Read More >>"> TRISQIAR (08. RAHASIA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TRISQIAR
MENU
About Us  

08. RAHASIA

Dua bulan sudah pikiran Tami berkecambuk dan selama itu pula Tami masih mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja agar tidak terlalu menaruh curiga kepada Alyea ataupun Wilma. Lain Tami lain juga yang dilihat oleh temannya. Teman-temannya mulai menilai persahabatan mereka berdua. teman-temannya menganggap Wilma telah meningalkan Tami karena ia memiliki teman baru yang bisa dikatakan sama gilanya, namun Tami tidak terpengaruh dan membiarkan mereka mengatakan apapun yang ingin mereka katakan. Sedangkan Wilma berpikiran Tami yang telah mencoba untuk menghindarinya dan menganggap Tami mulai terlihat seperti teman-temannya yang lain, meski begitu Wilma masih nampak seperti Wilma yang biasanya dan tidak ingin memakan mentah setiap ocehan yang diucapkan teman-teman disekolahnya. Tapi mereka berdua tidak menyadari entah sejak kapan hal itu terjadi padanya.

Tami merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang nyaman, tatapannya kosong menatap langit-langit atap kamar tidunya. Ditemaninya sentuhan angin lembut seperti pijatan relaxasi dari jendela yang dibuka lebar. Gemerisik dedauan diantara pepohonan yang ikut menari memberikan melodi yang menenangkan. Hawa dingin pedesaan menambahkan kesejukan yang semakin membuatnya malas untuk belajar ataupun bergerak dihari minggu yang biasanya dihabiskan untuk kegilaan yang biasa dilakukan oleh Tami. Tamipun membiarkan buku ditangannya tergeletak begitu saja di atas tempat tidurnya dan membiarkan angin membuka halaman tiap helai kertas yang seharusnya Tami baca untuk ujiannya sekolahnya.

Tidak terasa Tami telah berteman dengan Alyea hampir 2 tahunan tapi ia masih belum bisa mengerti dan menerima Alyea. Tami ingin mencari jawaban itu tapi itu mustahil jika dilakukannya seorang diri. Meminta bantuan orang lainpun tidak mungkin. Kebanyakan temannya mengganggap Wilma aneh meski dihadapan Wilma tidak ada yang berani menyinggungnya apalagi untuk mengusiknya. Tapi juga tidak mungkin meminta bantuan dari Harsa, bagaimanapun Harsa masih senang di iming-imingi oleh imajinasinya untuk mempunyai kekuatan seperti mutan. Harsa selalu menjadi korban film oleh karena itu Harsa adalah lelaki yang sudah berumur 17 tahun tapi pikirannya masih 7 tahun. Tami menjadi serba salah, sulit untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak terlihat olehnya. Hal itu terus Tami pikirkan beberapa hari untuk mencari jawaban yang tak kunjung ia temukan.

“Tammiiii…” teriak Wilma yang sedang asyik bertengger di pohon yang tidak jauh dari  jendela kamar Tami.

Tami langsung terjungkal dan terbangun dari lamunannya memaksa kepalanya mencari keberadan temannya yang sudah bosan ia lihat.

“Apa yang sedang kau lakukan dipohonku? Mengotori saja” Tanya Tami melihat keberadaan temannya yang masih asyik mengecup permen lollipopnya itu.

“Apa yang sedang kau lakukan didalam kamarmu?” Tanya Wilma masuk kedalam kamar Tami lewat jendela kamarnya

“Kenapa? kau rindu padaku?” canda Tami. “Biasanya juga kau tidak mau kerumahku”

“Aku tidak menyalahkanmu jika tidak percaya padaku. Karena kau tidak mengalaminya seperti kami. Tapi aku kecewa, kita telah berteman lama tapi kau seperti baru kenal diriku beberapa hari” ujar Wilma seraya berusaha mengimbangi badannya masuk kedalam kamar Tami melalui jendelanya.

“Waaa… sepertinya sekarang kau sering mengatakan hal hal yang menakjubkan sungguh membuatku terharu, aku yakin pasti teman iblismu sedang tidak bersamamu?” ejek Tami dengan candaannya. “Mau bagaimana lagi. Aku tidak ingin melakukan hal yang kau pikirkan atau kau katakan tapi diriku sulit untuk menerima semua itu”

“Iblis yang biasa bersamaku selalu berdiam diri dikamar sekarang” angguk Wilma.

“Wilma darimana kau tahu aku sedang memikirkan hal itu?” Tanya Tami penasaran. “Kau tidak menyuruh teman hantumu berganti profesi untuk menjadi mata-matakan?”

“Sudahlah lebih baik aku pergi” Wilma kembali keluar dengan menggunakan jendela Tami.

“Hey… kau tidak bisa lewat pintu?” teriak Tami pada Wilma yang sudah berlalu. “Dasar… sekali kesini lewat jendela”.

Tami yang sudah terbangun duduk di meja belajarnya dan membuka buku bacaan untuk menghadapi ujian sekitar 2 bulanan lagi.

“Aku bukannya tidak ingin lewat pintu” Wilma tiba-tiba kembali dan mengejutkan Tami.

“Hey… “

Wilma menopang dagunya dikayu jendela Tami, “Aku bukannya tidak sopan karena masuk lewat jendela. Tapi aku takut pada nenekmu yang berisik itu”

“Apa maksudmu?” Tami semakin terkejut.

“Nenekmu sangat sayang padamu dan ia selalu menjaga pintumu itu, ia takut akan ada laki laki yang masuk kekamarmu dan kini karena ulahku ia mulai menjaga pintu dan jendela ini. Daaahh…” Wilma langsung pergi setelah menakut-nakuti Tami.

“Dasar tidak sopan sudah masuk lewat jendela, menakut-nakuti sekarang mengerjai orang tua. Kasihan sekali nenekku” desah Tami dan langsung keluar lari terbirit-birit menghampiri dan memanggil ibunya keluar lewat jendela mengikuti Wilma.

Lain halnya dengan Tami dan Wilma. Kini Alyea benar-benar menerima kesedihan yang sesungguhnya. Lebih sedih dari kejadian yang selama ini ia alami sekaligus mengharukan untuknya. Agra sang ayah akhirnya membuka mulut dan memberikan kabar yang begitu mengejutkan anak dan istrinya rahasia besar yang selama ini ia sembunyikan seorang diri. Awalnya Agra tidak bermaksud untuk merahasiakan atau menjadikannya sebuah rahasia. Ia pikir itu hanyalah mukzijat dari  tuhan yang patut disyukuri karena begitu mengingingkan seorang anak sebagai pelengkap di dalam keluarganya. Tapi Agra tidak menyangka itu menjadi mukjizat dalam hal lainya.

Perjuangan yang dilalui oleh Agra dan Liya tidaklah mudah untuk mendapatkan Alyea dipangkuannya. Liya sudah dua kali keguguran dan hal itu membuatnya bersedih terus menerus. Ia tidak bisa menahan tangis lagi ketika anak ketiganya yaitu Alyea mengalami nasib yang sama seperti kakak-kakaknya dan meninggalkannya lagi  untuk ketiga kalinya. Kali ini tuhan memberikan kado terindah dalam hidupnya dan tidak menginginkan kado apapun selain bisa mendapatkan seorang anak dan mendidiknya dengan baik. Liya menangis bahagia ketika Alyea si bayi mungil itu berada dipelukannya. Kebahagiaan Agra sungguh luar biasa, anak yang dinantikannya akhirnya lahir kedunia ini. Liya tidak henti-hentinya menyentuh dan menggenggam tangan si bayi kecil itu. namun kekhawatirannya dan ketakutannya kembali, setelah ia merasakan keanehan kepada bayinya itu yang tidak bergerak ataupun menangis sama sekali. Agra langsung memanggil dokter dan bencana tiba-tiba datang pada hati Agra karena ia harus kembali kehilangan anak yang sudah terlahir kedunia ini.

Segera mungkin dokter langsung memberikan pertolongan dan dibawa ke tempat khusus. Agra tidak mengerti jalan tuhan. Ia yakin ia tidak pernah melakukan sesuatu yang buruk namun entah mengapa ia tidak bisa mendapatkan yang paling diinginkannya dari apapun itu. Iapun tidak sanggup untuk menemui sang istri yang masih terkulai lemas setelah melahirkan. Ia hanya bisa duduk di bangku diantara lorong rumah sakit menahan tangis dan tertunduk tidak sanggup menatap sang anak dari balik kaca yang berada didalam incubator dan berharap keajaiban datang kepadanya untuk sekali saja. Bahkan Agrapun berdoa dalam hati dan menangis sejadinya untuk meminta keinginannya agar dikabulkan. Sang dokter memberikan nasihat pada Agra untuk tidak bersedih dan memberitahu kejadian yang sebenarnya kepada sang istri. Agra masuk melihat sang anak untuk terakhir kalinya ditemani sang dokter yang mencoba menguatkan hati sang ayah yang ditinggalkan. Tidak disangka, tangisan seorang bayi tiba-tiba menggema didalam ruangan itu. dokter itu terkejut karena bayi yang telah mati bisa hidup kembali. Dokter itu tidak percaya karena ia yakin telah memeriksanya dengan benar. Agra tersenyum bahagia dan sumeringah menghampiri sang istri untuk memberikan kabar gembira sedangkan sang dokter hanya diam membisu bingung melihat kejadian bayi itu.

“Ini semua adalah kejaiban, berilah nama anak itu Liarnoc?” ucap sang nenek yang melihat wajah Agra berbahagia dengan air mata yang masih keluar dari pelupuk matanya.

“Baik nek. Akan kuberikan anak itu Liarnoc. Aku sangat bahagia sekali nek” ucap Agra yang terlalu bersemangat tanpa tahu makna dari nama itu bahkan iapun tidak bertanya siapa nenek itu. ia menerima tawaran nenek itu hanya dikarenakan waktu yang bertepatan dengan anaknya yang hidup kembali.

Agra yang sudah merasakan senang tidak menyadari yang terjadi saat itu bahkan ia tidak mengetahui nama nenek itu. Agra yang begitu senang bukan kepalang langsung menghampiri sang istri yang masih terkulai lemas dan bersedih, ia sudah merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Ia meratapi kematian anaknya yang ternyata lebih menyakitkan daripada melahirkannya apalagi ia kehilangan setelah melihat wajahnya, rasa sakit itu seperti tancapan jarum yang tidak terhingga. Agra masuk dengan sikap yang santai dan biasa-biasa saja. Sang istri yang melihat wajah sang suami semakin lemas karena sepertinya ia benar-benar tidak punya harapan.

Agra mendekati Liya dan menggenggam kedua tangannya. "Terima kasih karena kau telah memberikan hadiah terindah dari semua yang terindah yang pernah aku dapat didunia ini"

Dalam genggaman tangannya.  Liya sedikit menaikkan badannya dan menatap wajah sang suami yang masih belum ia mengerti.

"Apa maksudmu?" tanya Liya berkaca-kaca

"Dia menangis sayangku" ucap Agra memeluk Liya.

"Apa?" Liya terkejut tidak percaya dan memeluk sang suami. "kau tidak berbohong kan?"

Sang suami hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tidak kuasa menahan tangis bahagianya. Semenjak kelahiran Alyea Raut kebahagiaan selalu terpancar setiap hari dirumah keluarga Arga.  Anak yang diberi nama Alyea Liarnoc Agra pun selalu tertawa dan jarang menangis. Agra menepati janjinya untuk menamai anaknya Liarnoc tanpa ada rasa curiga ataupun sesuatu dan liya menerima nama itu. Setahun, dua tahun bahkan sampai Alyea lima tahun. Tidak pernah sekalipun keluarga Agra kehilangan momen kebahagiaan tanpa Alyea. Alyea yang mulai beranjak 6 tahun membuat Liya sadar jika Alyea tidak pernah menangis selain karena ia merasa kelaparan. Bahkan Liya melihat sifat dan sikap Alyea yang aneh selalu meminta gendong atau lainnya bukan pada Liya padahal disana hanya ada Liya. Awalnya Liya memakluminya karena menurut orang-orang tua, bayi memiliki dunianya sendiri dan itu tidak membuatnya curiga.

Alyea yang mulai memasuki umur 7 tahunan.  Alyea mulai menunjukkan sesuatu yang ada pada dirinya. Ia mulai sering ngamuk dan mengatakan sesuatu dan itu terjadi sampai ia besar. Hal itu terus terjadi sampai Alyea beranjak 9 tahun yang membuat Liya berpikir ia adalah keturunan iblis setelah ia menyerah untuk membawanya ke rumah sakit atau Pertolongan medis lainnya bahkan ia pun sampai melakukan hal yang bersebrangan dengan pikirannya. Ia juga mendatangi rumah orang pintar ( Dukun ) namun tidak ada perubahan pada diri Alyea dan ia lakukan hal itu sampai bertahun bahkan Alyea yang semakin besar dan berpikiran dewasa lelah terus menuruti keinginan ibunya tapi hanya itu yang bisa ia lakukan.

Tidak hanya Liya yang lelah pada sikap Alyea. Alyea juga merasa lelah dan depresi akibat MEREKA yang selalu mengikutinya ditambah Sikap ibunya yang sering memukuli dan berkata kasar. Alyea yang tidak kuasa mulai berontak dan melawan sang ibu. Sang ibu mulai menjadi-jadi dengan sikap anaknya yang sudah berani melawannya dan kembali berucap dan bertindak aneh-aneh.

Liya yang marah tidak serta merta dengan hatinya yang pilu dan sedih melihat keadaan sang anak namun kekesalannya terhadap tingkah sang anak juga membuat gelap mata, setiap air mata dari pukulannya merupakan rasa sakitnya. Liya tahu ada yang aneh pada anaknya dan Liyapun tahu jika ia tidak bisa menyakiti anaknya itu meski ia lelah dan hampir pingsan bahkan iapun sering di ganggu sesuatu yang tidak ia lihat dan saat itu Liya benar-benar tahu anaknya memiliki sesuatu.

Liya menceritakan hal itu kepada orim dan Agrapun tidak mempercayai meski ia pernah melihat hal itu. Liya sudah menceritakan setiap rinci semua kejadian yang dialaminya. Agrapun sulit untuk menerima dengan akal sehatnya. Orim dan Liya mencoba untuk mendiskusikan untuk  kejadian yang selanjutnya. Dan Agrapun akhirnya mengingat kejadian yang bertepatan dengan Alyea yang tiba-tiba hidup kembali. Agra mengatakan jika Alyea memang mati, lalu hidup kembali. Agra hanya menceritakan sebagian karena ia belum sanggup untuk menceritakan keseluruhannya. Liya terkejut mendengar pernyataan Agra yang membingungkan baginya. Ia benar-benar tidak mengerti ada hal  semacam itu, tapi Agra hanyalah manusia biasa yang menganggap hal itu adalah anugrah dari tuhan dan tidak berpikir macam-macam.

Liya dan Agra mencoba mendekati Alyea dengan baik dan meminta Alyea untuk menceritakan apapun yang ia lihat ataupun hal hal aneh yang Alyea lihat. Alyea yang ketika itu mulai beranjak remaja tidak ingin menceritakan apapun kepada ayah dan ibunya. Ia berubah dalam ketakutan agar ibunya tidak mencemaskan dan kini ia terlalu takut untuk bercerita. Agra hanya bersabar menunggu sampai anaknya mau menceritakannya. Butuh waktu hampir sebulan lebih untuk Alyea menceritakan semua kejadian yang ia alami ataupun yang ia lihat. Orim dan Liya mendengarkan dengan seksama semua yang dikatakan anaknya yang terus tertunduk tidak berani untuk menatap mata ayah dan ibunya. Agra dan Liyapun mendapatkan kejelasan tentang dunia lain yang dilihat oleh Alyea tapi tetap saja Agra dan Liya masih bingung tentang semua itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags