13. TUGAS KEDUA
Redupnya sinar matahari pagi yang mulai terbit mereflesikan sebuah bayangan pada bilik gubuk itu. Bayangan yang sedang berdiri dihadapan mereka semua. Bayangan yang sudah dinantikan oleh pelindung itu dan kini akhirnya tiba untuk mereka lepas dari pembatas itu dan harus bersiap menerima kenyataan yang sesungguhnya.
“Zayang…” teriak Revis yang baru saja membuka matanya.
Revis membuat semuanya terbangun. Wilma terkejut dengan sosok yang dipanggil oleh Revis itu, wanita yang pernah ia lihat hanya saja sosok itu lebih tua ketika terakhir mereka bertemu. Wilmapun tidak yakin dengan orang itu dan mungkin saja mereka hanya mirip. Sosok yang menggunakan gaun berwarna hitam itu dengan rambut putih dan simbol Kerajaan yang berada ditengah rambutnya itu. Zayang memiliki bola mata yang hitam pekat sepekat kegelapan para kaumnya. Ia juga mengenakan sebuah perisai besi di lengan kananya.
“Trisqiar… “ ucap Zayang.
Teman Alyea langsung saling menatap ketika orang yang dipanggil para prajurit itu menyebutkan sebuah nama “Trisqiar”
“Siapa Trisqiar?” Tanya Harsa.
“Namaku” ucap Alyea tertegun.
“Namamu didunia ini?” Tanya Tami masih belum percaya
“Trisqiar Liarnoc itulah namaku" ucap Alyea.
Zayang menyebut sebuah nama yang diberikan oleh ayahnya sendiri untuk anaknya dan Alyea langsung mengetahui hal itu. Hubungan orang tua dan anak tidak bisa dipisahkan meski takdir memisahkan mereka. Zayang memeluk Alyea dengan erat dengan air mata yang tidak kuasa ia dibendung lagi. Zayang tidak menginginkan hal ini semua. Maksud Zayang membawa Alyea ke tempat jauh dari tempatnya agar Alyea tidak bisa kembali dan mengenal tempat ini. Zayang ingin Alyea tetap pada dunia yang sekarang ia tinggali. Zayang sadar meski ia tidak menginginkan Alyea berada disini, Alyea pasti akan kembali. Sejauh apapun ia membawanya Alyea tidak akan mungkin bisa lepas dari takdirnya yang merupakan seorang putri dari Ratu yang mengalir darah hitam pekat ditambahkan lagi sang ayah yang kebaikan sejernih air kini ternodai oleh amarah karena kehilangan dan kebenciannya terhadap kaum penyihir.
Ditempat asalnya Zayang lebih banyak memiliki kekuatan dan kini ia bisa melindungi Alyea. Meski begitu Zayang tidak bisa mendekati ayahnya. Entah kegelapan apa yang dimiliki oleh Qrisor sehingga kegelapan yang berasal dari Zayang tidak bisa menyatu dengan Qrisor. Hal itu juga yang ditakutkan oleh Zayang. Kegelapan apapun bisa dengan mudah Zayang tembus dengan kegelapan miliknya, tapi lain dengan milik Qrisor yang menolak kegelapan Zayang yang membuatnya tidak bisa mendekati Qrisor.
Zayang terus menatap Alyea yang mirip sekali dengan wajah temannya. Ia tidak menyangka jika akhirnya ia bisa merawat dengan baik dan menjadikannya wanita cantik seperti ibunya. Tapi tetap ketakutan Zayang masih berada dibenaknya. Ia melihat kegelapan dalam Alyea lebih gelap dari kakeknya sendiri. jika ia tidak bisa mengendalikan kekuatan yang didapatkannya akan lebih berbahaya dari ayahnya. Bagaimanapun asal usul ibunya tidak bisa dipungkiri, jika darahnya mengalir darah yang tidak baik ditambah sang kakek yang paling membenci kaum manusia melebihi kucuran darah dari korban ditangan selama hidupnya. Kini sulit bagi Zayang untuk membawa Alyea menghadap ayahnya ataupun keluarga dari ibunya sendiri. Jika salah langkah Alyea bisa terbunuh, dan jika Alyea terbunuh, pasti ayahnya akan lebih murka dari ini. Bagaimanapun keturunan penyihir akan mudah diketahui jika jiwanya sudah tidak ada dalam jasadnya.
“Zayang… kita harus cepat mencari Ratu” tutur Revis khawatir .
“Kau tidak akan perrnah bisa mencari dia dimanapun berada. Tempat itu hanya diketahui oleh mereka berdua, bahkan driku sendiri tidak bisa menemukan tempat itu meski aku terus mencari keberadaanya tapi itu sia-sia” jelas Zayang.
"Tapi kita tidak mungkin berdiam diri disini” kata Gideon.
“Kau pikir aku ingin duduk diam sembari melihat kaumku dibantai oleh kalian” ucap Zayang menaikkan nada suaranya.
“Aku takut…” ucap Alyea gemetaran
“Kau tidak perlu takut ada kami semua berada disisimu” ucap Tami menenangkan Alyea meski dalam lubuk hatinya ia jauh lebih takut.
“Tidak hanya itu Tami. tapi Aku takut karena semenjak kedatanganku kesini aku merasakan sesuatu dan itu selalu membuatku takut” ucap Alyea gusar.
Zayang tersnyum, “itulah salah satu kemampuan yang dimiliki penyihir. Aku juga merasakan hal itu"
"Benar, kalungku terus bercahaya apalagi semenjak Alyea melakukan sesuatu yang entah apa itu" ucap Gideon gemetar.
“Seharusnya kau juga sudah merasakan kekuatan yang ada disekitarmu. Dan ketika jarak sudah cukup dekat dengan ayahmu kau akan merasakan seberapa besar kekuatan yang dimiliki ayahmu. Aku hanya berharap Mungkin kekuatanmulah yang bisa menemukan ibumu” harap Zayang.
“Tapi aku merasakan banyak orang yang sedang mengawasi kita” ucap Alyea.
“Sepertinya pasukan Kerajaan Kratian sudah tahu keberadaan kita. Kalian berhati-hatilah” ucap Zayang memperingati
“Apa? Jadi Kerajaan itu benar adanya?” ucap Ele.
“Dunia itu luas, kalau kau beruntung kau bisa melihat yang lainnya” ujar Zayang mengatakan kalimat yang pernah diucapkan oleh Ele kepada Harsa.
“Selama ini aku hanya mendengar cerita tentang mereka tapi aku tidak pernah sekalipun melihat hal itu” ujar Ele.
Zayang adalah seorang penyihir Molan yang banyak dikenal orang paling kejam setelah sepupunya temannya, semua orang sangat mengetahui dengan jelas kemampuan yang dimiliki oleh Zayang. Zayang merupakan sahabat baik yang dimiliki oleh Triliesti yang tak lain adalah ibu Alyea. Selain sahabat baik, Zayang adalah salah satu jari Raja dari Kerajaan Walgar, Kerajaan penyihir terhebat dan jahat dari ketiga Kerajaan penyihir yang ada dimuka bumi.
Udara pagi masih terasa begitu sejuk. Namun disayangkan, rasa yang mereka dapatkan adalah ketakutan yang tidak pernah mereka alami sebelumnya. Setelah Zayang kembali mereka tetap tidak bisa melakukan apapun. Tahun demi tahun sepertinya kekuatan Raja semakin kuat. Terbukti dari daratan yang terlihat hijau namun tidak sanggup menahan ketakutannya. Angin yang terasa sejuk terasa berbeda ketika dihirup. Para petualang baru itu tidak mengerti dengan dunia yang mereka pijak. Dunia apa sebenarnya ini yang dirasakan hanya ketakutan dan kesedihan padahal sekeliling yang disuguhkan terlihat menggiurkan.
Zayang memberitahu mereka untuk melihat dan jangan melakukan apapun. Zayang terpaksa harus menemui sang empunya rumah yang memiliki hutan disebelah barat ini. Zayang merasa ia telah menggunakan tempat yang tepat, namun sepertinya ia sedikir melenceng masuk kewilayah mereka. Kerajaan Kratian adalah Kerajaan yang menguasai hutan disebelah barat. Kerajaan Kratian adalah Kerajaan yang tidak pernah menampakkan dirinya. Hutan ini hutan yang paling subur dari semua hutan namun udara diisini begitu dingin menusuk untuk para mahluk yang bernafas dan hidup sekedar hanya ingin melewati hutan ini. Seakan-akan hutan subur ini tidak memberikan kesempatan untuk manusia singgah ataupun sengaja bermukim disini untuk sementara, oleh karena itu Zayang memasang pembatas untuk melindungi mereka dari musuh ataupun penghuni tempat ini, karena Zayang tidak mungkin meminta izin mengingat peraturan hutan ini dan asal usul Zayang.
Zayang menembus pembatas yang telah dibuatnya untuk menemui sang empunya dan benar saja yang telah dikatakan Alyea para pasukan itu sudah berada diluar pembatas dengan menyamar menyerupai semua yang ada didalam hutan itu bahkan terlihat sangat asli dan tidak bisa dibedakan dengan pepohonan asli atau lainnya. Pasukan Kerajaan Kratian langsung mengepung dan mengeliling Zayang. Mereka tahu Zayang bukanlah orang biasa karena bisa menyamarkan keberadaannya didalam hutan yang selalu dijaga setiap waktu. Tidak hanya pasukan Kerajaan yang hadir melainkan sang penguasa yaitu seorang Ratu dari Kerajaan Kratian yang merupakan penguasa hutan barat.
Mereka semua menyaksikan terkejut seperti yang dikatakan oleh Ele adalah benar, pasukan iitu memiliki kulit berwarna coklat gelap seperti batang pohon, baju jirah yang mereka kenakanpun sangat mirip dengan pohon dengan senjata pedang yang sangat runcing seperti jarum, hanya saja disana tidak terlihat ada penduduk yang memiliki kulit seperti daun kering. Harsa, Wilma, Tami dan Alyea tidak kalah terkejutnya karena selama ini ia tidak pernah melihat manusia dengan bentuk yang berbeda. mereka kaget bukan kepalang ketika mellihat sang Ratu itu berjalan. Gaun hijau yang menjuntai sampai ketanah itu dengan symbol Kerajaan yang berada digaun sebelah kirinya itu begitu sangat cantik, secantik dan seanggun Ratunya, yang lebih membuat mereka takjub lagi ketika Ratu itu berjalan seakan-akan daun kering atau apapun yang ada didekatnya menjauh sehingga Ratu hanya menginjak tanah.
Alyea baru menyadari jika dunia asalnya benar-benar mengejutkan dan tidak pernah sekalipun terbesit dalam benaknya akan melihat hal itu. ia hanya melihat Zayang yang berdiri dengan tegap dan dikepung oleh para penghuni hutan ini. tidak ada sedikitpun rasa takut diwajah Zayang ataupun Ratu itu. Ratu terus berjalan mengarah pada Zayang tanpa berkata sepatahkatapun sedangkan Zayang hanya berdiri tepat didepan pembatas yang ia buat.
“Sedang apa kau berada diwilayahku?” ucap sang Ratu santai dengan wajah tanpa ekspresi namun tatapannya begitu tajam. “Apa kau masih belum puas merusak wilayahku”.
“Aku tidak ada maksud untuk merusak apapun yang ada diwilayahmu. Aku hanya membutuhhkan tempat ini untuk sementara waktu saja” ucap Zayang.
Sang Ratu itu mengangkat sebelah tanganya, “Aku tidak berbicara padamu tapi aku berbicara padanya”
Tatapan Ratu itu semakin dingin dan terasa auranya mengeluarkan amarahnya karena ia tidak terima dengan kedatangan musuhnya yang telah merusak hutannya, bahkan hutan itu perlu perjuangan agar tetap hijau dan lebat. Karena itulah tidak ada seorangpun yang tinggal dihutannya. Kemarahan sang Ratu tidak sampai disitu, Ratu itu menyerang Alyea dengan akar yang tiba-tiba keluar dari tanah dan melilit Alyea dengan kencang sampai Alyea tidak bisa bernafas dan bergerak.
“Kau…!” Zayang terkejut langsung membuka pembatas itu dan menyelamatkan Alyea.
Melihat sang Ratu yang menyerang Alyea, Zayang menjadi marah dan pertarungan antara Zayang dan Ratu tidak bisa dihindarkan. Ratu itu mengerahkan kedua tanganya dan matanya bercahaya berwarna hijau. Para prajurit Kratian mengamankan para MEREKA dan teman-teman Alyea. Sang Ratu benar-benar marah karena kedatangan mereka semua ke wilayahnya. Para MEREKA itu mengambil senjatanya bersipa-siap. Tapi amarah Ratu tidak bisa dihentikan bahkan ia menghidupkan pepohonan besar, akar-akar pohon keluar bahkan daun keringpun bisa berubah setajam pisau. Ratu itu benar-benar marah karena kelakuan seseorang yang tak lain adalah ibunya Alyea yang pernah membuat hutanya menderita selama puluhan tahun dan membuat Raja Albee yang tidak lain kakaknya harus mengorbankan dirinya untuk terus membuat hutan ini hidup, karenanya hutan ini tersemalatkan dan sangat berbeda dari hutan lainnya.
Ketiga temannya hanya bisa menangis melihat Alyea diperlakukan seperti itu, bagaimanapun mereka tidak bisa berbuat apa-apa didunia baru ini. Kedatangan Alyea memancing amarah dan membuat seorang Ratu harus turun tangan. Sang Ratu sangat membenci Triliesti dan tidak pernah sekalipun lupa akan kejadian yang telah menimpa kakaknya yang telah mati puluhan tahun lalu dan jatuh sakit karena pertarungan itu. akhirnya hutan yang pernah dijuluki hutan mati ini hidup kembali namun perlahan karena ulah ayahnya yang telah berubah, membuat hutannya sedikit demi sedikit kehilangan kehidupannya. Semenjak kemarahan ayahnya banyak sekali orang yang lari kedalam hutan, pegunugan ataupun tempat terpencil untuk bersembunyi dari amukannya.
“Tunggu Ratu Kressa, dia bukanlah Triliesti!” Zayang mencoba untuk tidak melawan dan menghindari pertempuran. “Mengapa kau baru menyerangnya jika memang kau bisa merasakannya?”
Sang Ratu dengan mata hijau yang terang tidak mendengarkan Zayang dan terus mencengkram Alyea dengan sekuat-kuatnya. Nafas Alyea sesak dan terengah-engah, Alyea tidak mungkin bisa bertahan lama dari cengkraman Ratu yang mengira dia adalah Triliesti ibu Alyea yang sedang mereka cari. Melihat Ratu yang tidak bisa diajak berbicara, Zayang melakukan pertahanan dan mengancamnya. Zayang yang mengeluarkan sebuah asap hitam pekat disekelilingnya dan menyebarkan rata ditanah membuatnya gersang seakan-akan mati.
Kekuatan mereka berdua begitu menakjubkan. Tami seakan menyerah dan menyakini jika hidupnya tidak mungkin bisa bertahan dengan kondisi dunia yang seperti ini. Wilma masih bingung dengan penglihatannya. Ia tidak bisa melihat hantu atau sejenisnya yang mungkin bisa menjelaskan semua yang telah terjadi, tapi sayangnya tidak ada satupun hantu yang berkeliaran. Justru kebalikannya yang bisa ia lihat adalah warna, seperti warna hijau yang ada pada sang Ratu itu dan abu pada Zayang.
“Kalau kau terus menyiksanya aku juga tidak akan ragu untuk membunuh kalian semua. Aku tidak yakin jika pasukanmu akan bertahan dan aku pastikan kau akan mengingat kembali kejadian waktu lalu” Zayang mengancam dan tidak ragu untuk membunuh. “Tapi kau harus tahu dia bukanlah Triliesti, aku yakin jika itu dia, dia tidak mungkin diam saja dan tidak melawanmu”.
Mendengar perkataan Zayang sang Ratu langsung melepaskan Alyea. Tami dan Wilma langsung menghampiri Alyea yang lemas dan sesak nafas. Zayangpun menghilangkan asap hitamnya setelah sang Ratu melepaskan Alyea.
“Kau ingin bermain denganku. kau mungkin bisa pergi dari sini tapi tidak dengan mereka. tidak mungkin jika dia bukanlah Triliesti. Perasaan ini hampir sama dengan waktu itu” bantah sang Ratu meski ia juga merasakan sesuatu yang berbeda. hal itu yang membuatnya diam namun merasakan keberadaan Zayang membuatnya yakin jika Alyea adalah Triliesti.
“Dia adalah putrinya” ucap Zayang. “aku rasa kau pun tahu dan bisa merasakan hal itu”
Sang Ratu yang masih memperlihatkan mata hijaunya, ia diam sejenak memperhatikan Alyea yang masih mengatur nafasnya. “Aku mengerti, jadi benar kau adalah Zayang temannya. Pantas saja dia masih hidup. Tapi bagaimanapun aku tidak terima dengan semua yang dia lakukan di Kerajaanku”
“Tapi dia tidak tahu apapun mengenai semua yang telah terjadi” ujar Zayang membela Alyea.
“Sungguh ironis sekali seorang penyihir gelap Kerajaan Walgar bisa tahu arti dari sebuah kebaikan. Sejak kapan kau mengetahui arti “Melindungi” bukankah kaummu hanya mengetahui tentang kemenangan untuk dirinya sendiri bahkan tidak peduli dengan teman, kerabat bahkan keluarganya sendiri.” ujar Ratu yang masih belum terima dengan perbuatan buruk Triliesti. “Bukankah ini juga kesempatanku. Aku ingin Triliesti merasakan apa yang kurasakan ketika keluarga yang paling berharga baginya meninggalkannya untuk selamanya”
Ucapan Ratu itu benar-benar mengejutkan. Sang Ratu ingin nyawa dibalas nyawa anggota keluarganya. Tami terkejut karena mendengar ucapan Ratu mengenai penyihir gelap yang tidak peduli dengan sesamanya. Tami semakin takut jika kedatangannya dan teman-temannya kesini hanyalah mengantar nyawa mereka. ucapan Ratu itupun membekap Zayang yang terdiam tidak mengatakan sepatahkatapun.
Sejak kejadian 17 tahun lalu semua penyihir gelap hampir kehilangan kekuatannya untuk menyerang. Kekuatan mereka cukup kuat namun mereka sudah tidak bisa menggunakannya lagi. Karena Qrisor membuat mereka kocar-kacir dan menghilangkan aura kegelapannya untuk bersembunyi. seorang penyihir gelap tidak memiliki belas kasihan,yang mereka tahu hanyalah permainan mereka yang membuat para manusia geram dan ketakutan. Para penyihir gelap juga selalu menganggap manusia itu lemah dan tidak bisa melakukan apapun. Zayang yang dulu menikmati hal itu sudah tidak ada keinginan lagi untuk bertarung, yang ingin ia lakukan hanyalah melindungi Alyea dari apapun itu.
Dulu para penyihir sangat diagungkan khususnya para penyihir dari Kerajaan Walgar yang sangat berbeda sekali dari Kerarjaan Penyihir lainnya yang masih memiliki rasa belas kasihan. Para penyihir Kerajaan Walgar bahkan bisa saling melukai sesama penyihir ataupun anggota keluarganya. Semua penyihir dulu bebas berkeliaran dan membuat manusia menutup rapat pintunya dan mengikuti apa yang diinginkan mereka daripada harus bertarung. Mereka sangat mengertahui dengan jelas perbandingan kemampuan mereka. Tidak sedikit pula penyihir yang berbuat seenaknya. Karena kemampuannya banyak Kerajaan yang menggunakan mereka. meski mereka menentang tapi mereka menggunakan untuk menambah kekuasaan, menjaga wilayah kekuasaan, memata-matai dan lain sebagainya.
Hal itu berubah menjadi kebalikanya, setelah Qrisor berhasil mengalahkan Raja pernyihir Kerajaan Walgon yang tidak lain adalah ayah dari Triliesti. kekalahan telak itu membuat penyihir semakin membenci manusia namun ada pula yang hidup berdampingan saling memahami dan menghargai perbedaan. Tidak lama Kerajaan Walgar beralih nama menjadi Kerajaan Liarnoc setelah Qrisor menaiki tahta. Namun hal itu tidak berwaktu lama. Puncaknya ketika kelahiran Alyea, tiba-tiba momen bahagia Qrisor diserang oleh Reamaivi. Dalam sekejap semuanya berubah. Para manusia kini justru menyerbu dan menyiksa para penyihir untuk dibawanya Kerajaan Liarnoc untuk diberi imbalan. Tidak hanya para penyihir gelap semua orang yang memiliki kekuatan mirip seperti penyihir menjadi sasaran. Manusia gunung, es, hutan dan lainnya semua bersembunyi dan menghindari apapun dari berbau manusia. Sedari dulu memang mereka tidak penah sekalipun menunjukkan diri namun mereka tenang untuk berkeliaran diwilayahnya. Namun kini berbeda, manusia tidak ada rasa takut untuk melakukan hal apapun yang membuat mereka tidak bisa berkeliaran ditanahnya sendiri dan mereka justru kini memperketat penjagaannya.
Begitupun dengan Zayang semenjak Kerajaan hancur. Zayang tidak mengetahui dimana para kaummnya pergi dan bersembunyi. Selama ini Zayang hanya berkeliaran tidak tentu arah, langkah kakinya hanya mengikuti pikirannya yang tidak menentu membawanya entah kemana. Hanya satu yang ia lakukan yaitu membuat Alyea aman. Dan ia mengetahui itu semua tidak akan mudah karena masa lalu yang mengharuskannya kini untuk membayar semua yang telah dilakukannya dan kaummnya.
“Semua ini pasti tidak akan mudah” ujar Harsa melihat Zayang dan Ratu yang sibuk beradu argument mereka.
“Benar, aku tidak mengetahui kejadiannya lebih menakutkan dari yang kubayangkan” ucap Wilma.
“Maafkan aku, karena telah membawa kalian?” Alyea merasa bersalah.
“Untuk apa kau meminta maaf, melihat kau sekarang ini kau juga pasti tidak tahu apa yang terjadi” ujar Tami. “Tapi bagaimanapun kau juga pasti akan mati”
Harsa dan Wilma terkejut mendengar yang Tami katakan. Selama Wilma mengenal Tami tidak pernah sekalipun ia mendengar Tami mengatakan hal sekejam itu.
“APa yang kau katakan Tami?” Wilma kecewa dengan ucapan Tami.
“Bukan itu maksudku. Kau mendengar yang Ratu Kressa katakan. Bukan tidak mungkin Alyea akan mati. Karena dilihat darimanapun wajah Alyea mirip dengan lukisan ibunya. Kalaupun Ratu Kressa tidak membunuhnya pasti akan ada yang mengincarnya” jelas Tami.
Angguk Harsa. “meskipun kenyataan seperti itu tidak sepantasnya kau mengatakannya”
“Kau ternyata lebih pintar, kau mengerti juga maksudku?” sambung Ratu Kressa menatap Tami dengan senyuman yang membuatnya merinding.”aku bisa langsung mengakhirinya disini”
“Kau masih belum mengerti juga. Aku tidak akan membiarkanmu untuk menyakitinya yang mulia. Akan kupertaruhkan nyawaku untuknya” teriak Zayang.
Ratu Kressa hanya tersenyum penuh dengan kekesalan setiap kali Zayang berniat untuk melindungi orang. Yang membuat sang Ratu kesal bukan karena Zayang terus mengatakan ingin melindungi musuhnya melainkan karena ucapanyya. Sebelumnya kata itu tidak pernah masuk dalam ajaran para penyihir dan kini setelah luka yang telah diperbuat dengan seenaknya mereka mengatakan ingin melindungi bahkan dengan taruhan nyawa. Ratu Kressa murka, luka itu sudah digali terlalu dalam oleh rasa sakit hati dan lubang itu sudah semakin besar dan tidak bisa tertutupi lagi.
Pertarungan Zayang dan Ratu Kressapun terjadi dan tidak bisa dihentikan. Para MEREKA juga bertarung dengan prajurit Ratu Kressa. Harsa dan Wilma tidak mengikuti pertarungan tapi mereka berjaga-jaga untuk melindungi Alyea. Alyea menangis dipelukan Tami, ia ketakutan dengan perkelahian dan ucapan Ratu Kressa itu ditambah dengan penglihatannya yang berasal dari dunia ini. Tubuh Alyea gemetaran dan memeluk erat Tami.
Dari awal kedatangan Zayang. Sang Ratu Kressa sudah bisa merasakan hal itu, namun Kressa sengaja tidak melawannya hanya mengerahkan beberapa prajurit untuk mengawasi tempat yang telah ditunjuk oleh Ratu. Ratu Kressa juga menyuruh para prajuritnya untuk bersembunyi agar tidak diketahui oleh siapapun termasuk penduduknya. Ratu Kressa yang merupakan penguasa hutan barat bisa merasakan siapa saja yang datang ke wilayahnya, entah itu manusia, hewan ataupun apapun itu termasuk Zayang yang memiliki kekuatan yang mudah dirasakan olehnya ketika Zayang pertama kali menginjak tanahnya.
Ratu mengetahui ketika Zayang ada atau tidak diwilayahnya, Ratu Kressa bisa langsung merasakannya. Oleh karena itu Ratu Kressa tahu jika ada seseatu yang sedang direncanakan oleh Zayang. Melihat gerak gerik Zayang, Kressa hanya menyuruh prajurit untuk berjaga dan bukan untuk menyerang, bagaimanapun Zayang bukanlah tandingan mereka. Kressa sudah cukup lama menungggu Zayang melakukan hal ini dan kini Kressa tahu apa yang sedang direncanakan. Ia telah membawa seseorang yang diinginkannya selama ini. Kressa yang biasanya tidak pernah turun tangan secara langsung, tidak bisa menahanya lagi dan memilih menghadapi Zayang.
Para MEREKA tidak mampu untuk melawan semua prajurit yang dikerahkan oleh Ratu, mau tidak mau Harsa dan Wilma ikut bertarung melawan mereka. untung saja yang dihadapnya masih sekelas prajurit, mereka masih bisa mengatasi berkat latihan sebelumnya dan kebiasaan mereka berdua didunianya yang sering menindas orang. Raut muka merekapun tidak ada rasa takut sama sekali ketika melawan prajurit itu. Tami hanya bisa memeluk Alyea yang masih bersedih dan tidak sanggup untuk bergerak. Para MEREKA yang telah lama meninggalkan rumahnya sangat menyadari perbedaannya, bahkan sepertinya kini tidak mungkin lagi untuk terus menerus melindungi Alyea seperti sebelumnya.