak jauh berbeda dengan Wilma justru ia lebih semangat.

"Ada apa sebenarnya dengan kalian?" Tami tidak mengerti dengan tingkah kedua temannya.

"Setidaknya ada yang melindungi dalam perjalanan kali ini" Ujar Alyea.

Mereka berempat digiring kembali menuju tempat yang baru. Entah apa yang akan dilakukan oleh kelompok itu tapi kali ini Alyea merasa tenang dan jauh lebih baik setelah bertemu kelompok itu. Tami hanya menggelangkan kepala melihat tingkah kedua temannya yang semangat sekali untuk ditangkap. Sedangkan Harsa menyesalkan karena kemanapun mereka pergi selalu di tangkap dan berurusan dengan masalah. Mustahil bagi mereka bisa bebas dan pergi sendiri melangkahkan kaki.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags