Read More >>"> TRISQIAR (11. PULANG) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TRISQIAR
MENU
About Us  

 

11. PULANG

Jam sudah tepat menunjukan pukul 19.00 malam. Alyea, Wilma dan Harsa sudah berada ditempat pertemuan mereka yaitu trotoar jalan, namun Tami belum juga datang. Jam terus berdetik dan mata terus melirik menunggu kedatangan Tami yang masih belum terlihat gerak geriknya. Alyea dan Wilma sudah bersusah payah untuk meminta izin kepada orang tuanya dan Mak Et yang dipastikan tidak akan diizinkan jika mereka tidak berbohong. Dalam hati Alyea juga tidak ingin berbohong tapi hanya itu caranya. Alyea mengatakan akan bermain ke rumah Wilma begitupun sebaliknya. Dan kini Tami justru mengulur waktu disaat yang tidak tepat.

Wilma tidak henti-hentinya mengoceh menunggu kedatangan Tami. Harsa yang mendengar ocehan Wilma menutup telinganya karena tidak kuasa mendengar suara Wilma yang terus menerus mengomel. Mereka bertiga gelisah menanti kedatangan Tami, Alyea terus mondar-mandir. Cahaya dari lampu ataupun kendaraan seakan seperti sorotan dalam pertunjukan teater drama. Para penghuni malam yang terdengar menambah alur cerita semakin mencekam. Orang yang berlalu lalang tidak ada hentinya seolah menambah sesak bangku penonton. Sudah setengah jam lebih mereka menunggu Tami yang tak kunjung datang. Alyea tidak mungkin memulai tanpa kehadiran Tami.

“Aduhh… maaf aku terlambat” teriak Tami yang masih jauh dari mereka.

Harsa melongo melihat Tami.

“Tami… apa  yang akan kau lakukan?” Wilma bingung dengan tas besar yang dibawa Tami dipunggungnya.

“Aku hanya membawa persiapan untuk disana” ujar Tami.

Wilma menepok jidatnya dengan tingkah Tami yang tidak pernah lupa dengan persiapannya dalam keadaan apapun, “Kau mau pergi piknik, berperang atau jalan-jalan”

Wilma tidak habis pikir dengan temannya itu. Tami memang sering mempersiapkan apapun itu dengan rinci kemanapun ia pergi, namun kali ini Wilma benar-benar dibuat bingung dengan persiapan Tami. Sebelumnya Tami hanya merbawa persiapan khusus untuk kegiatannya tapi kali ini Tami seolah-olah seperti membawa rumah didalam tasnya. Sedangkan Alyea hanya tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkah Tami.

Setelah kedatangan Tami, Alyea langsung mengatakan tujuannya mengumpukan mereka di trotoar jalan itu. Alyea harus mencari tempat yang sepi yang tidak ada seorangpun yang akan melihat mereka. Wilma yang mempunyai ide membawa mereka ketempat yang cukup seram dan menakutkan yaitu dibelakang perkebunan  milik ayahnya yang dipastikan tidak ada seorangpun yang akan lewat karena tempat itu dianggap angker oleh penduduk sekitar begitupun oleh Tami dan Harsa yang terus berjalan menghimpit Wilma. Wilma merasa risih dengan mereka yang sangat berbanding terbalik dengan sifat mereka yang biasanya.

Wilma memang membawa mereka ke tempat yang tepat persis yang diinginkan oleh Alyea. Tapi Wilma dan Harsa yang telah tinggal didesa itu dari kecil tidak tahu jika temannya memiliki tempat untuk bersantai yang menyeramkan. Perkebunan milik ayah Wilma berada diujung desa cukup jauh dari rumah  penduduk, memiliki pohon yang tinggi besar, namun perkebunan itu memiliki tembok pembatas yang tidak mungkin untuk dimasuki orang yang sembarangan. Apalagi mengenai desas-desus keangkeran perkebunan itu cukup merakyat dikalangan masyarakat sehingga tidak banyak penduduk yang pergi kesana kecuali orang yang memang bekerja sebagai penjaga perkebunan itu. sedangkan tempat Wilma berada diluar tembok pembatas itu dan benar saja tempat itu cukup gelap hanya mendapat sedikit cahaya dari lampu yang berasal dari perkebunan.

“Apa kau tidak takut  berada disini Wilma?” Tanya Harsa yang celingak celinguk kemana-mana.

“Aku sudah meminta izin, mereka tidak akan mengganggu jika kalian juga tidak mengganggu mereka” ucap Wilma santai.

Sebelum memulainya Alyea menjelaskan apa yang akan dilakukannya dan meminta mereka untuk tenang.

Mereka mendengarkan dengan serius termasuk Tami yang masih tidak percaya namun sulit ditepis jika dirinya memang menikmati setiap kisah yang diceritakan oleh Alyea. Sama halnya dengan Tami, Harsapun tidak bergerak hanya memangku dagunya sembari menatap wajah Alyea yang memperagakan ucapannya. Sedangkan Wilma meskipun ia mendengarkan tapi wajahnya terus menoleh kearah tiga prajurit yang menarik perhatiannya. Bagi Wilma mereka begitu menyiksa otaknya karena penasaran yang begitu menakjubkan. Tidak hanya dalam buku atau dalam film ia melihat prajurit dengan sebuah pasukan yang mengenakan baju jirah yang berbeda-beda. Didepan matanya dengan jelas  Nampak prajurit yang tidak bisa ia lupakan semenjak ia bisa melihatnya dengan jelas.

“Lalu bagaimana kau akan pergi kesana?” Tanya Wilma.

“Aku hanya mengingat sedikit”

“Apa ada mantra atau sesuatu untuk kesana” Tanya Tami.

“Kau benar. Tapi aku tidak tahu mantra apa yang bisa membebaskan mereka”

Mereka hening sejenak.

“Aku akan menunjukan sesuatu pada diri kalian semua. Lihatlah…” kata Alyea sembari mengibaskan rambutnya kesamping dan menunjukkan sebuah tanda yang berada dileher belakangnya.

“Tanda apa itu?” Tanya Tami.

“Setelah aku mengunjungi mereka aku mendapatkan tanda ini ketika aku tersadar” ungkap Alyea.

“Tidak Alyea, tandamu sudah terlihat olehku dan ibumu. Memang tidak sesempurna sekarang tapi ketika kau duduk diam bersila, aku dan ibumu melihat tandamu menyala seperti kilatan kuning yang bercahaya dan sangat menyilaukan mata”

“benarkah itu yang kau katakan? Berarti hal ini tidak bereaksi disana saja tapi disini juga” angguk Alyea.

“Seperti yang pernah kukatakan pasti ada alasan dibalik semua itu. mungkin itu sebuah pertanda semacam pintu atau portal untuk menuju kesana” uajr Tami

“Kau benar. Aku baru ingat ketika aku tersadar aku merasa leherku ini panas sekali dan aku melihatnya dari cermin itu dan sekan cermin itu menunjukkan diriku yang disana. Gaya berpakaianku,  rambutku dan lainnya terlihat berbeda namun aku hanya bisa melihat yang berada didalam gubuk itu” ujar Alyea.

“Kalau  begitu benar, itu adalah pintu menuju kesana” ucap Tami.

“Benar yang dikatakan Tami. mengapa kita tidak coba itu” Wilma semakin sumeringah.

Alyea mendengarkan apa yang dikatakan oleh teman-temannya itu dan Alyea mengeluaran cermin kecil yang dibawanya dan melihat bayangan dirinya didalam sebuah cermin. Ia berkosentrasi berharap apa yang telah dilakukan sebelumnya dan ucapan teman-temannya itu benar-benar terjadi. Mungkin itu juga satu-satunya cara untuknya membebaskan prajurit itu dan mengetahui keadaan yang sebenarnya yang berada didunia itu. Alyea memandang cermin itu dengan serius tanpa mengedipkan matanya. Ia terus berusaha dan berusaha melihat bayangan dirinya namun belum juga membuahkan hasil justru matanya lelah karena terlalu lama membuka matanya lebar-lebar.

“Ternyata tidak mudah” geleng Tami.

Alyea masih tetap fokus dan berkonsntrasi.

“Mungkin bukan pada cermin” Wilma memegang pundak Alyea.

“Haaa.. Alyea kau merasakannya” Wilma melotot melihat cahaya ditelapak tangannya.

Angguk Alyea. Tami dan Harsa langsung menghampiri Alyea dan Wilma.

Aku pastikan mereka adalah manusia” ucap Zen yang suara tiba-tiba terngiang di telinga Wilma.

“Apa yang kau katakan Zen?”

Mereka juga memiliki tanda yang ada ditanganmu” ujar Zen yang membuat Wilma penasaran.

“Tanda? Tanda apa?” Wilma langsung mendekati para prajurit dan melihat telapak tangan mereka seperti pada telapak tangannya.

“AKu juga mendapatkannya” Harsa terkejut sedangkan Tami histeris ingin berteriak namun tidak bisa seakan-akan mulutnya tiba-tiba kaku untuk mengekspresikan apa yang ingin dilakukannya.

“Apa untuk ini aku menyebutkan nama kalian disana?” Alyea mengerutkan kening.

“Kau juga menyebutkan nama mereka juga?” Tanya Wilma menunjuk kearah prajurit.

“Jangankan untuk mneyebutkan nama, Berkata “A” saja tidak pernah” ungkap Alyea. “Bagaimana aku bisa mengetahui nama mereka. mungkin nama mereka sudah ada disana”.

Alyea menunjukkan sebuah tanda yang ia dapatkan setelah duduk bersila berjam-jam. Tanda itu membentuk lingkaran dengan bintang bersisi tujuh didalamnya. Ketika Alyea mencoba untuk berkonsentrasi tanda itupun merespon apa yang sedang Alyea lakukan seakan-akan mengikuti perintah Alyea. Setelah tanda itu bercahaya penuh muncul sebuah tanda ditelapak tanga mereka masing-masing termasuk para MEREKA itu dan tanda itu sama persis dengan gambar yang ada disetiap sisi pada simbol dileher Alyea, kecuali Alyea yang tidak mendapatkan apapun. cermin yang dianggap bisa membantunya akhirnya sia sia karena tidak bisa dipakai.

Wilma tersungkur kebelakang. Ia terkejut karena semua prajurit itu tiba-tiba berjalan mendekati mereka. Alyea dan Wilma melihat MEREKA itu berjalan dan berdiri diantara mereka berempat, sedangkan Harsa dan Tami yang tidak bisa melihat mereka focus melihat Alyea dan Wilma yang entah sedang melihat dan memikirkan apa. Alyea dan Wilma mengikuti apa yang MEREKA itu lakukan. Alyea berpegang pada Wilma, Wilma merasa gugup harus memegang tangan prajurit itu.

“Ba… Bagaimana mereka bisa hidup?” Tanya Wilma masih tidak percaya.

Alyea hanya menggelengkan kepala tidak tahu karena sebelumnya ia hanya melihat cermin dan mengingat lukisan yang berada didalam gubug itu.

Wilma melirik Harsa dan Tami.

Mereka yang tidak mengerti bingung dengan mimic wajah Wilma. Wilma tidak bisa berkata-kata setelah tanganya dipegang oleh prajurit itu. kedua prajurit itupun sedang menunggu uluran tangan Tami dan Harsa. Prajurit itu menyentuh telapak tangan Tami sampai membentuk sebuah lingkaran. Tami dan Harsa yang tidak pernah melakukan hal ini hanya diam dan gemetar disekujur tubuhnya merinding karena mereka merasakan sesuatu di telapak tangannya.

Wilma, Tami dan Harsa mencoba menenangkan dirinya masing-masing dengan pikiran yang berbeda. semenjak Alyea bisa mengendalikan sedikit demi sedikit tanda yang berada diehernya itu mulai muncul. Tanda yang  berbentuk lingkaran dengan didalamnya yang membentuk sebuah sisi yang berjumlah tujuh buah. Sepeti yang dikatakan Tami tanda itu adalah sebuah portal untuk masuk kedalam dunia Alyea. Namun membutuhkan kekuatan 7 orang dan Alyea tidak bisa membuka itu sendirian namun sebanyak apapun orang hal itu tidak akan terjadi jika Alyea yang merupakan sang empunya itu tidak bisa mengendalikannya.

Wilma dan Alyea mendekatkan telapak tangan mereka dan menempelkannya. Benar saja tanda yang ada dileher Alyea bereaksi dan bercahaya. Lingkaran itu mulai bercahaya satu persatu sama persis yang dikatakan oleh Wilma ketika Alyea berkosentrasi, sisi pertama mulai muncul ketika Alyea menyentuh tangan Wilma dan Wilma mendapatkan tanda sisi pertama itu ditelapak tangan kananya disusul prajurit yang membawa panah itu menempelkan telapak tangangnya kepada Harsa, lalu Harsa yang gugup terkejut karena ia benar-benar merasakan telapak tangannya menempel pada sesuatu meski ia takut tapi juga kesal karena tidak bisa melihatnya, dan ditelapak tangan Harsa muncul sisi ketiga yang bercahaya, lalu Harsa juga merasakan seseorang ada yang menyentuh telapak tangannya. Disusul prajurit lainnya dan tami dan kembali ke tengan alyea

Harsa dan Tami takjub dan tidak percaya apa yang dlihatnya meski mereka berdua tidak bisa melihat prajurit itu tapi mereka bisa melihat tanda yang bercahaya yang melayang diudara. Tami dan Harsa tidak henti-hentinya memperhatikan cahaya itu dan terus mengedipkan matanya berulang kalinya. Untuk seumur hidupnya Harsa kini bisa melihat sesuatu yang tidak memungkinkan untuk manusia biasa melakukan hal itu, kalaupun ada belum tentu akan ditunjukkan kepada umum.

Tanda dileher Alyea mulai bercahaya baik sisi luar atau dalamnya secara penuh. Sedikit demi sedikit cahaya  yang memberntuk tanda seperti alyea melebar Alyea semakin lama semakin membesar dan seolah-olah seperti pintu yang akan membawa mereka kedunia yang lainnya yang dimaksud oleh Alyea

Wilma tidak percaya apa yang ingin dlihatnya dan selama ini ia rasakan akhirnya terjadi. Namun sepertinya ini akan menjadi perpisahan bagi Wilma dan zen temannya yang selalu bersamanya baik dirumah ataupun diluar rumah dan dalam keadaaan apapun. Wilma menoleh pada zen tidak ingin berpisah dengannya tapi zen mengerti ada yang harus dilakukan oleh temannya itu. zen masih mengingatnya ketika kedatangan Alyea untuk pertama kali yang membuat Wilma merasa senang karena ada orang yang sama sepertinya, hanya saja Wilma tidak bisa mengekpresikannya pada teman-temannya meski wajahnya mudah sekali ditebak khususnya oleh Tami.

Wilma berpamitan pada zen untuk pergi sementara waktu menolong Alyea. Zen hanya tersenyum melihat kepergian Wilma. Andaikan saja yang berada didalam diri Wilma tidak ada mungkin zen bisa ikut bersamanya dengan masuk kedalam tubuhnya tapi itu tidak bisa karena didalam tubuh Wilma sudah ada yang menempatinya dan tidak mau berbagi dan tidak bisa pula dibagikan karena tubuh Wilma hanya bisa menampung satu tubuh yang tidak terlihat. Zen hanya bisa menunggu kepulangan Wilma saja.

Alyea masih mencoba untuk berkonsentrasi. Mereka semua menutup mata karena cahaya yang bersinar begitu menyilaukan. Pegangan mereka sangat erat sampai sulit untuk dilepaskan. Alyea terus mencoba dan mencoba, butuh waktu lama baginya untuk membuka pintu menuju dunianya namun akhirnya membuahkan hasil. Alyea kini berada di sebuah tempat yang pernah ia lihat sebelumnya. Tempat inilah yang sulit Alyea lupakan. Sebuah gubug yang memiliki lukisan wajahnya. Dan karena hal itulah Alyea memilih tempat ini dipikirannya. Wajah yang berada dilukisan yang terpampang miring di gubug tua tidak pernah hilang dari pikiran Alyea yang membuatnya bisa sampai didunianya kini.

Wilma, Tami dan Harsa tidak percaya akhirnya mereka melakukan hal diluar nalar namun ini adalah kenyataan. Harsa menampar pipinya, Tami menginjak tanah ini dengan kakinya sekencang-kencangnya sedangkan Wilma masih tidak bisa lepas memandang prajurit yang masih memejamkan matanya duduk bersila seperti sedang melakukan ritual. Mereka yang baru sampai masih memperhatikan tempat yang sedang ia pijak. Sesuatu yang mustahil akhirnya mereka lakukan.

Perlahan prajurit itu membuka mata dan menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku. Prajurit itu kini telah bebas dari kutukan yang telah membelenggunya selama Alyea hidup. Karena merekalah yang membuat Alyea selalu terjaga disetiap waktu dari segala macam marabahaya dan memberikan beban hidup sampai ia merasa putus asa. Meski berkali-kali Alyea selalu melakukan hal untuk  mengakhiri hidupnya, berkali-kali pula pelindung itu melindungi Alyea.

“Akhirnya kita kembali” ucap lega seorang prajurit yang membawa pedang.

“WUIHHHHH…” Wilma, Tami dan Harsa terkejut mendekati Alyea, akhirnya prajurit itu bisa bergerak dan berbicara. Akhirnya tami dan harsa bisa melihat dengan jelas MEREKA yang dimaksud oleh Alyea dan Wilma

“Kau datang ketempat yang tepat, tuan putri” ucap prajurit yang membawa tongkat itu.

“TUAN PUTRIIIII…” teriak Wilma, Tami dan Harsa kompak.

Harsa, Tami, dan Wilma saling pandang mendengar prajurit itu memanggil Alyea dengan tuan putri. Alyea yang mendengar hal itu hanya diam saja. Alyea juga merasa bingung dan tidak percaya yang prajurit itu katakan.

“Mungkin semua ini terlalu membingungkan untukmu. Akhirnya usaha kami melindungimu tidak sia-sia. Kau bisa kembali ketempat ini dengan selamat. Tugas kami terpenuhi” ucap prajurit yang membawa panah.

“Aku masih tidak mengerti dengan semua ini. aku butuh penjelasan salah satunya mengapa wajahku ada dilukisan itu. Siapa dirinya dan kalian pastinya?” Alyea menunjuk lukisan yang sudah miring dan usang termakan waktu.

“Itu adalah lukisan ibumu dan ayahmu yang sesungguhnya” ucap prajurit pembawa panah.

“HAHHHHH…” Wilma, Tami dan Harsa kembali berteriak.

“Jika mereka orang tuamu, lalu…” ujar Tami.

Sontak mereka semua terkejut sengan ucapan parajurit itu jika mereka orang tua Alyea lalu siapa orang tua yang di dunia mereka. tidak mungkin Alyea memiliki orang tua biologis ganda. Mereka jelas mendengar cerita kehidupannya yang disampaikan Alyea dari kedua orang tuanya.

“Jika yang ada dilukisan itu adalah orang tuaku. Lalu…”

“Mereka adalah orang tua dari anak yang telah kau pakai tubuhnya”

“Ma… maksudmu?” Tanya Harsa gelagapan mendengar cerita yang mulai menakutkan.

“APa kalian telah membunuh jiwa pemilik tubuh ini?” Tanya Tami yang membuatnya tidak setuju dengan peryataan mereka.

“Tidak… kami tidak membunuh orang yang berdosa. Tapi cerita ini akan panjang sekali untuk diceritakan?” ucap prajurit lelaki itu yang membawa pedang. “Rasanya aku sudah tidak sabar ingin pergi keluar sana dan melihat duniaku”.

“JIka yang kulihat adalah benar. Bukankah diluar sana sangat berbahaya” ucap Alyea.

“Ya kau benar diluar sangat berbahaya dan kau tepat membawa kami ke tempat ini. tempat ini dilindungi oleh Molan” ucap prajurit pembawa panah.

“Molan… apa itu Molan” Tanya Wilma.

“Aku jadi lapar kau menyebut nama itu!” ucap Harsa lemas.

“Molan Harsa bukan molen” ujar Tami.

“Molan adalah penyihir kuat yang memiliki satu kekuatan khusus yang tidak dimiliki penyihir lainnya. Kekuatan mereka Jauh diatas penyihir biasa. penyihir yang memiliki pangkat Molan hanyalah penyihir kuat dan hanya ada beberapa. Salah satunya Zayang, penyihir yang melindungi tempat ini dan juga merupakan teman baik ibumu” jelas prajurit pembawa panah itu.

“Lalu kalian siapa? Dan mengapa kalian dikutuk” Tanya Alyea.

“Namaku adalah Gideon. Sebenarnya kami bukan dikutuk tapi kami suka rela mengikuti perintah ibumu untuk melindungimu, tapi jika kau anggap seperti itupun tidak masalah karena kenyataannya kami diberi mantra demi menjalankan tugas. Sebelum dikutuk aku adalah komandan dari pasukan elit dibawah pimpinan langsung Raja yang merupakan ayahmu, teman baikku sekaligus musuhku” ucap pembawa pedang itu.

“RAJA…” ketiga teman Alyea yang biasanya berselisih kini sangat kompak.

“Lalu mengapa setiap mendengar kata “Kutukan” atau “Tersesat” kalian seperti ingin mengatakn sesuatu?” Tanya Alyea.

“Namaku Revis dan dia adalah Ele. Kami berdua merupakan penjaga yang ditugaskan untuk melindungi Ratu dari segala macam marabahaya apapun, termasuk Raja ataupun orang terdekat. Meskipun dia Raja, kami telah disumpah untuk melindungi Ratu dari siapapun dan apapun itu termasuk Raja itu sendiri” ucap pembawa panah itu.

“Kalian bisa menentang Raja” Tanya Tami tidak percaya.

“Selama hidupku hanya dia Raja aneh yang kukenal. Itu peraturan yang dibuat Raja sendiri, kami tidak bisa menolaknya” ujar Ele pembawa tongkat itu.

Akhirnya hari yang ditunggu oleh Alyea tiba. Ia sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasan yang ingin sekali ia dengar. Alyea ingin tahu siapa dirinya dan dunia  yang sekarang ia pijak. Alyea juga mempertanyakan maksud dari para MEREKA yang kini telah berubah menjadi prajurit yang sesungguhnya. Tugas mereka yang mengatakan untuk melinndungi dirinnya dan “Tuan Putri” panggilan untuk dirinya yang terasa asing mendengarnya didunia yang berbeda dari biasanya. Wilma menyadari jika Alyea adalah orang penting didunia ini karenya ia selalu dilindungi bahkan sampai ia berada ditempat ini, ia tidak lepas dari perlindungan orang-orang suruhan.

Alyea menginginkan penjelasan serinci-rincinya dari semua yang ia lihat dan rasakan. Alyea mengetahui betul jika dunia yang dilihatnya itu sulit diselamatkan namun Alyea sudah bertekad untuk mengetahui apapun yang akan dikatakan oleh mereka bertiga. Alyea tahu bukan tanpa alasan ia diberi penglihatan itu dan buktinya kini ia bisa melakukan hal yang paling mustahil dilakukan oleh manusia salah satunya yang sudah pasti yaitu membuat sebuah pintu dan bisa berpindah tempat dalam sekejap dengan dunia yang berbeda. Banyak ilmuwan yang menginginkan hal itu namun tidak ada satupun yang bisa melakukannya dengan teknologi.

Prajurit itu sangat mengerti semua yang ditanyakan oleh Alyea. Alyea  dipaksa harus melihat sesuatu yang seharusnya tidak dilihat olehnya didunia yang berbeda pula. Tapi prajurit itu hanyalah manusia biasa yang mendapatkan perintah untuk menjaganya. Merekapun tidak bisa melakukan hal itu jika tidak diberi kekuatan oleh ibunya dan Zayang untuk mengawasi Alyea. Tapi prajurit itu tidak mengetahui jika Alyea ternyata bisa melihatnya semuanya. Sedangkan Alyea berpikir penglihatan itu adalah ulah dari ketiga prajurit.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags