06. JELAS
Sekitar satu setengah tahunan Liya terus menyiksa Alyea kecil yang ketika itu berumur 8 tahun. Setengah tahun pula Liya diberikan kejutan oleh sang anak yang benar-benar aneh untuk dikatakan sebagai suatu keberuntungan. Tidak pernah sekalipun pukulan yang dilayangkan oleh Liya mendarat di tubuh Alyea. Awalnya Liya memang kesal karena kelakukan anak itu yang tidak pernah berubah dan selalu membuatnya malu, tapi lama kelamaan Liya justru heran dan aneh karena Alyea tidak mempan untuk dipukul atau dilempar benda apapun. Namun kelakuan Liya berdampak buruk padanya. Liya mendapatkan balasannya setelah ia terus menerus menyiksa. Liya tidak melihat Alyea melakukan seuatu padanya tapi Liya merasakan sakit, perih bahkan sampai terluka.
Semakin Liya menyiksa Alyea justru ia memberikan ancaman untuk dirinya sendiri, MEREKA tidak menerima jika Alyea terus diperlakukan dengan siksaan yang tiada henti. MEREKA sudah ada semenjak Alyea masih bayi untuk menjadi pelindung Alyea karena itu adalah tugas utamanya datang kedunia ini mengikuti Alyea. MEREKA datang dari tempat dan waktu yang sangat jauh. Mereka datang dan selalu mengikuti Alyea bukanlah tanpa suatu alasan begitupun dengan kehidupan Alyea yang berhubungan dengan mereka. Seperti yang telah dikatakan oleh Wilma, MEREKA memang mengincar Alyea karena hanya Alyea yang memiliki sesuatu yang bisa menyelamatkannya begitupun sebaliknya. Oleh karena itu Alyea selalu dilindungi sampai Alyea bisa menyadari dan menemukan cara untuk bertemu dengan MEREKA yang sesungguhnya
MEREKA yang dilihat Alyea merupakan seorang prajurit yang menggunakan baju perisai lengkap dengan senjata era zaman dulu. Mereka bertiga terdiri dari 2 orang perempuan dan seorang lelaki. Alyea tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Alyea dan MEREKA hanya bisa saling pandang. Hal itu semakin terasa menakutkan ketika Alyea mulai tumbuh remaja bahkan membuat Alyea merinding, baik itu dari wajah, tubuh dan semua yang dilihat Alyea mulai berubah, semua seperti terlihat neraka yang menakutkan.
Lain halnya dengan Alyea, Wilma temannya yang bisa melihat mahluk halus justru tidak bisa melihat MEREKA yang sesungguhnya, yang bisa ia lihat dari mereka bertiga hanyalah sebuah bayangan hitam dengan lekuk tubuh masih menyerupai manusia. Wilma juga mengetahui jika yang mengikut Alyea adalah 2 orang perempuan dan seorang laki-laki. Wilma merasa jahat karena ia senang dengan kehadiran Alyea yang berbeda itu, akhirnya apa yang dirasakan Wilma selama ini dialami juga oleh orang lain meski tidak seluas penglihatan Wilma. Wilma hanya ingin membuktikan apa yang dilihatnya dan dirasakan olehnya yang selalu dianggap aneh oleh orang lain. padahal yang dilihat Wilma adalah kenyataan yang nampak jelas dibola matanya. Bakat anehnya akhirnya bisa dipakai untuk sesuatu yang benar, tidak seperti dulu hanya untuk menakut-nakuti orang bahkan mengerjainya dengan sesuatu yang aneh.
Kejadian Wilma dan Alyea membuat Tami diuntungkan dengan pengetahuan dan kejadian-kejadian seperti kenyataan yang menjadi mimpi. Aneh tapi unik, takut tapi seru dan membuat Tami benar-benar penasaran. Ia ingin terjun dan mengikuti kejadian dan kegiatan selanjutnnya antara Wilma dan Alyea tapi ia juga merasakan takut karena sesuatu yang ingin ia hindari justru seakan menjadi petualangan yang menegangkan dan pastinya sangat seru dipikirannya. Hal ini membuat Tami tertarik meski ia terpaksa menyelimuti rasa takutnya dengan rasa penasarannya yang tinggi dan kewarasannya.
Setelah kejadian Alyea ketika itu membuat Wilma dan Tami semakin dekat, khususnya Tami yang selalu saja tidak kehabisan pertanyaan, ide bahkan momen untuk menyerempet hal itu. ia selalu membuat Wilma kesal karena pertanyaan yang tidak ingin ia jawab. Wilma yang kesal melontarkan ucapan jujur jika ia menyesal berteman dengan Tami dan untuk pertama kalinya Tami langsung terdiam, benar-benar terdiam tidak mengatakan sepatahkatapun. Alyea seperti biasa hanya terdiam melihat tingkah mereka. Alyea bukannya tidak ingin menjawab atau tidak diberikan pertanyaan oleh Tami melainkan pertanyaan untuk Alyea lagi-lagi di jawab oleh Wilma.
Kini Hampir dua tahun mereka bertiga menjalin sebuah pertemanan yang benar-benar Alyea inginkan. Tdak terasa mereka sudah duduk di sekolah menengah yang sama meski berbeda kelas. Alyea kini bisa merasakan kebahagiaan yang selalu ia dapatkan dirumah dan disekolah. Namun hatinya masih mengganjal sesuatu yang sulit ia katakan. Ia hanya bisa merasakan tanpa tahu apa yang sebenarnya ia pikirkan. Mungkin baru kali ini seumur hidup Alyea benar-benar bisa dibilang pulih dari penyakit yang biasa orang awam katakan. Hanya didesa ini Alyea benar-benar menjadi seorang anak remaja pada umumnya. Meski begitu Alyea tidak pernah berpikir untuk menggandeng seorang lelaki. hal itu tidak pernah terlintas dipikirannya. Pikirannya terlalu sibuk untuk memikirkan hal lain.
Alyea yang sebentar lagi berumur 17 tahun kini tumbuh semakin dewasa dalam menghadapi masalah dan itu tidak lepas dari bantuan teman dan kedua orang tuanya yang selalu mendukungnya dan diumur inilah Alyea akan mulai mendapatkan kejutan yang sesungguhnya sebagai seorang remaja, manusia biasa dan sebagai seseorang yang selalu dijaga oleh MEREKA. Semakin Alyea dewasa penglihatannya sudah mulai berubah. Alyea mulai berperang dengan pikirannya yang penuh dengan keanehan yang dialaminya, Alyea menganggap hal itu mungkin hanya perasaannya saja ataukah ia juga akan menjadi seperti temannya Wilma yang suka mulai melihat hal-hal aneh.
Alyea cukup senang dan tenang dengan keberadaan Tami dan Wilma sisinya. Alyea sudah tidak sungkan untuk mengadukan semua hal kepada mereka tentang semua yang dilihatnya. Namun reaksi Wilma aneh karena ia tidak bisa melihat apapun seperti yang dikatakan oleh Alyea tentang MEREKA itu. Tidak hanya itu Wilma kesal karena para hantu yang dia temui dijalan selalu memperhatikan Alyea. Entah apa yang para hantu itu lihat dari MEREKAyang bersama Alyea. Wilma kesal karena yang dilihatnya hanya bayangan hitam dari tiga orang tanpa tahu yang melekat pada tubuh mereka bahkan Wilma pun penasaran dengan paras kedua wanita dan seorang pria. Wilma yang tidak pernah menyerah untuk terus bertanya pada Zen ataupun hantu lainnya tapi yang didapat selalu sama. Para hantu tidak bisa menjelaskan meski hanya garis besarnya bahkan lidahnya seperti kelu untuk memberikan sebuah pernyataan. Seumur hidup Wilma melihat para hantu baru kali ini merasakan perbedaan.
Semakin pertumbuhan Alyea. Alyea harus menerima berbagai kenyataan pahit. Sebelumnya Alyea hanya kumat sesekali namun kini sebulan sekali Alyea pasti akan kumat dan anehnya hal itu terus terjadi setiap hari ketiga setelah bulan purnama. Hari ini adalah tepat hari ketiga setelah bulan purnama. Hari yang akan menjadi sibuk untuk kedua orang Alyea dan kedua temannya yang mulai menginap dirumah Alyea sesekali untuk menemani orang tuanya setelah kejadian ketika itu. hari ketiga setelah bulan purnama seperti malamnya Alyea untuk berubah. Wilma disana untuk melihat apa saja yang berada didekat Alyea atas suruhan Kedua orang tua Alyea yang begitu khawatir pada anaknya sedangkan Tami hanya ingin mengikuti kegiatan mereka berdua dan memutuskan sementara tidak melakukan kegiatan untuk memuat berita di sekolahnya melainkan ia ingin menuliskan kejadian yang terjadi pada Alyea pada sebuah note yang akan ia ketik ulang pada buku hariannya yang memiliki gembok besar dan tidak memperbolehkan siapapun membacanya termasuk sang aktris yaitu Wilma dan Alyea.
“Maafkan aku, karena kalian harus menginap dirumahku” ucap Alyea sesampainya dirumah dan membuka sepatunya.
“Selama tujuh kali aku menginap dirumah ini, tujuh kali pula kau katakan hal itu” ucap Tami keki.
“Ya karena aku merasa tidak enak pada kalian saja” Alyea tertunduk.
“Ya sudahlah Alyea. Apapun yang terjadi padamu bukanlah keinginanmu melainkan bonus yang telah diberikan tuhan untukmu” ucap Harsa didepan teras rumah Alyea.
“Sedang apa kau disini?” Tanya Wilma terkejut yang tiba-tiba melihat keberadaan Harsa.
“AKu hanya ingin tahu saja” Harsa berkilah.
“Selama kita bertetangga ini untuk pertama kalinya kau kerumahku setelah syukuran itu. Dan selama itu pula aku sering melhat Wilma didalam kamarmu…” ujar Alyea melihat tetangganya yang tiba-tiba muncul.
“Apa….” Tami mengangga. “Didalam kamar!”
“Wilma memata-mataiku dari dalam kamar Harsa yang sangat nampak jelas kamarku” Alyea tersenyum.
“Jadi kau mengetahuinya” ucap pelan Wilma melirik Alyea.
Alyea hanya mengangguk. “Jadi semua hal tentangku sudah menyebar”
“Awalnya aku tidak percaya tapi teriakanmu semakin kencang masuk kedalam kamarku”
“Jadi kau juga mulai sering memata-matai dia seperti Wilma” sabet Tami.
Liya sang ibu keluar dari rumah menuju teras setelah mendengar pecakapan yang sangat seru dari teras rumahnya. Liya membawakan minuman dan makanan yang sebentar lagi menjelang sore. Alyea hanya terdiam saja seakan sudah mulai bersiap untuk malam hari. Entah apa yang akan dilihat oleh Alyea untuk kesekian kalinya. Alyea yang sering mengamuk, menangis dan ribut membuatnya harus mengumpulkan tenaga untuk bertarung dengan semua yang dilihatnya.
Alyea masih tidak mengerti maksud dari semua kejadian yang dialaminya. Setiap kali ia mulai merasakan sesuatu, yang terlihat di bola matanya tidak pernah berubah hanya itu dan itu saja tapi itu terasa menyakitkan untuknya sehingga hanya amukan dan tangisan yang membuatnya bisa menahan itu semua. Malam ini begitu mencengangkan untuk Tami dalam ketakutannya ia mencoba berani untuk menemani Wilma yang pastinya sudah terbiasa untuk menangani hal seperti ini tapi Tami tidak ingin meninggalkan Wilma dan Alyea. Meski tidak banyak membantu setidaknya Tami bisa memberikan bantuan kecil ketika mereka sedang sibuk dengan Alyea.
Liya kembali menangis dalam pelukan sang suami. Liya tidak sanggup melihat keadaan anaknya yang selalu seperti itu hampir setiap bulannya bahkan lebih menakutkan dari sebelumnya. Apa daya orang tua Alyea untuk membuat anaknya membaik 100% seperti anak lainnya. Orang tua Alyea selalu mengurung Alyea didalam kamar setiap kali ia mengamuk, bukan tanpa alasan Liya dan Agra mengurung Alyea tapi mereka terpaksa melakukannya, karena apa yang akan diperbuat oleh Alyea bisa melukai orang jika berada didekatnya dan anehnya hanya momen seperti ini saja Alyea bisa merasakan apa itu luka, darah dan sakit secara jelas dia rasakan, tidak seperti ketika ia kecil bahkan sampai ia sekolah menengah pertama ia hanya bisa menangis dan berteriak setelah itu Alyea langsung pingsan.
Butuh waktu beberapa jam untuk Alyea mengamuk dan melakukan apapun yang ingin diperbuatnya. Bahkan Liya dan Agra sudah pasrah tehadap anaknya. Banyak jalan yang sudah dilalui mereka selaku orang tua tapi tetap saja tidak ada cara untuk menyelamatkannya. Semua itu tidak mempan pada Alyea. Tami, Wilma dan Harsa yang ingin membantu orang tua Alyea akhirnya terlelap tidur karena tidak kuasa lagi menahan ngantuk dari selimut gelapnya malam, Liya masih tidak bisa memejamkan mata karena teringat dengan Alyea, sedangkan Agra berjaga-jaga takut ada sesuatu yang terjadi pada Alyea.
Tok… tok… tok.. ketuk Alyea dari dalam
ibu… ibu…
Agra langsung terperanjat bangun mendengar suara rintihan yang lemas memanggil Liya dari dalam kamar Alyea. Agra perlahan mendekati pintu Alyea. Agra tidak langsung membukanya sampai ia benar-benar jelas mendengar suara Alyea yang tersadar.
“Bukalah suamiku. Aku yakin aku mendengar suara anakku” Liya menyakinkan Agra dengan linangan air matanya.
Dengan pelan Agra membuka pintu dan melongok kedalam kamar Alyea yang gelap dan dipastikan berserakan.
Buggghhhh… Alyea sudah menunggu dibelakang pintu. Alyea tiba-tiba terjatuh pingsan dan langsung membangunkan ketiga temannya. Harsa langsung menghampiri Alyea dan langsung menggendongnya ke sofa. Tami dan Wilma yang terperanjat langsung menghampiri Alyea yang masih lemas dan pingsan. Wilma terus memperhatikan semua yang ada disekitar Alyea. Wilma juga mengajak Zen yang sebelumnya tidak pernah keluar dari rumah ataupun diajak keluar oleh Wilma. Wilma terus memperhatikan MEREKA yang terus mengikuti Alyea kemanapun. Semenjak kedatangan Alyea keberadaan zen kini sangat dibutuhkan. Tapi apa yang Wilma pikirkan memang benar adanya, sama sepeti yang zen pikirkan. MEREKA selalu focus pada apa yang berhubungan dengan Alyea bahkan Wilma yang berada didekatnya tidak pernah MEREKA perhatikan kecuali Wilma mencoba untuk mencelakai Alyea barulah mereka meresponnya. Sama seperti yang dikatakan Zen, meski zen tidak bisa menceritakan tentang MEREKA secara terperinci tapi setidaknya zen bisa menceritakan yang berada disekitarnya dan dikatakan zenpun sama MEREKA hanya memperhatikan Alyea bahkan zenpun seolah-olah tidak terlihat oleh mereka. dan itu pula yang menjadikannya aneh. Zen hanya bisa melihat hantu yang sekelas dengannya atau dibawahnya tapi entah mahluk jenis apa yang berada didekat Alyea. Menurut Zen mereka mempunyai bentuk sempurna sama seperti yang dikatakan oleh Alyea dan Wilma meski itu hanya bayangan. Melihat bentuk sempurna MEREKA seharusnya mereka memasuki golongan hantu yang tidak bisa dilihat oleh Zen dan lebih tinggi darinya.
Wilma berkacak pinggang memperhatikan sekelilingnya tapi apa yang dikatakan zen sepertinya benar, Wilma mencoba berkomunikasi dengan mahluk lain dan yang dikatakan mereka sama dengan yang dikatakan Zen. Wilma semakin bingung dengan mahluk yang baru pertama ia temui, mereka membuat Wilma kesal karena terlalu penasaran.
“Lihatlah…” Tami terkejut melihat sesuatu di tubuh Alyea.
Liya langusng menangis dipelukan sang suami, Harsa mencoba melihat yang terjadi pada tubuh Alyea sedangkan Tami sibuk memfoto untuk menyelidikinya. Wilma masih sibuk dengan yang ada dipikirannya.
“Luka ini sepertinya sepertinya cakaran dari hewan buas” ujar Harsa.
“Maksudmu seperti singa atau harimau?” ucap Tami.
“Sepertinya lebih buas, luka ini terlalu dalam untuk hewan sekelas singa. Kuku yang mencakarnya seperti gigi singa” ungkap Harsa semakin membuat mereka takut.
“Kau jangan terlalu berlebihan Harsa?” kesal Tami dengan ucapan Harsa yang tidak melihat keadaan. “Seperti kau pernah melihat gigi singa saja”.
“Brakkkkk…” Wilma kesal dan memukul meja.
“Hey… Wilma apa yang kau lakukan?” Tami terkejut dan benar-benar kesal dengan temanya.
“Sifat Sang putri akhirnya kembali” ujar Harsa.
“Kau benar”
“Baiklah pulang sekolah nanti. Kita akan kembali lagi kesini. Kita Tanya pada Alyea kalau perlu aku akan paksa dirinya?” Wilma langsung pamit pada orang tua Alyea dan langsung pulang kerumah tanpa pamit pada Tami dan Harsa dengan wajah yang kesal.
“Ada apa dengan dia? Sungguh tidak sopan”
Tami dan Harsapun ikut pamit setelah langit sudah berubah warna karena sang penguasa hari sudah bangkit dan bersinar kembali dari peraduannya. Tami dan Harsa cepat pulang karena ia harus bersiap untuk pergi ke sekolah. Seperti sudah kebiasaan bagi Alyea yang pastinya selalu izin setiap kali ini terjadi. Sekolah pun merasa bingung terhadap keadaan Alyea yang kenyataan terlihat sehat dan baik-baik saja tapi setiap kali pihak sekolah menjenguknya Alyea benar-benar sakit. Sekolah pun memberikan keringanan kepada Alyea selagi ia bisa mengejar ketinggalan pelajaran. Apalagi Sebentar lagi Alyea akan memasuki ujian sekolah kenaikan kelas. Liya terus menemani Alyea disamping tempat tidurnya. Liya mengabaikan kamar Alyea yang berantakan. Sedangkan Agra harus kembali bekerja meski pikirannya selalu berada dirumahnya.