Abaikan typo ya ...โ Voment dianjurkan ๐
Yg komen author doain ketemu Jimin ๐
............
"Katanya mobil kamu rusak, Ga?" tanya Jin setelah masuk ke kelas dan melihat Suga bisa berangkat sepagi itu.
"Iyaa. Sialan! Si Daddy nyuruh aku ganti mobil baru" kesel si Suga. Dimana-mana mah harusnya senenglah dibeliin mobil baru. Suga aneh masih aja mau mempertahankan mobil rongsoknya. Padahal kan ia tahu sendiri akhir-akhir ini mobil itu bermasalah.
"Bagus dong, Ga"
"Bagus pantatmu. Udah dibilangin tuh mobil kesayangan. Gak akan aku ganti" kalau si Suga udah bicara dengan nada tinggi begitu Jin tidak akan menanggapi lagi. Ia bahkan memilih membuka ponsel.
Tiba-tiba Suga melihat Taehyung berdiri diambang pintu sambil membuat ancang-ancang akan melemparkan tasnya. Ia mengayun-ayunkan tasnya sekaligus memberi tanda supaya Suga menangkapnya.
Bugh !
Karena kurang ahli dalam melempar tas, Taehyung malah melempar tasnya kearah Jin dan mengenai kepalanya. Kasihan sekali Jin masih pagi sudah ketiban tas Taehyung. Untung tas Taehyung tidak berat.
Jin mengelus kepalanya yang sakit. Ia sampai tidak bisa membalas chat Nayeon karena kejadian tas V.
"Sorry...Dedek salah lempar" V mendudukkan dirinya di kursi sendiri setelah mengambil tas nya yang tergeletak di lantai.
"Sengaja kayaknya. Aku kan disini ya, masa Taehyung lempar kena kamu, Jin"
"Sakit..woy! Taeh...Gila apa? Masih pagi ni?" Umpat Jin.
V cuma memandang Jin dengan wajah datar kemudian sesuai namanya ia nyengir kuda sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.
...
Min Rae meletakkan novel yang belum selesai ia baca diatas meja dan ia malah membuka ponselnya.
"Kemarin kau pulang dengan Rapmon?" tanya Ra In.
"Iya. Ternyata Rapmon nggak nyari aku. Itu tipuan si Jungkook. Ngeselin banget sih pacarmu tuh"
Ra In terkekeh melihat Min Rae kesal.
"Yang penting kan ujung-ujungnya pulang bareng"
"Iyaa sih. Ya tapi tetep aja kan bikin malu" Min Rae meletakkan ponselnya dan mulai membuka halaman novel yang sudah ia tandai. Kini Ra In dan Min Rae sedang membaca novel untuk dijadikan bahan resensi.
Sementara Ra In sudah sangat fokus tiba-tiba saja Min Rae merasa Ra In benar-benar melupakan satu hal. Min Rae kembali melipat novelnya dan menatap Ra In.
"Ra In-ah..."
"Hmm" gumam Ra In masih terlihat fokus dan enggan diganggu.
"Katanya suka sama cowok lain. Kenapa pacaran sama Jungkook?"
Ra In menurunkan novelnya. Ia sudah pernah membahas ini dengan Min Rae waktu itu. Wajar sekarang temannya itu penasaran. Ra In diam sebentar mencari jawaban. Sebenarnya ia juga tidak tahu mengapa menerima Jungkook. Awalnya semua memang salah paham.
"Aku akan melihat Jungkook mulai sekarang"
"Lalu siapa yang kau sukai dan menyuruhmu menerima Jungkook itu?"
Ra In tidak bisa mengatakan nama itu. Baginya Min Rae tidak usah tahu. Ia tidak ingin membuat Jungkook menjadi tidak berarti. Untuk apa juga membahas Jimin kalau Ra In akan melihat ke arah Jungkook.
"Kau tidak mau memberitahu ku?"
Ra In mengangkat kembali novelnya. Masih terdiri dari delapan bab lagi ia harus menyelesaikan novel itu. Kalau tidak mau tugasnya berantakan.
...
"Apa kau sudah disana?" Jungkook mematut diri didepan cermin dan sibuk memasang dasinya. Ini acara formal, setidaknya ia harus terlihat rapi. Pun Ra In adalah salah satu alasan utamanya.
"Aku sudah disini sendiri. Belum ada yang datang. Tadi aku sudah menemui orang tuamu dan orangtua Ra In juga. Dimana kau dan Ra In?kalian tidak pergi ketempat lain kan?" Taehyung terdengar menggoda Jungkook di kalimat akhirnya.
Jungkook melihat ponselnya dan melotot disana. Seolah-olah ia dapat memaki wajah V. Kalau saja ia dekat V sudah pasti tangannya gatal menoyor kepala.
"Sialan! Memang kau berangkat dengan siapa, Taeh?"
"Sepupuku Baekhyun Hyung. Tapi ia datang dengan pacarnya. Kan aku sendiri kan nggak asik kan iya kan?"
"Kumat dah alay mu"
"Hehehe....makanya ayo cepat kau---Om Jin...."
Tut.
Jungkook sudah siap sekarang. Ia juga akan segera menjemput Ra In jadi tidak usah meladeni panggilan Taehyung lagi. Bikin kesal, tidak berfaedah sekali.
Langkah Jungkook berhenti tepat saat Ra In berbalik dan menatapnya dengan tersenyum sangat manis. Sepertinya gadis itu sudah menunggu Jungkook.
๏ฟผ
Ra In dan gaunnya terlihat sangat serasi sekali. Gadis itu tidak pernah terlihat jelek dimata Jungkook. Tapi, hari ini adalah hari dimana Ra In terlihat sangat cantik. Itu karena gaun pemberiannya. Jungkook sangat bahagia gaun pemberiannya sangat cocok dengan gadisnya.
Jantung Jungkook berasa akan melompat. Ia gugup sendiri berduaan dengan Ra In didalam mobil. Meskipun sudah terbiasa hal itu mereka jalani. Hari ini Jungkook malah sangat canggung.
Sesekali bahkan sering disela-sela waktu selama perjalanan, Jungkook melirik Ra In yang tengah sibuk dengan ponselnya.
Tunggu sampai teman-teman Jungkook melihat Ra In. Pasti mereka semua merasa iri dengannya. Bahkan Jungkook sudah mengundang Minhyun tanpa sepengetahuan Ra In. Dia akan membuat senior itu tidak lagi berani mendekati gadisnya.
Setelah memarkirkan mobilnya Jungkook berlari membukakan pintu untuk Ra In. Gadis itu terkejut dengan perlakuan Jungkook. Ra In masih belum terbiasa membedakan Jungkook sebagai sahabatnya dengan Jungkook sebagai pacarnya. Karena ia sedang berusaha.
Tangan Jungkook terulur didepan Ra In. Telapak tangannya menengadah dengan senyum yang mengembang sempurna. Ra In sempat ragu namun akhirnya ia memberikan tangan kanannya kepada Jungkook.
"Kau sangat cantik, sendok itali"
"Benarkah?"
Mereka berdua memasuki aula hotel yang berada di lantai sepuluh dengan Jungkook yang menggenggam tangan gadisnya.
...
"Hai...Minhyun...Sunbae? selamat datang dipesta orangtua ku. Semoga kau menikmatinya" Jungkook sengaja menghalang langkah Minhyun dan membawa Ra In dalam genggamannya.
๏ฟผ
"Terima kasih sudah mengundang ku kesini"
Minhyun melihat Ra In dan matanya tidak bisa lepas dari gadis itu. Ra In sungguh sangat cantik.
"Hei..kenapa kau melihat pacarku seperti itu?" tanya Jungkook sangat posesif.
Minhyun segera mengalihkan pandangannya. Ia menghembuskan nafas mendengar kenyataan bahwa Ra In dan Jungkook sudah jadian.
"Kalian...pacaran?"
"Iyaa, tentu saja"
Ra In kikuk dihadapan Minhyun. Setelah aksi Minhyun memeluk dirinya waktu di rumah sakit itu Ra In jadi canggung.
"Oh. Selamat ya kalau begitu. Aku akan kesana menyapa orangtuamu" Minhyun melirik sekilas Ra In kemudian berlalu dari sana. Ia sangat malu kalau perasaan sedihnya terbaca oleh Ra In. Menurut Ra In Jungkook sangat kekanak-kanakan, bisa-bisanya dia bersikap seperti itu pada orang yang sudah berjasa bagi Ra In.
Ra In melepaskan tangannya dan menatap kesal pada Jungkook.
"Kenapa kau begitu pada Minhyun Sunbae?"
"maksudmu apa?"
"Kau tidak sopan padanya. Bagaimana kalau dia tersinggung?"
"Itu bagus. Biar dia tidak mendekatimu lagi"
"Begitukah?"
Jungkook mengangguk-angguk Sedangkan Ra In menghembuskan nafas kasar. Ini yang selalu membuat Ra In berkali-kali bersyukur kalau Jungkook tetap menjadi sahabatnya saja.
...
Jimin mengeratkan jas hitam nya dan menghampiri J-Hope dan Suga yang tengah duduk disebuah meja. Jimin kembali setelah mengambil minuman.
"Jadi...bagaimana luar negeri nya?" tanya Suga. J-Hope yang merasa tersinggung langsung menatap Jimin dan memberi tanda lewat tatapan mata. Padahal Jimin sudah tahu akan berbohong soal itu.
"Luar...biasa"
"Itu Nayeon?" tanya Jimin seraya menunjuk seorang gadis yang sedang berjalan dengan Jin.
Suga hampir melempar gelas kearah Jimin saking emosinya. Siapa saja manusia yang Jimin kenal selain Keenam kawannya itu.
"Bukan, Min. Itu Lisa" sahut Taehyung yang tiba-tiba datang.
"Eh?" kening Jimin berkerut. Ia sungguh dilanda kebingungan akut. J-Hope cerita tentang Nayeon sebagai pacar baru Jin. Kenapa yang dibawa Jin bukan Nayeon.
J-Hope menghedikan bahu kala Jimin melayangkan tatapan tanyanya. J-Hope sungguh tidak mengerti pada manusia bernama Jin itu.
"Jangan bingung gitu, Min. Kaya baru kenal Jin aja" Suga menepuk bahu Jimin menyadarkan kebingungannya. Benar-benar manusia playboy Jin. Nayeon lagi sakit di rumah sakit, ia tidak memikirkannya dan malah menggandeng gadis lain.
Jimin tidak pernah berhenti untuk bersyukur karena masih bisa terbangun dari tidur panjangnya. Ia masih bisa melihat tawa teman-temannya. Melihat kelakuan absurd mereka. Karena tidak ada yang lebih membahagiakan dari pada itu semua.
"Ini pesta ulangtahun pernikahan orangtua mu atau perjodohanmu?" saat Jungkook datang menghampiri mereka, J-Hope langsung melayangkan pertanyaan itu. Sedangkan yang ditanya hanya sibuk mengunyah cake.
"Jimin kapan pulang?" tanya Jungkook melihat Jimin ada didepannya. Jimin tersenyum.
"Baru kemarin lusa"
"Jungkook ayo nak kita foto bersama" teriak ayah Ra In melambaikan tangan pada Jungkook.
"Bentar ya guys"
Jungkook pun berlalu menghampiri keluarganya. Disana juga ada Ra In dan kedua orangtuanya.
Untuk sesaat mata Jimin tiba-tiba bertubrukan dengan manik milik Ra In. Gadis itu...Jimin ingin sekali merengkuhnya dan mengatakan 'apa kabar?' tapi itu tidak mungkin. Gadis itu sudah tidak bisa ia rindukan lagi. Omong kosong apa ini Jimin?Harusnya kau bahagia bukankah keinginanmu untuk membuat Ra In dan Jungkook jadian berhasil.
Jimin memutuskan kontak matanya. Ia melihat kearah lain saja. Tapi, tiba-tiba saat ia kembali menghadap Ra In gadis itu masih terus menatapnya meskipun keluarganya sibuk membicarakan sesi foto.
Jimin melihat Ra In membelalakkan matanya dan menyentuh tangannya menunjuk hidung. Jimin bingung apa yang sedang ia lakukan.
Sedetik berikutnya Jimin sadar bahwa hidungnya keluar darah lagi. Dengan menggunakan telapak tangannya Jimin menutupi hidungnya dan berlari menuju toilet.
...
Mematut diri didepan cermin toilet, Jimin memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan penyakitnya. Meskipun ia terus menyembunyikan hal itu. Nyatanya ada saja yang sempat memergokinya.
Jimin keluar dari toilet dan kembali ke tempat pesta. Tapi langkah Jimin berhenti karena melihat Ra In sudah didepannya. Sepertinya Ra In juga ingin ke toilet.
"Kau tidak apa-apa Jimin?"
Tanya Ra In.
"Hmm"
"Beneran kamu nggak apa-apa kan?aku tadi liat kamu mimisan. Kamu ko sering mimisan?"
"Nggak papa"
Baik Jimin maupun Ra In malah saling berdiam diri. Gadis itu juga sepertinya lupa kalau ia mau ke toilet. Karena merasa khawatir pada Jimin.
"Selamat kau dan Jungkook..."
"Tidak! Itu salah paham"
"Eh?"
Ra In mengulum bibirnya menghentikan ucapannya. Entah kenapa Ra In tidak mau mengakui Jungkook didepan Jimin. Ra In tidak mau dicap menuruti perintah Jimin. Pun Ra In masih menyukai Jimin. Andai Jimin membalasnya.
"Maksudku---" Ra In memutar bola matanya bingung akan mengatakan apa tentang salah pengucapannya barusan. Alhasil gadis itu hanya menunduk.
Jimin menyunggingkan senyumnya sekilas. Hampir tidak ada saking tipisnya. Menerima kenyataan bahwa gadis itu masih menyimpan rasa padanya. Ra In yang tengah sibuk merangkai kata tidak menyadari bahwa Jimin tengah tersenyum memandang dirinya. Ra In sangat cantik dengan gaun itu.
Setelah puas memandang wajah Ra In, Jimin berlalu dan meninggalkan Ra In sendirian.
"Aduh...aku pasti memalukan diriku sendiri" Ra In segera masuk kedalam toilet dan mencuci wajahnya.
...
Ra In menolak pulang bersama orangtuanya. Ia juga sudah berjanji pada Jungkook harus pulang dengannya. Disinilah gadis itu berdiri, didepan mobil Jungkook menunggunya. Jungkook ada urusan dengan orangtuanya, entah apa makanya menyuruh Ra In menunggu.
"Meong..."
Ra In terlonjak mendengar suara kucing. Ia mengedarkan pandangannya dan mencari makhluk menggemaskan itu. Dengan menggunakan senter dari ponselnya, gadis itu berhasil menemukan seekor kucing yang ada dibawah mobil Jungkook.
"Uh...kau terjebak sendirian disana?" Ra In membawa kucing kecil itu duduk dibawah. Ekor kucingnya terlihat memerah dan bengkak. Kasihan nya kucing itu. Pasti terjebak disana sudah lama. Ra In tidak tega melihatnya.
Ra In mengangkat tangannya untuk mengelus ekor kucing tersebut. Tiba-tiba Kucingnya menggeliat dan mencakar tangan Ra In.
"Aww--" kucing itu berlari dan Ra In memekik karena tangannya perih seketika.
"Berikan tanganmu" Ra In mendongak menatap sepasang kaki tak jauh dari dirinya berdiri.
"Jimin..."
Tanpa menunggu izin dari gadis itu, Jimin mengikis jarak antara dirinya dan Ra In. Ia meraih tangan Ra In yang terluka kemudian mengeluarkan hansaplas dari saku jasnya. Jimin memang sengaja membawa hansaplas saat melihat Ra In memekik tadi.
Jimin sudah berdiri di pintu utama hotel menyaksikan kelakuan Ra In. Niatnya Jimin akan pulang karena ayahnya sudah menelponnya berulang kali. Dan tidak mengantar Suga karena J-Hope yang akan mengantar Suga. Melihat Ra In yang kesakitan, Jimin sengaja meminta Hansaplas pada resepsionis.
J-Hope tidak akan membiarkan Jimin pulang malam-malam. Katanya Jimin harus segera kembali ke rumah sakit dan istirahat disana.
"Gomawo" Ra In menarik tangannya dan menatap Jimin sangat dalam.
"Hati-hati kau bisa terluka karena kucing"
Ra In mengangguk dan melihat Jimin berlalu dari hadapannya.
Perhatian kecil tadi membuat Ra In tersipu. Lihat saja wajahnya sudah memerah sejak Jimin memegang tangannya.
Ra In dapat merasakan sentuhan Jimin hanya dengan mengusap Hansaplas ditangannya.
"Ra In-ah..."
Jungkook keluar bersama J-Hope dan Suga. Mereka berpisah didepan pelataran hotel karena mobil mereka terparkir dengan jarak yang jauh.
Jungkook membuka pintu agar Ra In segera masuk kedalam mobil dan disusul dirinya sendiri. Mobil melaju dengan kecepatan sedang.
"Aku sangat ngantuk, sendok itali"
"Hmm"
"Aku harus fokus menyetir, nanti pacarku dalam bahaya. Benar kan?"
"Hmm"
Jungkook penasaran dengan Ra In yang hanya membalas ucapannya seperti itu. Ternyata Ra In sibuk melihat tangannya yang terluka.
"Hei...kau kenapa, sendok itali?"
"Huh?" Ra In menoleh dan melihat Jungkook khawatir.T angannya kini berpindah ke genggaman Jungkook. Namun Ra In kembali menariknya.
"Fokus menyetir Kookki. Aku tidak apa-apa. Tadi hanya dicakar kucing" jelas Ra In. Jungkook merasa lega mendengarnya. Ia tidak bisa membayangkan kalau terjadi sesuatu pada gadis nya itu.
Setelah sampai didepan rumah Ra In. Jungkook mendekatkan diri kepada gadisnya tanpa diketahui.
Cup.
Ra In menegang ditempat saat tiba-tiba ada benda basah yang menempel pipinya. Sontak Ra In memegangi pipinya dengan telapak tangannya yang kena luka.
"Aku minta maaf tidak bilang dulu"
Ra In mengerjap-erjap seolah hanya mimpi. Ia barusan dicium Jungkook?
"Ne--"
Gadis itu turun dan menahan Jungkook agar tidak perlu mengantarnya sampai pintu. Ra In masih tidak paham dengan apa yang barusan terjadi. Sudah larut malam dan besok mereka juga akan bertemu lagi. Ra In juga kasihan melihat Jungkook pasti lelah.
"Aku masuk ya. Bye...Kookki"
"Selamat malam, sendok italiku"
...
Jimin selesai mengganti jas formal nya dengan setelan rumah sakit dan sudah berbaring dibangsal seraya bermain game di ponsel nya.
"Hoolaaa..."
Jimin menghela nafas panjang melihat seseorang yang baru saja kemarin dikenalnya kini berteriak tidak jelas sambil menunjukkan senyum manisnya.
"Kau akan tidur? Bagaimana pestanya, menyenangkan?"
"Aku lupa kapan terakhir kali pergi ke pesta"
Dokter Daniel hanya berniat menyapa pasien kesukaannya. Entah apa yang membuat Dokter tampan itu suka menjahili Jimin. Mungkin karena jawaban Jimin di rooftop rumah sakit waktu itu.
"Aku bawa foto gadis yang kau suka dan sekarang menjadi pacar sahabatmu"
Jimin beringsut menegakkan duduknya. Ia penasaran dengan kalimat Dokter tersebut. Dokter Niel menyerahkan ponselnya pada Jimin.
"Hahaha.....kau bilang ini gadis yang ku suka?"
Lucu sekali Dokter Niel menunjukkan foto yang salah. Jimin tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan konyol seorang Dokter.
"Bukan ya? Heheh..."
"Ck.ck.ck....dokter kau tidak perlu melampaui batas"
"Aku kan hanya mencobanya"
"Haha..."
"Berhenti tertawa dan tidur saja. Aku akan pergi"
TBC
๏ฟผ
Uwaahhhh ....Minhyun potek ๐ญ
@yurriansan Iyaa ya, haha๐. Soalnya aku mikirnya kata-kata yg itu kayanya sering deh didenger, wkwkw. But, thanks masukannya. ๐
Comment on chapter Dia-ku