04. YANG TERSEMBUNYI
Hari yang ditunggu para tetangga sudah tiba waktunya yaitu berkenalan lebih dekat dengan tetangga barunya yaitu keluarga Agra. Banyak warga yang sudah tidak sabar karena ingin melihat keluarga baru itu dan seorang anak yang kini telah menjadi pahlawan bagi warga sekitar. Tindakan Alyea yang cukup berani membuat warga kagum atas tindakannya apalagi Alyea adalah seorang perempuan yang menurut mereka masih dianggap anak-anak untuk melakukan hal yang belum tentu orang dewasa bisa lakukan.
Alyeapun begitu senang karena sang ayah yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga dihadapannya. Bagi Alyea beberapa hari menunggu kedatangan sang ayah itu cukup lama. Tapi kini semua itu tidak dihiraukannya. Alyea tidak saja senang dengan keberadaan sang ayah tapi Alyea juga mendapatkan bonus yaitu teman-temannya yang ia inginkan, walau hanya dua orang itu cukup baginya meski pertama kali mereka berdua seperti memberikan kesan “negatif” bagi Alyea. Karena Tami mendekati Alyea demi mendapatkan berita yang banyak dibicarakan orang sedangkan Wilma mungkin karena tidak banyak teman yang benar-benar ingin berteman dengannya. Jika tidak ada yang dibutuhkan hal itu tidak akan terjadi.
Meski Alyea tidak tahu arti yang sebenarnya dari kata “Teman”. Setidaknya kini Alyea menikmati perannya sebagai tetangga baru dan penyelamat. Hari hari Alyea kini penuh senyum. Alyea tidak percaya mimpinya akan menjadi kenyataan. Doa yang dikesampingkannya selama ini dikabulkan. Ataukah ini semua hanyalah pemandangan sesaat yang mampir dalam hidupnya. Alyea begitu bahagia tapi rasa takutnya masih saja mengekorinya kemanapun ia berada.
“Alyea… Sepertinya kau senang sekali” ucap sang ayah Orim agra melihat perubahan anaknya.
Alyea mengangguk. “Ya ayah aku sangat senang sekali tinggal disini”
“Syukurlah kau menyukainya” ucap ayah tersenyum.
“Tapi jujur saja ayah, disini sulit untuk kemana-mana. Bahkan sepertinya ibu tidak tahu kita akan tinggal ditempat seperti ini sampai ibu kehabisan stok makanan” ucap Alyea melas dan tertawa.
“Hai pak Agra… anakmu cukup hebat” ucap warga memberikan pujian dan memotong pembicaraan mereka berdua.
Sang ayah yang tidak mengetahui kisah kepahlawanan Alyea hanya diam kebingunggan “Memangnya apa yang telah dilakukan oleh anakku?” tanya sang ayah kepada tetangga itu.
“Warga disini semuanya tahu kalau anak perempuanmu itu berani. Ia mererobos luapan api untuk menolong bayi ibu Mona yang rumahnya terbakar” ucap warga itu melanjutkan.
“Apa…” detak jantung sang ayah langsung meningkat kencang mendengar ucapan tetangga barunya.
“Biasa saja ayah. Ini bukanlah untuk pertama kalinya aku melakukan hal berbahaya” bisik Alyea pada ayah yang berada disampingnya.
“Ayah tahu, tapi kau tidak seharusnya terlalu terbuka didepan orang lain” ucap Agra yang ikut berbisik menekan suaranya.
Sang ayah hanya tersenyum kecil dengan terpaksa mendengar kabar tentang anaknya dari tetangga barunya itu. sang ayah senang karena akhirnya anaknya mendapatkan respon yang baik dari semua warga di lingkungan barunya itu. Namun sang ayah khawatir dengan tindakan sang anak yang bisa membahayakan nyawanya. Bagaimanapun nasib baik tidak akan terus menerus mengikutinya. Tidak seperti sang ibu. Liya begitu mengetahui anaknya, karena ia memang sering bersamanya. Sang ayah yang sibuk bekerja tidak mengetahui banyak jika Alyea selalu selamat dari kejadian apapun termasuk keinginan Alyea untuk menyakiti dirinya sendiri. Sang ayah memang tahu mengenai keadaan anaknya tapi tidak sedetail sang ibu, ayahnya selalu berpikiran Alyea selamat karena factor keberuntungan yang diberikan oleh tuhan kepadanya. Bagi Agra, Alyea bagaikan mukjizat yang diberikan tuhan sejak ia dilahirkan kedunia.
Sang ayah khawatir akan keselamatan Alyea sedangkan sang ibu khawatir akan kebahagiaan Alyea. Semenjak kejadian itu Alyea memang telah mendapatkan kebahagiaannya dan membuat hidupnya merasa tenang. Kebahagiaan untuk Alyea tidak serta merta dengan sang ibu. Dalam hati terdalamnya Liya begitu senang dengan perubahan anaknya yang bisa membaur dengan teman sebayanya. Tapi Liya justru begitu ketakutan karena Alyea mulai sering keluar rumah dan bergabung dengan temannya. Liya takut Alyea sewaktu-waktu akan dijauhi karena perubahan sikapnya. Oleh karenanya Alyea lebih baik tidak memiliki teman yang hanya berakhir dengan balik menyakitinya. Sedangkan Alyea menanggapi hal itu dengan cara yang berseberangan dengan ayah dan ibunya. Bukan tanpa alasan Alyea melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri. karena hanya dengan cara itulah Alyea bisa mencurahkan kekesalannya. Karena MEREKA yang selalu mengikutinya membuatnya tiba-tiba berubah dan dijauhi oleh banyak orang dan hal itu juga yang membuat Alyea masa bodoh dengan hidupnya.
“HEy… Alyea” lambaian tangan dan teriakan Tami memaksa langkah Alyea untuk berlari kearahnya dan meninggalkan sang ayah yang sedang mengobrol dengan tetangga barunya.
“Kalian datang juga” ucap Alyea melihat kedatangan Tami, Wilma dan lelaki dari teman yang mengganggu dihari pertama masuk.
“Ya pastilah aku akan datang” kata Tami semangat menenteng kamera dilehernya.
“Kemapun kau pergi pasti akan selalu ada berita” ucap Alyea bercanda dengan Tami.
“Kau betul. Karena setiap langkah kita adalah sebuah kisah dan pastinya akan menjadi sejarah” sambung Wilma.
“Wow… keren” Tami mengacungkan 2 jempolnya. “Dalam seumur hidup aku mengenalmu baru kali ini kau membuatku takjub Wilma” mata Tami melotot dan menganggukkan kepalanya.
“Mungkin saja banyak sejarah yang diubah tidak sesuai dengan kenyataan” ucap Wilma.
Aku tersenyum dan mengiyakan apa yang dikatakan oleh Wilma.
“Mengapa begitu?” ucap lelaki akhirnya angkat bicara.
“Apa bedanya yang kau pikirkan selama ini?” ucap Wilma jutek dengan suara yang mulai menunjukan dirinya seperti biasa. “Kalian saja masih sering tidak percaya dengan ucapan teman kalian yang jelas ada didepan mata kalian”.
“Sepertinya ada yang ingin kau ungkapkan” ujar Alyea.
Wilma diam sejenak
“Hehhh.. Harsa kau ini suka berpura-pura. Aku tahu kau selalu tidak pernah percaya padaku, termasuk dirimu Tami!” ucap Wilma menunjuk mereka berdua yang membuat Alyea mengerutkan kening cukup penasaran apa yang dikatakan Wilma selanjutnya. “Sudahlah…”
Wilma tiba-tiba menghentikan ucapannya membuat kalimatnya menggantung dipikiran Alyea. Seperti Alyea, Wilmapun tidak ingin menunjukkan siapa dirinya kepada orang lain khusunya kepada teman barunya yaitu Alyea. Tami dan lelaki yng dilihat untuk kedua kalinnya yaitu Harsa sudah mengetahui siapa diri Wilma hanya saja mereka memang tidak percaya apa yang dikatakan Wilma. Karena terkadang kata-kata Wilma membuat orang menggelengkan kepala, bingung bahkan dianggap tidak normal. Oleh karena itu, Wilma pun tidak ingin mengatakan hal itu kembali karena yang terjadi biasanya tidak akan pernah berubah. Respon mereka masih sama seperti sebelumnya.
“Mengapa kau mengatakan kalimat itu setengah-setengah” Alyea menjadi terbius oleh ucapan Wilma.
“Intinya semua orang menolak sesuatu yang diluar masuk akal tapi didalam hati dan pikirannya sebenarnya mereka juga menyadari akan hal itu mungkin juga dikasus lain mereka menginginkannya” ucap Wilma yang semakin membuat penasaran Alyea.
“Apa maksudmu?” Tanya Alyea semakin tertarik dengan kalimat Wilma.
“Sudahlah… aku kesini bukanlah untuk mendengarmu berceloteh. Aku kesini untuk berkunjung ke rumah Alyea” ucap tegas Tami.
“ucapanmu menyakiti diriku Tami” Wilma seperti es batu yang meleleh karena ucapan Tami.
Wilma akhirnya masuk begitu saja tanpa menjelaskan maksud yang ingin didengar oleh Alyea. Alyea sedikit kecewa karena Wilma tidak menyelesaikan cerita yang cukup menarik untuk didengarnya
“Harsa apa maksud Wilma?” Alyea menarik lengan Harsa ketika ia akan masuk kedalam rumah Alyea. Alyea masih penasaran dengan cerita Wilma dan terlihat dari wajahnya jika yang diucapkannya sepertinya serius.
“Apakah selama ini kau percaya dan pernah melihat ada orang bisa mengendalikan air atau apapun itu seperti yang kau lihat di fim-film?” Tanya Harsa pada Alyea yang membuatnya semakin bingung.
Alyea hanya menggeleng bingung dan tidak percaya. Karena kenyataannya ia tidak pernah melihat itu dengan mataya sendiri. meski keadaannya sekarang ini iapun bisa dikatakan memiliki hal itu.
“Sama sepertimu. Aku dan Tamipun begitu. Aku tidak percaya akan hal itu meski dalam lubuk hatiku aku menginginkan hal itu, tapi yang terjadi pada Wilma aku sama sekali tidak berharap” ucap Harsa berlalu meninggalkan Alyea yang masih bingung.
“Apa maksudnya?” Alyea menggigit kuku ibu jarinya. “Apa Wilma memiliki kekuatan super”
Alyea masih memikirkan ucapan Wilma. Yang dilihat oleh Alyea tentang kepribadian Wilma yang sesungguhnya sama seperti dilihat oleh kebanyakan teman-temannya. Wilma terlihat angkuh, cuek dan jutek, itu memang kepribadian Wilma sebagai anak yang memiliki segalanya. Apa yang diinginkannya pasti ia dapatkan. Hal itu menjadi kepribadiannya sampai ia tumbuh besar. Dan hal itu semakin menjadi-jadi ketika ia mengetahui dan menyadari tentang siapa dirinya yang sesungguhnya. Sikap Wilma semakin buruk, ia semakin sering menyiksa teman-teman, pembantu dan siapapun yang ia inginkan untuk melampiaskan amarahnya.
Sikap Wilma yang seperti itu membuat ia sering diprotes oleh orang yang merasa dirugikan olehnya dan membuatnya sering berpindah tempat meskipun tidak sebanyak Alyea. Bahkan kedua orang tuanya saja tidak sanggup untuk mengasuhnya. Kedua orang tua yang sibuk dengan bisnis kewalahan oleh sikap anaknya, akhirnya orang tuanya memutuskan untuk mengirim Wilma kesebuah desa kecil. Sebelumnya Wilma pernah tinggal diasrama namun yang ada justru semakin buruk. Jalan satu-satunya adalah membuat Wilma jauh dari kota dan mengabulkan apa yang diinginkannya. Orang tuanya mengirim Wilma pergi kedesa salah satu asisten rumah tangga yang sudah lama ikut dengannya. Yang dipikirkan Wilma sampai saat ini, Secara tidak langsung orang tuanya membuangnya agar bisa tenang dalam bekerja dan tidak terus menerus melihat sikap anaknya dan mendapatkan protes dari banyak orang yang menghabiskan tenaga, waktu dan uang.
Wilma yang sudah mulai tumbuh dewasa berpikir tentang hal itu. Orang tuanya tidak mengingkannya yang mengharuskannya untuk tinggal bersama asisten rumah tangga, meski begitu Wilma diberi tempat tinggal yang besar dan mewah. Wilma tidak keberatan meski ia harus tinggal bersama bibi yang sedari ia lahir selalu bersamanya dan justru bibinya yang selalu berada disampingnya. Wilma biasa memanggilnya dengan sebutan Mak Et . Karena kedekatannya, Wilma sudah menganggapnya seperti neneknya sendiri yang sering membuatkan susu, menina bobokan dan membacakan cerita dari buku atau cerita pengalamannya sendiri. Dan yang paling penting adalah Mak Et selalu percaya apa yang dikatakan oleh Wilma. Sikap Wilma yang buruk tidak terlepas dari apa yang dilihatnya dan ketidak percayaan semua orang ditambah sikap orang tuanya yang acuh padanya yang membuat kepribadiannya menjadi tidak peduli terhadap oran lain.
Wilma sudah tinggal didesa itu sekitar 2 tahun lamanya. Awal kepindahanya ditolak olehnya karena tidak sesuai keinginannya. Bahkan sikapnya semakin buruk kepada temannya. Dan ia juga masih sering dikunjungi oleh orang tua temannya dengan nada yang kesal. Namun sikap orang tua di desa itu dengan tempat tinggalnya yang dulu sangat jelas berbeda. Penduduk disini masih memaklumi kenakalannya dan menasehati dirinya dengan cara bicara yang membuat Wilma semakin lama merubah sikapnya dan Wilma yang sekarang sudah tidak sering membuat onar tapi meski begitu sikapnya yang angkuh masih belum bisa dirubahnya. Teman-temannya sudah mulai menerima Wilma apa adanya dan Wilma tidak ingin merusak hal itu dengan perkataanya yang tidak penah dipercayai oleh kedua orang tuanya dan teman-teman disekolahnya yang dulu.
Yang terjadi padanya membuatnya tersiksa sampai saat ini tapi untungnya tidak semua yang dilihatnya menakutkan bahkan kini Wilma telah memiliki teman dari hal yang dibencinya. Wilma ingin menghindar dari semua itu tapi mustahil dilakukannya karena disemua tempat di manapun pasti Wilma melihatnya dengan bentuk yang bermacam-macam dan menakutkan. Karenanya Wilma merasa tersiksa dan ingin menceritakan apa yang dilihatnya dan meminta bantuan mereka meski sekedar hanya untuk menemani. Sayangnya hal itu tidak pernah Wilma dapatkan. Setiap kali ia ketakutan ia selalu berrsembunyi didalam lemari mungilnya sampai tertidur pulas bahkan pernah pingsan sampai ia demam dan berkeringat dingin.
Wilma kecil bahkan sampai sekarangpun masih melakukan hal itu jika yang dilihatnya sangat menakutkan, hanya Mak Et yang selalu ada menemaninya dari ia sakit, sehat ataupun ketakutan. Bahkan ia rela tidur dekat lemari setiap kali Wilma ketakutan. Oleh karena itu Wilma lebih menurut apa yang dikatakan oleh bibinya daripada orang tuanya. Apa yang orang tuanya katakan pasti Wilma akan mengamuk dan menghancurkan apa yang ada didepan matanya. Tidak peduli itu mahal ataupun kesayangan kedua orang tuanya. Justru Wilma senang ketika melihat orang tuanya marah.