05. KENYATAAN
2 bulan sudah Alyea menjalani hidup di desa itu dan Selama itu pula begitu banyak perubahan yang terjadi padanya. Akhirnya harapan Alyea dikabulkan didesa kecil ini. Tami dan Wilma bisa menjadi teman seperti yang diinginkannya. Biasanya pertemanan Alyea hanya berlangsung kurang dari satu bulan. Alyeapun tidak mengerti dengan tingkah Tami dan Wilma yang cuek. Selama menjalin hubungan teman dengan mereka, Alyea pernah sekali mengamuk didepan mereka, ia mencoba untuk menahannya tapi terkadang iapun lepas kendali walapun tidak berlangsung lama. Tapi mereka tidak pernah bertanya apapun mengenai hal itu meski terlihat jelas rasa penasaran dimata mereka. Alyea takut untuk menceritakan apa yang sedang terjadi padanya, tapi ia lebih takut untuk bertanya, yang pasti ia tidak ingin kehilangan temannya. Anehnya Tami dan Wilma melihat Alyea seperti tidak terjadi apa-apa dan kembali normal keesokan harinya.
Diamnya Tami dan Wilma membuat Alyea salah tingkah dihadapan mereka, bahkan tidak sanggup untuk mengatakan satu katapun jika ia telah mengamuk. Namun lagi-lagi Wilma dan Tami tidak memperdulikannnya. Alyea bingung apakah mereka bisa menerima dirinya apa adanya, ataukah hanya pura-pura saja. Kehadiraan Tami dan Wilma juga membuat Alyea menghilangkan sejenak yang terjadi padanya. Berkat mereka Alyea bisa mengetahui, merasakan dan berpikir tentang hal-hal yang berbau remaja. Tidak hanya seorang diri tapi bersama-sama dengan mereka. Alyea bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ia jalani. Hanya saja lama kelamaan justru yang ditakutkan oleh Alyea adalah teman-temannya bukanlah MEREKA yang selalu mengikutinya itu. Perlahan-lahan Alyea mencoba untuk menjauhi teman yang sudah memberikan pelangi dihidupnya.
Harapan Alyea mungkin terkabul untuk memiliki teman tapi harapan satu-satunya sampai saat ini belum juga hilang dari hadapannya. Alyea tidak mengerti mengapa MEREKA terus mengikutinya. Mereka memang tidak berbahaya untuk Alyea justru yang ada kebalikannya. Tapi Alyea merasa terganggu dengan keberadaan mereka yang sedari kecil selalu mengikutinya.
Alyea berjalan seorang diri menyusuri jalanan yang penuh dengan pepohonan dan daun kering yang gugur menguning berjatuhan diterpa angin. Alyea bersyukur karena tidak pulang dengan Tami karena ia sibuk dengan berita yang akan dipajangnya esok hari sedangkan Wilma menunggu supirnya menjemputnya disekolah. Desa yang cukup bersih ini lebih enak dinikmati dengan berjalan kaki atau bersepeda. Udaranya masih begitu bersih dan segar meski siang hari.
Aarggghhhhhh… tiba-tiba Alyea terjatuh dan merintih kesakitan ditengah jalan kerumahnya. Alyea merasakan sakit dan kesedihan. Alyea menangis dengan terisak-isak, nafasnya berat dan ia juga tidak sangggup untuk berdiri, ia mulai hilang kesadaran dan sulit mengendalikan tubuhnya tapi ia terus berusaha untuk sadar. Ia berlutut menekan tubuhnya. Tapi apa daya tangisannya semakin kencang dan ia berteriak-teriak ketakutan. Seketika semua orang berkerumun dan membantu Alyea namun mereka semua terlempar. Dalam sekejap Alyea memiliki kekuatan bahkan untuk sekumpulan orang dewasapun tidak bisa menanganinya.
Cccciiittttt… buukkkk…
Seseorang memberhentikan mobilnya dan membanting pintu mobil dengan sangat kencang setelah melihat Alyea yang berteriak dan mengganggu orang lain disekitarnya. Ia tidak lain adalah Wilma yang akan pulang menuju rumahnya. Wilma melihat Alyea yang bersikap aneh dan langsung buru-buru keluar dari mobilnya untuk menghampiri Alyea.
“Hey… kau tidak apa-apa” ucap Wilma sejenak sembari menatap Alyea.
Alyea tidak menjawab justru ia masih merintih dan menangis bahkan memelototi Wilma seperti pandangan benci karena telah mengusiknya, namun terlihat jelas jika Alyea masih mencoba mengontrol dirinya.
Alyea mengerlingkan matanya seolah meminta bantuan kepada Sesuatu yang berada disebelah. Semua orang yang melihatnya terheran-eran dengan sikap Alyea ataupun Wilma..Wilma langsung membantunya berdiri dan membawa Alyea pulang kerumahnya untuk sementara. Wilma terus mencoba untuk menenangkan Alyea sepanjang perjalanan. Sesampainya dirumahnya sang bibi langsung berlari keluar rumah karena mendengar teriakan yang begitu mengkhawatirkan dirinya. Mak Et takut sesuatu terjadi kembali kepada Wilma yang membuatnya takut untuk berurusan dengan kedua orang tuanya lagi.
“Ada apa Nak?” Mak Et kaget bukan kepalang.
“Tenang Mak Et, Aku baik-baik saja” ucap Wilma.
“Lalu…” bibi melirik kearah Alyea sedikit gemetar.
“Ia teman sekolahku. Tadi dijalan ia terluka jadi aku membawanya kerumah” kata Wilma sembari membawa Alyea menuju kamarnya dibantu dengan MaK Et.
“Mengapa kau tidak membawanya kerumahnya pasti orang tuanya akan khawatir padanya” Ujar Mak Et memberi nasehat.
“O ya benar. Aku terlalu khawatir jadi aku tidak berpikir seperti itu. Nanti aku hubungi Tami untuk memberitahu orang tuanya” ucap Wilma sembari membaringkan Alyea ditempat tidurnya.
“Kalau bisa sebaiknya kau tidak perlu berurusan dengan seperti ini nak” Mak Et terlihat khawatir dengan keadaan Alyea. “Kalau begitu Mak akan mengambil minum dan makanan untuk kalian”
“TErima kasih Mak” ujarnya tersenyum
“Apa Mak harus memangil dokter?” Mak Et berbalik mengkhawatirkan Alyea.
“Tidak perlu, dia baik-baik saja” Wilma menatap Alyea.
“Apa dia sama seperti…” suara Mak Et menjadi pelan.
“Mungkin saja tapi sepertinya dia berbeda denganku” ucap Wilma tersenyum.
Wilma terus memantau keadaan Alyea yang begitu menakutkan dan sebenarnya menguntungkan juga baginya. Akhirnya Selama hidupnya Wilma mendapatkan orang yang keadaan hampir sama sepertinya meski belum dipastikan kenyataannya memang betul sama atau Wilma yang mengharapkan seperti itu. jika Alyea berbeda dengan Wilma untuk apa mereka bertiga selalu berada disisi Alyea dan jika mereka bertiga bersikap aneh pasti Alyea langsung bertingkah tidak jelas, Wilma juga terus mondar-mandir didalam kamarnya menunggu ibu Alyea dan Tami yang sedari tadi tidak kunjung datang. Dan pastinya memikirkan siapa Alyea sebenarnya. Dari semua yang Wilma lihat hanya milik Alyea yang terlihat berbeda.
Alyea masih sedikit mengamuk dan mulai tidak mengenal Wilma yang berada didepannya. Alyea seperti sedang sibuk melihat atau merasakan sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Wilma. Alyea semakin bertingkah aneh dan menyakiti diirinya sendiri. Hal itu terus ia lakukan beberapa waktu sampai ia kelelahan dan akhirnya tertidur.
“Hey… bola mataku lelah terus melihatmu mondar-mandir” ucapnya yang selalu menemani Wilma didalam kamarnya.
“Aku tidak menyuruhmu terus melihatku!” ucap ketus Wilma.
“Tapi aku bisa melihatmu” balasnya.
“Aku lebih lelah karena seumur hidupku terus melihatmu” ucap Wilma semakin kencang.
“Aku tidak menyuruhmu untuk melihatku? Tapi siapa mereka. Se…”
Obrolan mereka langsung terpotong ketika Mak Et masuk membawakan minuman dan makanan. Sang bibi curiga melirik Wilma yang sering melakukan kebiasaan yang tidak dimengertinya tapi Mak Et membiarkan hal itu selagi hal itu tidak menggangu Wilma. Wilma yang mengetahui hal itu hanya tersenyum manja dan seolah-olah tidak apa-apa.
“Kau bisa melihat mereka?” ucap pelan Wilma kepada temanya selepas kepergian Mak Et dari kamarnya. “Seperti apa kau melihatnya?”
Pertanyaan Wilma berlum dijawab tapi Wilma harus menghentikan percakapannya karena kedatangan tamu yang sangat diharapkannya untuk meminta penjelasan dan lainnya yang berhubungan dengan Alyea. Wilma begitu sumeringah untuk rasa penasaran yang ingin ia bagikan kepada orang yang juga mempercayainya. Wilma yakin pasti orang tuanya tahu apa yang terjadi pada anaknya sama hal seperti dirinya sampai ibunya rela berpisah dengan anaknya sendiri. meski begitu Wilma takut untuk bertanya mengenai Alyea.
“Nak Wilma…” ucap Liya khawatir.
Liya langsung menghampiri Alyea yang masih tertidur kelelahan dan mengusapnya. Wilma begitu terharu melihat ibu Alyea dengan lembut dan penuh kasih sayang mengelus rambut dan wajah Alyea yang sedang terbaring lemah. Pemandangan indah yang selama ini ia inginkan. Wilma merasa iri dan terharu, ia menahan air mata. ia tidak ingin menangis karena itu hanya membuatnya semakin rapuh.
“Nak Wilma. Maaf sebelumnya tapi Mengapa kau tidak membawanya kerumah tante. Bukankah kau melewati rumah tante?” tanya Liya sang ibu.
Mak Et yang masih berdiri dikamarnya melirik Wilma. Yang dikatakan Liya sama seperti yang dikatakan oleh sang bibi. Mak Et yang sudah mengasuh Wilma sejak kecil pun mengetahui dengan jelas kecurigaannya. Wilma yang jarang sekali membawa temannya selain Tami membuat Mak Et curiga apalagi teman barunya berani ia bawa masuk kedalam kamarnya. Padahal Tami yang sering masuk kedalam rumahnya namun tidak pernah sekalipun masuk kedalam kamarnya. Wilma yang menatap balik sang bibi hanya terdiam begitupun sang bibi yang enggan untuk beranjak dari sisi Wilma.
“Maafkan aku tante.. tapi…” Wilma tidak sanggup mengatakan kebenarannya.
“Kenapa? Ada apa? Apa dia baik-baik saja dan tidak berbuat sesuatukan?” Liya semakin khawatir menggenggam tangan Wilma.
“Apa maksud tante ia tidak berbuat sesuatu? Aku ingin bertanya apakah Alyea sering seperti itu?” Tanya Wilma sedikit ketakutan.
“Apa kau melihat dia menangis dan mengamuk” Tanya Liya memberikan pernjelasan.
Angguk Wilma.
“Akhirnya hal itu terjadi” liya menangis lemas dihadapan anaknya. “Entahlah tante juga tidak tahu. Tapi semakin Alyea besar memang sering seperti ini”.
Mendengar ucapan Wilma. Liya langsung melotot menatap Wilma. Ketakutannya selama ini terjadi. Liya takut jika Alyea juga menyakiti Wilma dan temannya yang lainnya. “Apakah kau disakiti olehnya?”
“Ohh.. tidak tante. Aku baik-baik saja. Jadi tante tahu apa yang selama ini terjadi pada Alyea?” ucap Wilma membuat Liya terkejut.
Liya mencoba tenang dan mencari jawaban yang pas agar ia bisa cepat pergi dari rumah Wilma dan membawa Alyea.
“Apa maksudmu? Tante hanya takut anak tante ini melukai orang lain” ucap tenang Liya
“Tante aku melihat mereka” ucap Wilma cepat
Liya melotot tidak percaya yang dikatakan oleh Wilma. Liya pikir jika Wilma akan mengatakan Alyea gangguan jiwa.
“Apa yang kau lihat?” Liya mencoba memperjelas apa yang dikatakan Wilma.
“Mereka selalu mengikuti kemanapun Alyea pergi. Aku rasa Alyea pasti pernah menceritakan mereka” ucap Wilma mengejutkan Liya dan sang bibi.
“Kau bisa melihat mereka?”
Angguk Wilma.
“Apakah benar mereka berjumlah tiga orang?”
Angguk kembali Wilma.
“Jadi itu semua benar. Seperti apa mereka? mereka selalu membuat anakku menderita” Liya tidak kuasa menahan air mata.
Diwaktu bersamaan sang ayah Agra datang dengan Tami, wajah mereka juga sama terkejutnya dan khawatir.
“Wilma… ada apa dengan Alyea?” Tanya Tami
Momen tiba-tiba berubah ketika Tami dengan sifat aslinya datang.
“Kau lebih baik duduk saja dan aku mohon untuk saat ini kau harus diam”
Melihat ekspresi Wilma, Tami langsung mengikuti apa yang dikatakannya. Tami duduk diam dan sang ayah agra duduk memeluk istrinya
Wilma lanjut bercerita, “Ketika kedatangannya dikelasku aku melihat mereka bertiga yang selalu berada disamping dan dibelakang Alyea…”
“JAdi kau…” Tami yang mulai mengangkat mulut langsung diam setelah Wilma memelototinya seperti ancaman.
“Aku tidak pernah curiga apapun terhadap Alyea karena bukan kali ini saja aku melihat seseorang yang sering diikuti. Mereka terkadang langsung menghilang, kalaupun terus mengikuti seseorang biasanya mereka tidak akan selama Alyea dan seaneh Alyea”
“Lalu kapan kau benar-benar mengetahui hal itu?” Tanya sang ayah.
“Dari awal aku sering mengikutinya. Aku melihat beberapa teman Harsa mengganggunya dan mereka sempat mengarahkan kerikil kecil dan sebuah gulungan kertas padanya. dan yang kulihat sama seperti Harsa. Batu dan kertas itu melayang sejenak lalu terjatuh. Semenjak saat itu aku mulai sering mengikuti Alyea karena yang menangkap batu dan kertas itu bukanlah Alyea”
“Pantas Harsa selalu aneh dihadapan Alyea” sambung Tami yang tidak menutup mulutnya.
“aku terus mengikuti Alyea kemanapun dan yang kulihat tetap sama sampai ia berlari untuk menyelamatkan anak bayi didalam kebakaran itu. harusnya bukan tanpa alasan Alyea berani masuk dalam kobaran api dengan membawa pisau ditangannya. Aku yakin setelah Alyea menyelamatakn bayi itu. Alyea bermaksud untuk menyakiti dirinya sendiri agar terlihat seperti ia terluka karena kebakaran itu dan aku yakin Alyea tidak berhasil melakukan hal itu sehingga ia merobek baju dan mencoreng tubuhnya agar terlihat ia terluka karena itu Alyea butuh waktu sedikit lama untuk keluar dari rumah itu” jelas Wilma.
“Kau benar” ucap Liya semakin sedih.
“Yang aku lihat mereka bukan ingin menyakiti Alyea melainkan untuk melindunginya tapi jika orang yang sama terus melukainya, mereka juga akan balik melukai orang itu””
“Seperti apa rupa mereka?” Tanya Agra.
“Jika Zen melihatnya. Aku yakin mereka semua masih seperti manusia. Karena jujur saja selama aku bisa melihat mereka, hanya milik Alyea yang jelas terlihat berbeda olehku” jelas Wilma.
“Zen?” siapa Zen?” Tanya Tami.
“Kau ini memang tidak bisa diam sedetik saja” KEtus Wilma. “Zen adalah temanku dirumah ini?”
“APa?” kau jangan membuatku takut.
“Dia juga mengenalmu” ucap Wilma kesal menakuti Tami.
Seisi ruangan didalam kamar Wilma membicarakan sesuatu yang selama ini diinginkan orang tua Alyea dan yang ingin sekali Wilma katakan. Wilma merasa lega telah mengatakan kebenaran pada semua orang dan benar-benar didengarkan. Wilma yang baru kali berbicara panjang lebar sangat semangat dan menceritakan kembali semua yang ia lihat selama ia bersamanya. Kini baik Wilma ataupun liya mereka akhirnya mendapatkan jawaban, liya juga begitu puas karena ketidakpercayaan dan kebingungannya terjawab sudah, namun hal itu membuatnya semakin tidak tenang.
“Jadi benar” Alyea tiba-tiba terbangun dan menunduk.
“Anakku, kau sudah sadar” Liya langsung memeluk Alyea.
“Apa yang benar?” Tanya Wilma.
“aku menang sering bejumpa dengan banyak orang tapi aku tidak pernah sekalipun mengingingkan mereka untuk menjadi temanku. Begitu juga dengan kalian tapi aku tahu cara orang memandangku. Sama seperti kau Wilma, mungkin kau takut untuk menceritakan kebenaran pada orang lain karena pasti yang akan dikatakan orang berbeda. Selama aku bertemu denganmu yang kau lihat bukanlah diriku melainkan mereka bertiga yang selalu bersamaku?” jelas Alyea tiba-tiba membuka matanya.
“Kau tahu hal itu.” Wilma terkejut. “Ya kau benar. Tapi siapa mereka? kau tidak mengenalnya?” Tanya Wilma penasaran.
“Seperti yang kau lihat dari mereka”
“Tidak… Mereka semua berbeda dari yang kulihat. Baru kali ini aku melihat hanya sebuah bayangan hitam saja tapi aku yakin mereka manusia” ujar Wilma.
“Jadi kau tidak bisa melihatnya dengan jelas. Mereka semua mengenakan baju prajurit lengkap dengan senjata” jelas Alyea.
Wilma langsung melirik zen yang bersikap aneh “Hey, apa yang ingin kau katakan Zen? Ada apa denganmu?” Wilma melirik kesebelah kirinya yang jelas itu hanyalah sebuah tembok kamarnya.
“Kenapa dengan dia?” Tanya Tami.
“Alyea kau tidak bisa melihatnya?” Tanya Wilma.
Alyea menggelangkan kepala. “Sepertinya hanya mereka yang bisa kulihat
”SEpertinya Zen ingin mengatakan sesuatu tapi rasanya sulit sekali” ucap Wilma bingung. “Maksudmu baju”
Wilma mencoba berkomunikasi dengan cara mengejanya. “Baju… bukan … perang… pengantin… dresss…gaun…. Ah sudahlah kau membuatku bingung”
“Sepertinya yang Zen lihatpun berbeda” ucap Alyea.
"Tapi apa yang diinginnkan mereka bertiga darimu. Jika Wilma melihatnya berbeda " ucap Tami membuat Wilma mengangguk namun membuat orang tuanya semakin sedih.
"Entahlah... Tapi sepertinya ada sesuatu dalam diri Alyea yang membuat mereka tidak bisa lepas dari Alyea atau Alyea sendiri yang menginginkan mereka " ujar Wilma.
"Aku tidak menginginkan apapun dari mereka. Justru aku ingin mereka terlepas dariku. Karena merekalah aku menjadi seperti ini dan membuatku tidak mempunyai teman. Mereka hanya memandangiku tanpa berkata sepatah katapun walaupun hampir selama hidupku terus bertanya pada mereka" ungkap Alyea sedikit kesal.
"Apakah kau tidak menyadarinya Alyea? Kau bisa mengamuk atau bertingkah aneh itu karena mereka" ucap Wilma pelan.
"Maksudmu?" tanya Tami.
"Alyea hanya akan bertingkah seperti itu karena mereka yang memulainya dan itu berdampak pada Alyea. Jika mereka tenang Alyea pun tenang. Tapi aku pernah melihat sekali ketika mereka bertingkah aneh itu tidak berdampak pada Alyea justru seakan-akan mereka menolak untuk mengamuk. Aku tidak mengerti sebenarnya kau yang membutuhkan mereka atau mereka yang membutuhkanmu" jelas Wilma panjang lebar.
“Yang jelas ada sesuatu didiri Alyea yang membuat kau dan pengikutmu sama-sama tidak bisa terlepas” ucap Tami tegas.
“Sebaiknya kita cepat pulang” ucap Agra yang sudah tidak ingin mendengar apapun tentang anaknya
Hari sudah mulai larut. Alyea dan orang tuanya berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada mereka terutama Wilma yang telah membuka mata Liya dan Agra akan kebenaran yang selama ini tidak dilihatnya dan pastinya juga sulit untuk diyakininya. Alyea hanya menunduk lelah dan membiarkan kedua orang tuanya menuntunya. Alyea tidak memang tidak tahu asal muasal MEREKA, tapi hal itu sudah lihat sejak ia masih kecil. Tapi Agra sang kepala keluarga tidak bisa menyangkal jika kisah itu yang pernah ia alami itu memang benar terjadi dan bukanlah mimpi belaka, secuil kisah bayi Alyea yang sampai sekarang belum Agra ungkapkan kepada istrinya pasti hal itu berhubungan dengan MEREKA yang terus mengikuti.
Agra hanya mengetahui jika ada sesuatu pada anaknya. Itu salah satu alasan Agra yang masih belum bisa mengungkapkan kebenarannya karena Agra juga tidak mengetahui apapun tentang orang-orang yang mengikuti Alyea. Meski Agra tida sesering melihat perubahan Alyea, tapi Agrapun tidak tinggal diam dan penasaran dengan MEREKA sampai ia melakukan sesuatu yang tidak masuk akal tanpa sepengetahuan istrinya hanya untuk menyelamatkan anaknya. Agra tidak mendapatkan apapun, lagi-lagi jalan buntu. Agra pasrah dalam beban pikiran yang tidak ia ketahui. Bukupun seakan sudah hilang dari pikirannya karena ia tidak menemukan apapun. Hanya ada satu cara yaitu menemui “Orang” itu kembali.
Berbagai cara ditempuh untuk menyelamatkan Alyea tapi tetap tidak mempan yang ada hanya membuat Liya gila dengan semua tindakan Alyea yang semakin menjadi-menjadi. Liya putus asa yang membuatnya gelap mata dan sering memukuli Alyea sampai Alyea kecil hanya bisa menangis sambil mendekap kedua lututnya di sudut ruangan. Sebenarnya Alyea tidak sedikitpun mendapatkan luka fisik dari sang ibu meski ia terus menerus dipukuli dengan cara apapun. Alyea menangis karena ia ketakutan dengan mimic wajah sang ibu yang menurutnya ketika itu lebih menakutkan dari MEREKA yang terus membuntutinya.
Perjuangan sang orang tua untuk Alyea selalu ditempuh dengan menggunakan berbagai cara apapun namun lagi-lagi gagal dan itu membuat mereka menyerah dan tidak tahu harus berbuat apa. Mereka sudah sekuat tenaga menyelamatkaan Alyea namun seiring berjalannya waktu yang ada Alyea justru bertambah parah namun Liya juga bersyukur karena sang anak juga mulai mengerti dengan keadaannya sendiri.