Loading...
Logo TinLit
Read Story - TRISQIAR
MENU
About Us  

 

09. JAWABAN

Alyea yang sebentar lagi berumur 17 tahun mulai melihat dengan jelas semua yang tidak pernah ia lihat baik itu film TV ataupun buku-buku yang sering ia baca. Ia mencoba untuk mendapatkan kebenaran tentang dari penglihatannya lewat media apapun yang penting ia mendapatkan informasi yang di inginkan meskipun itu mustahil ia dapatkan karena selama ini ia tidak pernah sekalipun mendapatkan petunjuk. Sebelumnya Alyea menganggap itu hanyalah mimpi, mimpi yang selalu sama dan pastinya itu terlalu nyata untuk dijadikan sebuah mimpi. Alyea benar-benar merasakan ketakutan dan sering mengamuk akibat penglihatannya dan terkadang membuatnya terluka. MEREKA itu seolah-olah menunjukkan kepada Alyea dunia yang penuh dengan kesedihan, ketakutan dan penderitaan semuanya hampir terlihat gelap. Mayat berserakan dan api bertebaran dimana, bahkan prajurit yang terlihat  gagah dan berani justru membantai penduduk yang lemah.

Yang lebih mengejutkan lagi bagi Alyea prajurit bak ksatria itu semuanya adalah wanita yang kuat bahkan mereka bisa bertarung dengan prajurit laki-laki. Banyak ksartria yang mati dan kalah oleh prajurit wanita yang hanya berjumlah sekitar 20 orang dan 1 orang pemimpin. Pemimpin itu tidak kalah garang dan menyeramkan dari seorang laki-laki. Dan Alyea yakin salah satu prajurit dari wanita itu adalah yang selalu mengikutinya. Setiap penglihatannya, Alyea seperti sedang dikejar-kejar, disiksa, bahkan diseret ke suatu tempat dan dibiarkan bertarung dengan hewan buas yang membuat tangan Alyea mengalami luka parah dan sobek ketika itu. Oleh karena itu MEREKA yang biasa melindungi Alyea justru tidak bisa melindungi Alyea didunia yang tidak diketahui oleh Alyea. Karena Alyea disuguhkan kejadian yang sesungguhnya dari sebuah dunia yang sebenarnya adalah tempat asal Alyea. Alyea lelah karena apa yang terjadi pada dunia itu Alyea merasakannya langsung dan tidak bisa ia lupakan. Tubuhnya letih, lelah dan penuh luka yang membuatnya sering sekali pingsan setelah melihat semua itu.

Setelah semakin besar, Alyea mulai sering mengamuk setiap bulannya yaitu bulan ketiga setelah bulan purnama. Dikarenakan malam itu adalah malam seseorang yang dipenuhi amarah, hilangnya seseorang dan lahirnya seseorang. Alyea memang belum mengetahui semuanya tapi Alyea ingin sekali membantu dunia yang penuh dengan penderitaan. Tapi Alyea tidak mengetahui tempat itu memang ada atau hanya dalam penglihatanya saja. Sampai saat ini Alyea belum mengetahui jika ia terhubung kedunia tempat ia berasal. Alyea ingin mengetahui kejadian yang sesungguhnya yang sedang menimpa dirinya tapi sebenarnya sebuah kesalahan jika Alyea benar-benar mengetahui siapa dirinya dan memaksakan dirinya untuk memasuki dunia yang sesungguhnya.

Agra dan Liya mulai menerima semua yang diceritakan oleh Alyea setelah Wilma menceritakan kejadian yang mulai masuk akal dan sama dengan kejadian yang selama ini mereka alami selama kebersamaannya dengan Alyea. Agra dan Liya mencoba membantu Alyea untuk mendapatkan jawabannya dan satu-satunya jalan adalah mencari nenek yang ketika itu memintanya untuk memberi nama “Liarnoc” nama yang aneh didengar dan dibenci Alyea. Alyea juga mencoba bekerja sama dengan orang tuanya namun tidak ada hasilnya. Sampai saat ini Alyea dan orang tuanya mencoba untuk menjalani hidup normal seperti yang lainnya namun tetap berusaha untuk mencari jalan keluarnya

Liya yang masih merasakan kekhawatiran dalam diri Alyea sudah mulai merasa lega karena Alyea mendapatkan teman yang baik dan bisa menerima anaknya, meski ia masih sering melihat pandangan temannya yang aneh kepada anaknya termasuk Tami. Liya melihat hal itu diwajah Tami, tapi Liya tidak mempermaslahkan hal itu karena Tami selalu baik dan membantu Alyea sampai rela untuk menginap dan menemani anaknya. Yang dilakukan Tami tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Liya dulu.

Alyea yang beranjak dewasa mulai sulit dikendalikan, bahkan Alyea sendiri juga sulit mengendalikan dirinya sendiri yang membuat orang tuanya kewalahan. Alyea sudah mencoba untuk melawan semua yang ia lihat bahkan menutup mata berharap itu semuanya mimpi buruk. Tapi hal itu tidak mempan jika Alyea hanya diam dan menutup mata yang ada Alyea semakin sakit karena siksaan itu. Alyea sudah positif untuk mencari nenek yang dikatakan sang ayah namun ia tidak tahu harus mencari kemana lagi. Selama Agra berpindah kemanapun, bahkan pergi mencarinya orim tidak mendapatkan apapun.

Tok… tok.. tok… seseorang mengetuk pintu.

“Ehh… nak Tami?” sapa Liya. "Kemana saja?"

"Ada tugas tante" Jawab Tami. “O ya tante…bagaimana kabar Alyea?” Tanya Tami kawatir dengan Alyea.

“Dia sedang ada dikamar, masuk saja”

Liya mempersilahkan Tami  yang ketika itu datang seorang diri mengunjungi anaknya yang masih beristirahat didalam kamar.

“Hey Alyea…” sapa Tami mengetuk pintu kamar Alyea yang sudah terbuka sebelumnya.

“Tami… masuklah” Alyea tersenyum melihat kedatangan Tami.

“Kemana dia?. Tidak biasanya dia tidak ada disini. Dia tidak datang kesini” Tanya Tami yang tidak melihat keberadaan temannya itu.

“Sama seperti dirimu yang tiba tiba menghilang. Entahlah sudah 2 hari aku tidak bertemu dengannya?”

“Lupakanlah dia. Bagaimana dengan kabarmu?”

“Sudah lumayan baikan”

Kedatangan Tami kerumah Alyea sebenarnya untuk memastikan apa yang dilihat oleh Alyea ataupun Wilma. Tami masih belum percaya dan penasaran dengan semua yang terjadi pada Alyea.

“Alyea. Apa kau benar-benar melihat mereka bertiga dengan jelas?” Tanya Tami pelan tidak ingin menyinggung Alyea.

“kau benar aku bisa melihat mereka, hanya saja mereka tidak bisa berbicara, mereka hanya sebatas melindungiku saja” jawab Alyea.

“Ketika Harsa menganggumu, apa benar mereka melindungimu?”

Angguk Alyea. “ia hanya melempar sebuah kertas”

“Apakah mereka juga membawa senjata?”

“Ya, mereka membawa senjata tapi mereka tidak menggunakan senjata untuk melindungiku. Mereka hanya menggunakan tangan kosong. Kalaupun ada orang yang ingin memukulku dengan benda tumpul ataupun tajam itu tidak akan berarti untukku”

“Tapi apakah mereka terluka karena melindungimu? Bukankah benda tajam harusnya melukai mereka” Tami terus menerus bertanya kepada Alyea yang bersandar.

Geleng Alyea, “ Tidak, mereka tidak terluka, tertusuk atau apapun itu meski harus melewati api sekalipun. Aku juga tidak mengerti, jangankan orang lain diriku saja tidak tahu. oleh karena itu aku bisa melawan api ketika aku menyelamatkan bayi”

“Tapi apa kau sebelumnya pernah seperti ini?”

“Pantas kau menyukai semua yang berhubungan dengan profesimu disekolah” senyum Alyea mendengar begitu banyak pertanyaan dari Tami.

Mereka berdua mengobrol tertawa dengan lepas. Pertanyaan dari Tami tidak ada habisnnya, Tami masih penasaran dengan keadaan Alyea.

“Maaf aku hanya tertarik saja dengan kisahmu itu?” Tami menggaruk kepala.

“Dari aku kecil aku hanya bisa melihat. Tapi kini Aku sering sekali mengalami hal itu, bahkan aku menangis bukan karena aku terluka tapi karena aku tidak kuasa menahan apa yang kulihat. Semua itu begitu menakutkan bahkan untuk orang tua sekalipun. Dan ini adalah kesekian kalinya aku melihat darah yang keluar dari tubuhku dari kejadian yang kulihat”

“Kau pernah melakukan hal yang menantang maut?”

“SEring sekali tapi itu semua tidak berarti bagiku” senyum Alyea.

“Benar juga. Kau seharusnya beruntung atau tidak Alyea”

“Entahlah…”

Tami dan Alyea melanjutkan perbincangan dengan sangat seru tanpa kehadiran Wilma yang biasanya selalu ada dan tidak pernah tertingggal, entah mengapa kini Wilma justru absen tanpa kabar dan menganggu Tami.

“Tami,maafkan aku?” Alyea menggenggam tangan Tami.

“Minta maaf” Tami mengerutkan kening. “Minta maaf untuk apa?”

“Ku dengar karena keberadaanku kau dan Wilma menjadi renggang”.

Tami menghembuskan nafasnya dan tertawa sinis. “Ayolah Alyea. Kau jangan mudah terpengaruh dengan ucapan orang. Sebenarnya karena pikiran mereka sendiri yang membuat mereka selalu mencurigai orang lain dan akhirnya mereka tidak percaya pada diri mereka sendiri. bukankah aku, kau, Wilma ataupun Harsa sudah berteman hampir 2 tahun. Mengapa hal itu baru dibahas sekarang”.

“Wilma pasti senang memiliki teman yang selalu berpikir positif”. Ucap Alyea.

“Selalu berpikir positif???” Tami diam dan berpikir sejenak. “Rasanya tidak juga. Alyea kau jangan terlalu mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Jika kita meninggalkan teman mungkin saja dia sedang mencari sesuatu. Kita tidak akan pernah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh kepala orang. Jangankan orang lain, orang terdekatpun seperti keluarga kita tidak mengetahuinya. Hanya saja Wilma memang sedang sibuk sendiri, kami masih mengobrol bahkan ia terkadang tiba-tiba bertengger dipohon dekat rumahku”

Alyea tersenyum lagi  mendenggar apa yang dikatakan oleh temannya. Wilma beruntung memiliki teman seperti Tami yang bisa mengerti dirinya. “Andaikan aku bisa menemukan sepertimu lebih awal”

“Mungkin sekarang kau akan lebih membutukanku dibandingkan dulu" ungkap Tami dengan bangganya. "Tapi Ada apa denganmu Alyea, mengapa wajahmu terlihat sedih?”

“Ayahku menceritakan sesuatu yang membuat aku ingin mencari kebenaran itu”

“Apa itu?”

“Tentang Siapa mereka yang selalu mengikutiku”

“Apa…” Tami terkejut tentang apa yang dikatakan Alyea. Tami mencoba untuk tidak terpengaruh kepada hal itu. “Maksudmu…?”

Alyea menceritakan semuanya kepada Tami sama persis dengan yang diucapkan ayahnya. Tami semakin tidak percaya kepada hal itu. tapi cerita itu begitu menarik perhatiannya jika benar. Tami mencoba untuk mendengarkan apapun yang Alyea katakan meski pikirannya menolaknya tapi godaannya begitu menarik perhatinnya.

“Mengapa kau tidak meminta bantuan Wilma saja?” Tanya Tami.

“Aku pikir juga begitu. Tapi bagaimana caranya, ayahku sudah tidak mengingat wajah nenek itu?”

“Kalau nenek itu ada hubungannya dengan MEREKA, seharusnya nenek itu juga sama seperti mereka kalaupun tidak sepenuhnya pasti ada yang membedakan antara nenek itu dan manusia sepertiku”

Alyea langsung terbangun dari tidurnya dan duduk. “Kau benar juga. Bagimana kalau sekarang kita kerumahnya”.

“Kau yakin. Kau sedang tidak sehat Alyea” Tami merasa khawatir.

“Lebih cepat lebih baik…” Alyea sumeringah.

“Kalau kau memaksakan diri pasti kau cepat menyusul ke sisi tuhan bukan ke nenek itu” ucap Wilma dengan santainya menyenderkan tubuhnya di pintu kamar Alyea.

Wilma akhirnya datang diwaktu yang tepat dan dibutuhkan. Wilma masuk kedalam kamar dan duduk disebelah Alyea berbaring dengan santainya. Alyea yang sudah mengetahui tentang Wilma tidak mempermasalhahkan Wilma yang hampir semua tempat  ia anggap rumahnya sendiri meskipun itu ditempat umum bahkan iapun tidak memperdulikan teman yang berada disebelahnya yang merasakan malu karena berada disampingnya.

Dengan keberadaan Wilma, semuannya sudah lengkap. Alyea dan Tami menceritakan semua kisah yang dialami oleh ayahnya ketika hari Alyea dilahirkan. Tentang seorang nenek yang entah datang darimana dan alasannya untuk memberi nama “Liarnoc” pada Alyea. Mendengar kisah Alyea, Wilma langsung menyimpulkan jika itu adalah sebuah pesan atau pertanda untuk Alyea ataupun ayah Alyea yang harus dilakukan. Wilma pun yakin jika semua yang terjadi pada Alyea akan selesai jika semuanya terungkap, dan kunci satu-satunya adalah nenek itu yang entah datang darimana, atau ia hanyalah  pembawa pesan.

Alyea dan Tami mulai mengerti yang dimaksud oleh Wilma dan itu mungkin saja benar. Ada pesan dibalik nama itu. Tami mengusulkan untuk mencari apa arti dari nama itu. Tami mencoba menginggat nama ‘Liarnoc” dari segi sejarah. Tami kembali kerumah dan mencari semua buku sejarah yang ada ataupun buku-buku usang, sampai ia bertanya kepada ibunya tapi itu semua sia-sia. Tami tidak pernah mendengar nama yang tedengar sepertinya dari bahasa asing. Wilma mencari nama itu lewat Ponsel pintarnya dengan signal yang pas-pasan setidaknya itu bisa membantu meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama. Baik itu lewat internet ataupun buku mereka tidak mendapatkannya. Mereka bertiga kembali berkumpul dan memikirkannya.

“Apa yang sedang kalian lakukan?” Harsa tiba-tiba datang.

“Aku sedang bingung dengan Alyea” ungkap Tami

“Hal itu memang sungguh membingungkan dan sulit dipercaya” angguk Harsa. “Kau seperti sedang kena kutukan Alyea.

“Hahh…” Wilma dan Alyea bertatapan membuat Harsa dan Tamipun bertatapan karena tidak tahu mengapa merea berdua mendadak seperti itu.

“Wilma…”

“Alyea…”

“Ada apa dengan mereka berdua?” Tanya Tami.

“Korban sinetron” ujar Harsa.

“Harsa apa yang kau katakan tadi?” tanya Wilma begitu sumeringah.

Harsa mengatakan dengan wajah yang tak karuan karena ulah Wilma dan Alyea yang mengejutkannya. “Korban Telenovela”

Geleng Wilma dan Alyea…

“Bingung…”

Geleng kembali Wilma dan Alyea

“Sulit dipercaya…”

Geleng Wilma dan Alyea lagi.

“Ku..kutukan…”

“benar itu… kutukan”  angguk Wilma dan Alyea.

“Kalian tidak ingin memberitahuku?” Tami kesal dengan tingkah mereka berdua.

“Mereka bergerak Tami…” ungkap Wilma.

“Mereka…? bukankah mereka bergerak setiap kali harus melindungi Alyea” Tami semakin bigung.

“Tidak Tami… mereka seperti merespon kata yang diucapkan Harsa tadi, seperti ada sesuatu dengan kata “kutukan” itu. mereka selalu bergerak. Pergerakan mereka seperti ingin mengatakan sesuatu pada Alyea” jelas Wilma.

“Kita harus cepat menemukan nenek itu” ujar Tami

“Jika nenek itu bertemu dengan Alyea sejak masih bayi. Bukankah ada kemungkinan jika nenk itu…” ucap Harsa jika nenek itu bisa saja sudah mati.

“Betul juga. Pasti kau bisa melihatnya Wilma kalau dia sudah mati”ujar Alyea.

“Heyyy…kalian ini mudah sekali mengatakan sesuatu… apa bedanya dengan kalian. Aku tidak tahu wajahnya bagaimana aku bisa mencarinya. Kalau nenek itu seperti mereka, mungkin aku bisa menemukannya karena dia pasti hanyalah sebuah bayangan. Tapi jika nenek itu hanyalah manusia biasa aku tidak bisa menemukannya. Dan kalaupun Zen atau hantu yang lain bisa melihatnya. Mereka pasti menganggap nenek itu manusia biasa atau hantu yang lebih rendah darinya. Karena mereka semua bisa melihatnya” teriak Wilma yang kesal dengan ulah temannya

“Benar juga” angguk Harsa.

“Mereka yang tidak terlihat bisa menampakkan dirinya sendiri tapi mereka yang terlihat tidak bisa menyembunyikan dirinya sendiri” ucap Wilma.

“Tapi apakah nenek itu tidak memberikan sesuatu pada ayahmu?” Tanya Tami yang mungkin bisa dijadikan sebagai petunjuk.

Alyea menggelengkan kepalanya. “hanya sebuah nama”

“Bagaimana kita mencari dengan triliyunan manusia dan hantu”

Mereka semua kembali terdiam dan berpikir untuk mencari jalan keluar yang sulit untuk dicari. Mereka seperti akan terperangkap untuk selamanya. Wilma menyayangkan karena ia tidak bisa melihat wujud yang sesungguhnya dari pelindung Alyea, jika saja Wilma bisa melihatnya mungkin hal itu bisa menjadi petunjuk untuk mencari mahluk lainnya. Zenpun tidak bisa membantu karena ia tidak bisa memberitahukan ciri-ciri apapun yang ada di pelindung itu.

Mereka semua tidak bisa berbuat apapun karena itu terlalu sulit untuk dipecahkan. Hari-hari berlalu begitu saja tanpa ada petunjuk apapun. Alyea mulai lelah dan membiarkan waktu itu mengalir seperti bisanya tanpa ada pencarian kembali. Tidak ada apapun yang bisa dijadikan petunjuk hanya kata “terkutuk” dan sang nenek yang bisa dijadikan petunjuk namun itupun terlalu jauh untuk dilampaui.

Tami mencoba untuk menerima hal itu, Wilma sibuk bertanya kepada teman-teman astralnya untuk mencari sesuatu yang berhubungan dengan pelindung Alyea meski Wilma tidak bisa melihatnya bentuk yang dilihat seperti Zen setidaknya nenek dan pelindung itu pasti memiliki kesamaan jika mereka bukanlah manusia ataupun hantu yang selama ini ia lihat.

Mereka bertiga masih sering bertemu meski tidak ada apapun yang dibahas. Alyea masih sering kumat dan kembali membuat orang tuanya khawatir. Tapi kali ini justru membuat orang tua semakin khawatir, Alyea yang biasa dikurung dalam kamar setiap kali sedang mengamuk selalu merusak dan terkadang menyakiti orang lain justru kini ia hanya diam tanpa terdengar suara apapun dari dalam kamarnya. Agra dan Liya mendekati bibir pintu dan mendekatkan telinganya namun yang terdengar hanyalah suara angin malam. Agra dan Liya merasakan keanehan kembali. Anak mereka Alyea tidak melakukan apapun, mereka sesegera mungkin membuka pintu dan melihat keadaan anaknya. Orim dan Liya melihat anaknya sedang duduk tenang bersila diatas tempat tidurnya dan menutup matanya dalam kegelapan yang hanya ditemani oleh cahaya rembulan yang masuk lewat jendela. Agra tidak mengerti dengan kelakuan anaknya kali ini, mereka berdua jalan perlahan mendekati sang anak yang benar-benar tenang dan tidak terusik.

“Alyea…” pangil sang ibu menyentuh pundak Alyea dari belakang.

Alyea hanya terdiam tanpa mengatakan satu patahkatapaun ia tetap tenang dalam duduknya seperti sedang bermeditasi dan menelusuri lorong pikirannya. Agra dan Liya hanya berpandangan tidak mengerti apa yang sebenarnya anaknya itu lakukan. Seumur hidupnya Agra dan Liya baru kali ini Alyea duduk tenang namun dalam kondisi Alyea yang masih sama. Alyea duduk tenang dan tegak, kakinya disilangkan, matanya tertutup rapat bahkan Alyea tidak merasa terusik dengan kedatangan Agra dan Liya. Kamarnya benar-benar hening dan tidak terdengar apapun hanya suara gesekan yang diakibatkan oleh angin malam.

Agra dan Liya duduk menunggu sampai Alyea benar-benar membuka matanya dan tersadar. Satu, dua jam telah berlalu tepatnya pukul 12 malam tapi Alyea masih melakukan hal yang sama. Mereka berdua menahan kantuk yang sudah mulai menyerang mereka dan tidak kuasa lagi rasanya mata mereka ingin tertutup. Padahal biasanya ketika Alyea mengamuk, Liya sama sekali tidak merasakan kantuk selama beberapa hari.

“Hah apa itu bu…?” Tanya Agra terkejut melihat kilat cahaya di punggung Alyea.

“Ya yah, ibu juga melihatnya” Liya juga ikut terkejut melihat punggung Alyea yang tiba tiba bercahaya. “Sebenarnya kenapa dengan anak kita ayah”

Ayah memeluk liya melihat anaknya yang bisa mengeluarkan cahaya dari punggungnya. Cahaya itu membentuk sebuah lingkaran dipunggungnya dan bercahaya kilat kuning yang begitu menyilaukan mereka. Alyea masih tetap tenang dalam duduknya dengan lingkaran cahaya yang terus memutar dan tidak henti-hentinya, semakin lama semakin cepat dan kuat.

“Ayah, bagaimana ini?” Liya semakin khawatir.

Brukkkk…

“Aduh…”

Suara kecil itu mengusik Agra yang sedang khawatir kepada anaknya.

“Hahh…” suara itu semakin terkejut ketika Agra melongok jendela kamar Alyea yang terbuka.

“Wilma…” kata Liya. “Apa yang sedang kau lakukan?”

Wilma tersenyum tidak berdosa. "Maaf tante, aku datang malam-malam seperti ini” ucap Wilma yang tidak enak pada orang tua Alyea.

Wilma tidak menyangka jika kedatangannya itu mengejutkan kedua orang tua Alyea. Wilma pikir didalam kamar hanya ada Alyea seorang yang biasanya sedang mengamuk tidak karuan. Dalam perjalanan Wilma sudah menyiapkan kekuatannya untuk melawan ketakutannya jika Alyea yang sedang mengamuk tiba-tiba menyerangnya. Namun yang terjadi tidak sama dengan yang ada dipikirannya, yang ada justru Wilma disambut oleh kedua orang tua Alyea.

Ketika Wilma dan orang tua Alyea sedang berbicara. Zen yang baru datang itu sudah tidak mau diam dan selalu memberikan isyarat kepda Wilma untuk cepat melakukan tujuannya datang kerumah Alyea. Wilma juga memberikan isyarat kepada  zen untuk bersabar karena ia harus menghadapi orang tuanya dahulu karena sikap Wilma yang masuk diam-diam.

“Ada apa denganmu Wilma?” Tanya Liya sedikit curiga melihat reaksi Wilma.

“Tidak apa-apa tante aku hanya ingin melihat Alyea saja. Maaf tante jika aku tidak sopan” ucap Wilma merasa tidak enak karena ia masuk melalui jendela.

Bukan tanpa alasan jika Wilma masuk kedalam rumah itu tanpa melalui pintu dan bukan karena kebiasaannya juga yang sering menemui Tami lewat jendelanya. Wilma hanya berpikir keadaan rumah itu sangat sepi dan tidak seperti biasanya. Jika ia melalui pintu  itu pasti akan mengganggu orang tua Alyea jika mereka sedang tidur. Wilma merasa aneh melihat Alyea akhir-akhir ini bukan karena nenek yang sering ia ucapkan tapi cara dia menyikapi ‘”penyakitnya”. Tidak seperti Alyea sebelumnya meski diam tanpa kata tapi urat diwajahnya jelas sangat kusut seakan sulit diluruskan. Alyea kini lebih tenang dan bisa berpikir biasa-biasa saja. Perubahannya  terlalu cepat dan tidak biasa, karena hal itu juga yang memaksa Wilma harus melalui jalan cepat untuk menemui Alyea yaitu memanjat pohon yang disebelahnya kamar Alyea yang berada dilantai dua dan kebetulan hari ini juga terlalu sepi untuk  malamnya Alyea.

Alyea memang duduk dengan tenang dan tidak merasa tergangu dengan  keberadaan Wilma ataupun kedua orang tua dikamarnya. Entah Alyea sedang melakukan apa, tapi sikap tenangnya Alyea seperti  bukan berada ditempat tidurnya melainkan sedang berada didunia lain, terlalu tenang untuk malamnya Alyea. Nampak dengan jelas raut wajah Liya dan Agrapun penuh dengan tanda Tanya dengan sikap Alyea namun hal itu tidak membohongi jika mereka lelah untuk menjaga Alyea setiap malam. Mata yang sayup bercampur sedih membuat mereka semakin tampak lelah. Wilma yang berada disebelahnya hanya ikut diam memperhatikan Alyea. Diamnya Wilma tidak dengan mata batinya. Alasan sebenarnya Wilma ke rumah Alyea karena 2 kali ia bertemu dengannya, ia melihat perubahan pada pelindung itu. sedikit demi sedikit mereka mulai terlihat meski belum Nampak jelas, dan Wilma berpikir mungkin saat Alyea ngamuk pelindung itu akan terlihat tampak dengan jelas dimatanya namun lagi-lagi ternyata apa yang dipikirkan tidak sesuai dengan yang direncanakan. Alyea Nampak tenang dalam duduknya namun setidaknya usaha Wilma tidak sia-sia harus memanjat pohon itu.

Wilma melihat Alyea yang duduk dengan tenang itu dikeliling oleh  para pelindung yang juga duduk seperti Alyea dan mereka semua menghadap kearah Alyea dengan mata yang dipejamkan. Mereka berempat kompak sekali seperrti sedang melakukan sesuatu yang membuat Wilma penasaran. Dan rasanya sifat Wilma yang mulai mengacau kambuh lagi. Rasa penasaran membuatnya tidak  mau diam bahkan enggan untuk pulang meski jam sudah menunjukan tengah malam lewat. Liya dan Agra yang melihat tingkah laku Wilma menjadi bingung karena Wilma seperti orang yang sudah tidak sabar ingin ke belakang namun sesak karena antrian.

“Wilma, ada apa denganmu?” tanya Liya melihat tingkah aneh Wilma.

"Owh.. Tidak apa-apa tante. Aku hanya sedang berpikir apa yang sedang dilakukan Alyea" ujar Wilma yang sebenarnya sudah tidak sabar oleh kelakuan Alyea dan 3 pelindung itu.

"Sejak kapan kau bisa berpikir" Bisik Zen pada Wilma.

Wilma hanya diam tidak menghiraukan ucapan zen. "O ya. Tante dan om istirahat saja. Aku yang akan menemani Alyea. Tante tidak usah khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja” usir Wilma secara halus.

"Terima kasih Wilma. Tapi bagaimanapun tante tidak bisa mengabaikan Alyea. Tante takut akan terjadi sesuatu yang akan menimpamu jika tante tidak mengawasi Alyea". Ucap Liya khawatir.

"Tante tidak perlu khawatirkan aku. Temanku banyak yang akan melindungiku" Wilma tersenyum menggenggam tangan Liya yang sudah terlihat jelas lelah diwajahnya.

Kau jangan ngawur, mana ada hantu  yang ingin berteman dengan manusia. Aku saja terpaksa” bisik  kembali. Wilma hanya membalas dengan lirikan mata.

"Baiklah... Kalau begitu Om titip Alyea padamu malam ini? kalau ada apa-apa om ada disofa" ucap Agra. Agra merasa ada sesuatu yang akan dilakukan Wilma melihat tingkahya yang aneh semenjak kedatangannya bahkan ia masuk dari jendela, bagaimanapun hal itu dilakukan oleh orang yang ingin mencuri sesuatu. Agra mengajak istrinya yang tidak ingin meninggalkan anaknya. Agra mencoba menenangkan Liya dan menyuruhnya untuk beristirahat.

"Aku pasti akan menjaga dia dengan baik om. Dia juga temanku" ucap Wilma memantapkan orang tua Alyea.

Aku sudah katakan, jangan berbicara ngawur. Melindungi diri sendiri saja kau tidak bisa apalagi kau melindungi orang lain” ucap zen semakin membuat Wilma kesal.

Yang dikatakan Zen memang ada benarnya, selama ini Wilma tidak sekalipun berniat menggunakan otaknya untuk berpikir, yang ada dipikirannya hanyalah menarik perhatian orang lain. Wilma yang dulu telah hilang dan berbeda dengan Wilma yang sekarang. Kehadiran Alyea seperti potonggan dirinya yang telah kembali. Wilma juga mengetahui betul jika temannya yang tidak terlihat belum tentu bisa melawan dan menangani pelindung Alyea yang tidak diketahui siapa mereka dan apa mereka. Tapi Wilma tidak bisa tinggal diam melihat Alyea yang entah sedang melakukan apa. Sekilas mereka hanya duduk tapi sepertinya mereka juga sedang melakukan komunikasi atau yang lainnya. Wilma juga sedikit demi sedikit mulai bisa melihat pelindung itu meski masih samar-samar.

Wilma tidak bisa berbuat apapun, ia hanya bisa diam menatap mereka sampai Alyea terbangun dan bisa menjelaskan apa yang sedang dilakukan olehnya. Wilma yang resah terus mondar mandir diikuti zen di belakangnya. Rasa penasaran Wilma semakin menjadi-jadi. Wilma aneh karena tidak hanya Alyea yang duduk bersila melainkan ketiga pelindugnya ikut duduk bersila, ini bukanlah pemandangan yang biasa.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags