10. PERJALANAN
Alyea yang semakin beranjak dewasa kini mulai bisa melihat maksud dari sesuatu yang dianggap olehnya sebuah malapetaka yang diberikan kepadanya. Tidak seperti Alyea yang dulu yang mengendalikan dengan cara diam dan tetap tenang tapi kini Alyea mulai mengontrol setiap tindakannya dan mulai bisa melawannya. Alyea dulu hanya bisa menangis dan menonton ketakutan membuatnya harus berulah dan menyusahkan keluarganya terutama ibunya dan pastinya kegaduhannya membuat tetangga merasa terganggu dan menganggapnya gila. Di tambah lagi Alyea tidak mengetahui apa yang sedang terjadi padanya, apa yang sedang dilihatnya dan siapa yang sedang mengikutinya.
Kegilaan itu semakin membebankannya. Alyea mulai diberi penglihatan tentang dunianya yang lain dan lebih mengerikan dari sebelumnya. Alyea kini bisa melihat dengan jelas. Seolah-olah ia bisa melewati pintu yang bisa keluar masuk sesukanya atau seperti cermin yang bisa menunjukkan dua dunia sekaligus namun semua itu jelas sangat berbeda, cermin yang dilihatnya seperti pecahan kaca yang telah retak dan sulit untuk disatukan, setiap bagian kecilnya bisa dengan mudah melukai orang. Namun malam ini sangatlah berbeda dari biasanya. Alyea yang biasanya mengamuk kini sangat tenang dalam keheningan malam. Ia tidak perlu takut,menangis dan marah karena penglihatannya yang belum ia sadari dan tidak pernah ia temui seumur hidupnya didunia nyata ini. Alyea menikmatinya karena ia tidak hanya mulai bisa mengendalikannya tapi karena ia juga mulai mengetahui dunia lainya dan yang paling terpenting untuk pertama kalinya ia bisa melihat dengan jelas seperti apa kehidupan para pelindungnya yang ingin mengatakan sesuatu namun masih belum bisa berkomunikasi dengannya.
Tidak seperti sebelumnya Alyea hanya bisa berbicara dengan pelindung itu tanpa ada balasan dari mereka. Mereka hanya mendengarnya dan menatapnya mirip hanya seperti patung yang terus mengikutinya. Kali ini pelindung itu bisa merespon apa yang dikatakan Alyea namun mereka hanya bisa menjawabnya lewat mimic wajah mereka tanpa mengatakan sepatahkatapun. Alyeapun bisa melihat dengan jelas ada yang ingin mereka katakan padanya tapi sepertinya itu masih sulit bagi mereka ataupun Alyea karena ia juga sulit untuk menebaknya hanya dengan melihat mimik wajah mereka. di Dunia lainpun Alyea tidak bisa berbuat apapun, ia hanya bisa melihat namun tidak bisa bertindak. Alyea bisa melihat semua yang terjadi didunia lain itu tapi Alyea tidak bisa terlihat oleh semua orang yang berada didunia lain itu, sekedar untuk menolong anak kecil yang tersungkurpun Alyea tidak bisa melakukannya.
Perjalanannya kali ini cukup jauh dan melelahkan, ia yang dikawal tiga pelindung diajak pergi kesemua tempat. Perumahan penduduk, kebun, sungai, bahkan sebuah istana. Alyea bisa berjalan dengan sepuasnya melewati apapun bahkan sekelompok musuh yang sedang menyiksa orang-orang. Api berkobar dimanapun. Tangisan dan teriakan memenuhi penuh gendang telinganya. Hanya satu orang yang tertawa dengan kencangnya seakan puas dengan kekejaman yang telah ia perbuat tanpa ada rasa kasihan atas penderitaan yang sedang terjadi. Langkah kaki Alyea tidak kuasa untuk berjalan lebih jauh untuk melihat kekejaman itu. Alyea ingin kembali namun ia tidak bisa sepertinya waktu masih belum mengizinkannya untuk kembali. Meski begitu Alyea juga masih menginginkan jawaban dan tujuan dari MEREKA yang terus mengkutinya. Sepertinya masih ada tempat yang harus ia lihat dan kunjungi.
Dengan nafas yang terengah-engah sampailah Alyea disebuah gubuk kecil yang jauh dari istana ataupun penduduk. Sebuah gubuk yang sangat terpencil didalam hutan belantara yang banyak dikelilingi pepohonan yang besar dan lebat. Bebatuan besar dan pepohonan yang lebat banyak diselimuti oleh lumut. Udara didalam hutan inipun sangat lembab dan cukup sejuk namun tetap saja suasana yang terasa sangat mengerikan. MEREKA itu mengantarkan Alyea masuk kedalam gubuk yang hanya disinari dengan sebuah pencahayaan sederhana. Cahaya yang berasal entah dari apa. Mirip seperti lilin tapi tidak seperti lilin. Melainkan cahaya itu berasal dari sebuah pohon kecil kering tanpa daun dengan api yang tenang dilindungi oleh ranting-ranting yang membentuk seperti kuncup yang melindungi api itu. Cahaya sangat terang untuk seukuran api kecil, didekat lampu itu ada sebuah tempat tidur terbuat dari kayu tua. Namun satu yang menjadi perhatiannya ia melihat sebuah lukisan usang yang tidak terlalu jelas. Difoto itu ada dirinya sedang duduk dengan gaun yang indah dan seorang lelaki yang gagah berdiri disampingnya. Alyea tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya. Alyeapun mulai berpikir apa itu dirinya di masa sebelumnya atau hanya mirip tapi yang ada dibenak hanya ada satu pertanyaan. Sama seperti sebelumnya Alyea tidak tahu untuk apa semua itu ditunjukkan pada dirinya jika dirinya sudah merasa tenang dan bahagia dimasa sekarang.
Tanpa ia ketahui Alyea berada didunia tempat ia berasal. Tempat dimana seharusnya ia berdiri dan melihat kejadian sebenarnya yang sedang terjadi. Tempat bermain dan tempat dimana ia harusnya hidup. Bukan tanpa alasan Alyea berada didunia yang tidak seharusnya. Alyea memiliki tanggung jawab yang harus ia pikul demi masa depan rakyat dan dunianya. Dan kini Alyea yang belum mengetahui apapun untuk mencari cara masuk kedunia asalnya dan mematahkan pelindung yang terkena kutukan hanya untuk melindungi Alyea dari musuh apapun dan tidak membiarkan Alyea terluka sedikitpun.
Alyea merasakan kesedihan, ketakutan dan kekejaman dari dunia yang dilihatnya. Itulah yang selalu Alyea lihat sedari ia kecil. Alyea diberi penglihatan hanya untuk mengingatkannya namun justru itu menakutinya dan membuat dirinya dijauhinya oleh teman dan lingkungannya. Tapi kini sudah terlihat jelas dan terekam dalam otaknya. Semua ini terjadi padanya karena ada sesuatu yang harus ia lakukan dan itu tugasnya untuk mencari jalan agar ia bisa membantu dunia yang selama ini tidak diketahuinnya
Alyea memakan waktu yang cukup lama hanya untuk duduk. Lebih lama ketika ia mengamuk. Wilmapun sudah lelah karena terus terbangun selama 4 jam. Waktu didinding hampir menunjukan jam 03.00 pagi tapi Alyea masih belum sadar juga. Tidak hanya Alyea yang membuatnya khawatir tapi lingkaran yang berada dipunggung Alyea yang selalu memancarkan warna kuning keemasan yang terang dan semakin lama semakin menciut. Wilma sudah duduk,berdiri, tiduran namun tetap Alyea tidak kunjung membuka matanya. Wilma tidak berani mengganggu Alyea. Ia takut salah jika tindakannya justru membuatnya Alyea tidak bisa kembali. Sedangkan Zen ikut-ikutan pelindung itu duduk bersila dengan tenang meski ia tidak bisa mendapatkan apapun. Wilma duduk dibelakang Alyea sembari memperhatikan lingkaran yang semakin lama semakin mengecil dan menghipnotisnya yang membuatnya mengantuk. Disusul Zen yang hanya mengangguk-anggukkan kepala sesekali menyentuh mereka, melakukan apapun yang ia inginkan dan entah apa yang ia dapatkan.
"Wilma... Wilma... " Seseorang memanggil namanya dan membuat Wilma yang sedang mengantuk.
"Siapa kau?" Tanya Wilma terkejut melihat sosok wanita tua.
"Ambillah ini" ucap wanita tua itu lalu menghilang.
Wilma langsung terperanjat bangun. Bahkan ia tidak tahu kapan ia tertidur. Sedari tadi Wilma fokus melihat Alyea dan menahan kantuknya. Dihadapannya kini lingkaran yang berada dipunggung Alyea semakin membesar lalu perlahan mengecil tidak beRaturan. Wilma yang tidak mengetahui apa itu merasa khawatir dan menggoyang-goyangkan tubuh Alyea sampai ia benar-benar terbangun.
"Alyea ada apa denganmu? Mengapa kau menangis?" tanya Wilma yang langsung dipeluk Alyea. "Ya tuhan ... "
“Hah… tadi diam sekarang menangis” ucap Zen.
“Dasar hantu tidak tahu keadaan, untung dia tidak bisa melihat dan mendengarmu?” gumam Wilma.
“Kau galak sekali jadi wanita, pantas tidak ada yang mau mendekatimu kau lebih mneyeramkan dari Raja hantu. jelaslah aku tidak tahu keadaan bagiku waktu sama saja. karena tidak ada yang berubah dariku” kesal Zen
Wilma kaget karena untuk pertama kalinya ia bisa melihat dengan jelas apa yang ada dihadapannya. Pelindung itu benar-benar sangat jelas dimatanya. Pelindung yang selama ini melindungi Alyea sangatlah cantik, tampan, kuat dan terlihat tangguh. Wilma tidak pernah menyangka akhirnya ia bisa melihat sosok sesunguhnya dari para pelindung Alyea yang membuatnya penasaran dan kesal karena tidak kunjung bisa melihatnya. Wilma takjub melihat mereka bertiga. Sama halnya dengan Alyea, Wilma pun hanya bisa melihat mereka tanpa bisa berinteraksi dengan mereka. jika pelindung itu benar-benar hantu, seumur hidupnya baru kali ini ia melihat hantu yang gagah, dan tampan yang membuatnya tidak bisa berkedip. Zenpun masih tergolong jauh dari sempurna tapi setidaknya dari semua hantu yang selama ini ia lihat dan diajak berteman hanya zen saja yang lebih baik dari semuanya.
"Sebaiknya kau beristirahat Alyea" ucap Wilma merebahkan tubuh Alyea di tempat tidurya namun tatapannya tidak bisa berkilah dari pelindung Alyea itu.
“Tidak… aku harus cepat kembali?” ucap Alyea kekeh dengan sifatnya.
“Kembali…?” Wilma bingung dengan maksudnya Alyea. “ini rumahmu Alyea”
“Rumah yang lain Wilma. Disana sedang membutuhkan pertolonganku. Mereka semua menderita dan terus menangis” isak Alyea
Wilma tidak mengerti dengan maksud Alyea tapi pagi yang hampir menjelang membuat Wilma harus cepat kembali kekamarnya sebelum Mak Et kehilangan dirinya dan mencarinya sejagat raya. Melangar peraturan adalah cara dia mencari kebahagiaan apalagi jika itu larangan yang datang dari kedua orang tuanya. Tapi Wilma tahu betul, sebanyak apapun Wilma berulah yang akan mencarinya bukanlah orang tuanya melainkan para pelayan dan bawahan yang akan sibuk mencarinya dan pastinya kena omel kedu orangtuanya.
Orang tua Alyea sudah terbangun dan melihat keadaan anaknya yang masih menangis lalu memeluknya. Wilma menjelaskan semua yang telah terjadi dan Wilma langsung pamit pulang dan belari secepat mungkin kerumahnya. Wilma yang lari terengah-engah masih memikirkan yang dimaksud Alyea. Wilma tidak mengerti “rumah” apa yang ia maksud. Meski Wilma tahu ia sering berpindah-pindah tidak mungkin semua rumah yang pernah ia tinggali menjadi miliknya. “Penderitaan dan ketakutan” membuat Wilma bingung dan langkah kakinya seakan ingin balik lagi kerumah Alyea tapi itu tidak mungkin jika Wilma tidak kembali kerumahnya ia bisa dijaga ketat oleh pagar besi yang dikirim ibunya jika membuat ulah lagi.
Brukkk… Wilma yang berlari terburu-buru tidak mengetahui jika ada seseorang yang masih berjalan dipagi buta seperti ini.
“Harsa… sedang apa kau pagi buta diluar rumah?’ Tanya Wilma terkejut karena menabrak Harsa.
“Ini kebiasaanku. Setiap hari aku sering bangun jam 04.00 pagi lalu aku keluar rumah daripada didalam kamar aku bosan” ungkap Harsa.
“Ohhh… kebiasaaan apa kebiasaaan” goda Wilma menaikkan sebelah alisnya.
“Apa maksudmu?” ucap Harsa aneh melihat tingkah Wilma.
“Sejak kapan kau memiliki kebiasaan seperti ini. seumur hidupku mengenal dirimu aku tidak pernah tahu kau sering keluar rumah jam segini. Kau sedang memperhatikan si…” Wilma menunjuk rumah Alyea dengan menggunakan kepalanya
“Memangnya aku harus absen kepadamu jika ingin keluar! Tanya saja pada hantu-hantumu jika mereka juga berkeliaran jam 04.00 pagi atau lebih”
“Dia jujur” ujar Zen.
“Diam kau” bentak Wilma pada zen dan meninggalakan Harsa.
“Dasar wanita aneh” Harsa geleng-geleng kepala.
Angguk Zen pada Harsa meski Ia tahu Harsa tidak bisa melihatnya.
Wilma tiba-tiba kembali kepada Harsa, “Apa yang katakan? Kau memanggilku wanita aneh!”
“Temanmu sebenarnya hantu atau setan. Bahkan mereka juga mengadu yang ku katakan” Harsa heran.
“Yang terlihat itu justru yang paling menakutkan” ucap Wilma dan langsung lari terbirit-birit menuju rumahnya melihat langit yang semakin menguning.
Wilma kembali memikirkan cara untuk kembali kekamarnya. Kali ini tidak seperti di rumah Alyea ataupun Tami. Disamping kamar Wilma tidak ada pohon besar yang bisa ia gunakan memanjat yang ada hanya tanaman hias. Wilma mencari akal dan melakukan apapun yang penting ia bisa masuk kedalam rumahnya.
“Bagaimana kau bisa masuk kekamarmu? Jam segini si bibi sudah bangun” ujar Zen menakuti-nakuti Wilma.
“Apapun itu aku harus mencari cara” Wilma tergesa-gesa.
“Aku duluan. Dahhhh…”
Zen dengan santai dan senyuman ejeknya bisa langsung masuk menembus apapun dan terbang membuat Wilma jengkel karena tidak bisa melakukan hal itu. Zen yang seharusnya membantu malah membuatnya bertambah kesal. Wilma berkeliling rumah berharap menemukan sesuatu untuk masuk ke dalam rumahnya. Zen yang seharusnya sudah berada dikamar justru kembali lagi dan melayang-layang santai sembari mengikuti langkah Wilma yang wara wiri. Wilma beruntung setelah beberapa menit berjalan dibelakang rumahnya akhirnya Wilma melihat celah kecil dari kamar mandi yang biasa digunakan oleh Mak Et itu. kamar mandi yang tidak terlalu tinggi itu masih bisa diraih oleh Wilma dengan bantuan barang bekas seadanya yang sudah tidak terpakai.
“Arrggghhhh… ya ampun Non!” sang bibi terkejut ketika ia membuka pintu kamar mandi. “Sedang apa Non disitu?”
“Mak… pangil saya Wilma jangan nona ataupun putri. Oke” Wilma langsung berlalu begitu saja dari Mak Et, takut Mak Et banyak bicara dan melancarkan semua pertanyaan yang tidak ingin dijawabnya.
“Sejuk Ma, kalau lagi banyak pikiran Kamar mandipun berasa Aromatheraphy” ujar Zen
Jantung yang masih berdegup kencang membuat Wilma harus menenangkan dirinya terlebih dahulu. Melancarkan peredaran darahnya dan pikirannya yang ketakutan jika tidak datang tepat waktu.
“Zen ada apa denganmu? Meski aku jarang menggunakan otakku tapi aku juga tahu kau tidak pernah berpikir” Tanya Wilma dengan nafas yang masih terengah-engah.
“Aku hanya bingung saja…” jawab zen sembari memegang dagunya dan melayang sana sini
“Hahh.., hantu juga bisa bingung dengan hal lain. Kau jangan terlalu banyak bingung kau saja sudah kesulitan mencari kesalahanmu yang membuatmu selalu tinggal didunia ini” ujar Wilma meledek.
“Aku sedang tidak becanda. Aku bingung dengan pelindung Alyea. Apa mereka benar-benar hantu?” ujar zen mengerutkan keningnya.
“Memanganya kenapa?”
“Mereka tidak merasakan hawa keberadaanku. Mereka seperti tidak melihatku?”
“Berarti kau seharusnya berada lebih darinya”
“Jika itu memang benar, seharusnya ketika aku mencoba menampakkan diriku didepan mereka seharusnya mereka bisa melhatku tapi seolah-olah diriku tidak ada disana?”
“Apa yang kau lakukan bukankah hal itu dilarang?”
“Oleh karena itu aku hanya menunjukkan sekali didepan mereka tapi mereka tetap tidak bisa melihatku. Dan ku yakin mereka bukanlah hantu karena merekapun tidak saling berinteraksi satu sama lain. aku yakin mereka manusia”
“Dan aku juga merasa tidak yakin sebenarnya kau hantu atau bukan” Ledek Wilma. “Tapi bagaimna mungkin. Jika mereka manusia seharusnya Tami dan Harsa bisa melihat mereka”
“Itu yang sedari aku pikirkan siapa mereka sebenarnya?”
“Kenyataannya mereka lebih tampan darimu? Hahhahahhha…” Wilma tertawa terbahak-bahak.
Zen memasang wajah kecut mendengar ucapan Wilma.
“Aku mengerti, aku tahu. Kau benar, mereka memang benar manusia” jawab Wilma sumeringah.
“Kau yakin?”
“Mengapa kau bertanya padaku kan kau juga menyakini hal itu. ketika Harsa mengatakan terkutuk mereka langsung bersikap aneh. Aku yakin mereka manusia yang dikutuk. Oleh karena itu mereka tidak bisa melihatmu dan Tami juga tidak bisa melihat mereka begitupun aku yang samar-samar. kini aku mengerti rumah yang dimaksud Alyea sepertinya rumah itu adalah tempat asal mereka. Kau benar…” Wilma bersemangat dan berapi-api karena akhirnya setelah sekian lama baru kali Wilma bisa menyimpulkan sesuatu yang menurutnya masuk akal.
Wilma sesegera mungkin menuju rumah Alyea dengan tergesa-gesa namun ia mengurungkan niatnya setelah melihat jam didinding yang masih menunjukan enam pagi. Wilma yang bersemangat tidak merasakan kantuk dan langsung pergi kesekolah. Disekolahpun Wilma tidak bisa berkonsentrasi karena memikirkan semua yang sedang bergejolak didalam pikirannya, Wilma terus menerus melihat jam tanganya yang serasa berabad-abad untk menunjukan pukul 13.00 siang. Tami hanya menatapnya dengan aneh. Seumur hidupnya mengenal Wilma. Wilma tidak pernah sediam ini mengikuti pelajaran dengan pasrah tanpa eksis dan mengganggu anak lainnya seperti temannya Harsa. Tami yang bingung terus memperhatikan Wilma sampai pulang sekolah.
“Wilma…” teriak Tami.
“Tami, ayo cepat kita ke rumah Alyea?” Wilma langsung menarik lengan Tami.
Tami binggung melihat tingkah aneh Wilma yang tidak biasanya “Kenapa dengan Alyea. Apa ia semakin parah?”
“Aku tahu kau akan memberikanku pertanyaan. Lebih baik kita langsung pergi kerumah Alyea saja” Wilma langsung memasukkannya kedalam mobil menuju rumah Alyea.
Tami masih bingung dan bertanya-tanya dari pagi ia masuk sekolah dan sampai saat ini. Tami membendung semua pertanyaan sampai di rumah Alyea. Wilma dan Tami mengetuk pintu disusul dibelakang Harsa yang tiba-tiba datang tanpa diundang dan ikut-ikutan sibuk seperti mereka.
“Kalian…” ucap Alyea membuka pintu.
”Kau tidak apa-apa” Tami langsung menyentuh Alyea dan memeriksanya dari atas kebawah. Tami takut kejadian sebelumnya terjadi lagi
“Aku baik-baik saja Tami” ucap Alyea tersenyum.
“Ada apa denganmu? Mengapa hari ini kau terlihat berbeda sekali” kata Tami yang tidak biasanya melihat kondisi Wilma yang tenang.
Mereka semua masuk kedalam rumah Alyea. Bahkan Wilma tidak henti-hentinya memandang wajah prajurit pelindung itu. Wilma merasa dirinya telah dekat untuk memecahkan kasus ke tiga pelindung itu tapi entah mengapa rasanya sangatlah jauh dan sulit untuk ditempuh.
“Aku merasa aku telah gila. Tapi kisahmu cukup menarik rasanya untuk dilewatkan. Rasanya aku ingin terus mengikutimu sampai akhir. Jujur… Aku seperti orang yang tersesat” keluh Harsa.
“Hahhhh…” teriak Wilma dan Alyea.
“Apa…? kenapa…? mengapa kalian selalu berteriak?” aneh Tami yang kesal karena sikap mereka berdua yang selalu heboh berdua.
“Aku juga tidak memgerti mengapa mereka selalu berteriak” tambah Harsa.
“Mereka bergerak lagi…” ujar Wilma.
“Lalu… kenapa kalau mereka bergerak lagi bukanlah tidak ada yang bisa kita lakukan” ujar Tami.
“Kau benar, tapi sepertinya aku harus mencari sesuatu untuk membebaskan mereka” ungkap Alyea.
“Apa maksudmu?” Tanya Tami.
“Mereka sebenarnya manusia seperti diriku tapi mereka harus menerima kutukan untuk melindungiku dan kini mereka ataupun diriku telah tersesat kedunia kalian” ujar Alyea.
Tami menyunggingkan bibirnya, “Dunia kalian! lalu kau dari dunia mana?”
“Aku hanya meminjam tubuh ini untuk bertahan hidup”
“APPAAAAAAA…”
“Aku membutuhkan kalian semua” pinta Alyea.
“Pikiranku mengapa tidak enaknya?” ucap Tami menatap Alyea.
“Sepertinya sama denganku” angguk Harsa berkali-kali yang aneh mendengar ucapan Alyea.
Alyea sangat mengerti jika teman-temannya merasa aneh ataupun bingung dengan yang ia ucapkan. Tapi hanya kepada mereka, Alyea bisa meminta bantuan. Seharian Alyea melihat semua dunia yang telah membuatnya menyerah dalam hidup. Kini Alyea sudah mengerti dan tinggal mencari cara untuk masuk kedalam dunianya, ia sudah mendapatkan petunjuk meski itu hanya sedikit karenanya ia ingin mencobanya. Meski tidak masuk akal, Alyea menceritakan semuanya yang ia lihat dan yang telah ia pelajari meski itu hanya sedikit. Perjalanan Alyea didunia lain itu membuatnya semakin yakin untuk ikut campur ke dalam dunia yang seharusnya tidak ia kunjungi dan karena alasan itu Alyea terpaksa dikeluarkan dari dunianya sendiri.
“Aku tidak akan memaksa kalian jika kalian tidak mau” ujar Alyea menunjukan rasa sedihnya.
“Jujur saja aku tidak tahu harus berkata apa?” ucap Tami masih menganggap semuanya gila.
Tami masih belum mempercayai semua yang telah terjadi dan yang telah ia dengar dari kedua temannnya itu. ia juga bukannya tidak mau membantu tapi ia tidak yakin dengan yang akan ia lakukan karena pemikirannya yang bersebrangan. namun Tami tidak ingin membuat Alyea bersedih, terlihat dari raut wajahnya yang membutuhkan pertolongan. Tami berusaha dan mencoba untuk mengikuti alur mereka jika benar yang mereka katakan adalah kenyataan.
“Baiklah… Jika aku bisa membantumu mengapa tidak. Sama seperti yang kukatakan dulu. Mengapa kita dipertemukan saat ini karena mungkin kau lebih membutuhkanku sekarang” Tami mengenggam tangan Alyea meski iapun masih belum tahu apa yang sebenarnya maksud ucapan Alyea.
“Aku ikut…” ucap Wilma sumeringah tanpa basa-basi.
“Terima kasih” ucap Alyea sembari melirik Harsa.
Harsa yang melihat wajah Alyea seakan-akan tidak bisa menolak, “ oke baiklah… “
Alyea meminta mereka untuk berkumpul di trotar tempat ia menceritakan kisahnya pukul 19.00 malam. Alyea sangat membutuhkan bantuan dari mereka karena hanya mereka teman yang ia percayai. Alyea akan melakukan aksinya sebagai penghuni sesungguhnya dari dunia yang telah membuatnya ketakutan. Alyea sudah tahu mengenai semua tentang dirinya dan kejadian yang telah menimpa dirinya selama ini. Alyea tahu yang akan dilakukannya pasti memerlukan perngorbanan dan perjuangan. Dalam lubuk hatinya Alyea masih sedikit bimbang, Alyea takut jika terjadi sesuatu pada teman-temannya tapi Alyea tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.
Sampai saat ini Alyea masih merahasiakan semua tentang dirinya dari kedua orang tuanya, Alyea takut mereka akan bersedih setelah mereka mendengar penjelasan yang sesungguhnya. Alyea tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika orang tuanya sampai menangis, cukup sudah bagi Alyea yang selalu membuat orang tuanya bersedih. Alyea ingin sekali melakukan hal itu seorang diri, tapi ia tahu itu semua tidak mungkin. Oleh karenanya Alyea membutuhkan bantuan teman-temannya meskipun ia juga tahu betapa besar resiko yang akan didapatkannya.