Suho-Irene ❤
"One....Two...Three...okey"
"Good..."
Irene menyibakkan rambutnya kebelakang. Senyumnya merekah dan tangannya menyentuh pinggang gaun merah yang ia kenakan.
"One more..."
"Okey.."
Irene menutup matanya membiarkan wajahnya dipolesi beberapa bedak dan blush on. Ia meraih sebuah topi besar dan langsung menanamkannya diatas kepala.
Cekrek!
Bunyi kamera memenuhi pendengaran Irene. Gadis itu terus menebar senyum tiap kali menghadap lensa kamera sang fotografer.
"Enough! Thanks Irene" ujar si fotografer.
"You're welcome"
Gadis itu segera melepas topi yang ia kenakan dan pergi menuju ruang ganti. Ia sudah lama ingin segera melepas gaun-gaun itu. Tanpa menerima bantuan dari kakaknya yang sudah menyiapkan mobil, Irene malah pergi sendiri setelah berganti pakaian.
"Irene kau mau kemana?"
"Eonni, ayolah! Aku mau menemui seseorang. Jangan mencari ku. Aku akan pulang sendiri ke hotel. Bye...."
Kakak Irene hanya menghembuskan napas pasrah. Adiknya memang suka kebebasan. Ya sudahlah, dia sudah dewasa ini.
***
Suho memutar bolpoin ditangannya sebelum memberikan tanda tangannya disana. Ia sangat teliti memberikan persetujuan untuk beberapa anak cabangnya. Meski diusia muda, Suho sudah berhasil mencapai karirnya menjadi pemilik saham terbesar.
Ia sepertinya sudah memutuskan dengan pertanda menutup map dan menyerahkannya lagi kepada asistennya.
"Paman Lee, Gantikan saya untuk hari ini. Saya harus pergi" Suho berdiri kemudian meraih jas nya dan melangkah keluar ruangannya. Tapi sampai dikamar mandi, Suho segera mengubah penampilan formalnya seperti remaja biasa.
"Rye Hyun-ah. Apa kabar?"
Suho mendengar suara khas menguap dari adiknya diseberang sana. Rupanya adiknya baru bangun tidur.
"Baik, Oppa. Oppa apa kabar?"
"Baik juga"
Suho membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalam nya. Ia menyalakan mesin mobil dan melaju dengan kecepatan sedang.
"Oppa. Aku lupa harus segera ke kampus. Sudah dulu, Oppa. Byee..."
Tut.
Suho terhenyak menerima keputusan sepihak dari adiknya itu. Beberapa menit kemudian saat melihat sebuah toko bunga Suho menepikan mobilnya dan membeli buket bunga dengan harum yang ia sukai. Kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
Didepan sebuah bangunan, ia melihat seseorang yang sudah lama ia rindukan berdiri membelakanginya. Suho meraih sebuah kamera dan tak lupa menenteng buket bunganya.
Cekrek!
Gadis itu membalikkan badan karena suara kamera. Ia menemukan Suho tengah memotretnya dari belakang.

"Suho-yah...kau kenapa?"
"Model terkenal Bae Irene. Pacarmu berusaha menjadi fotografer. Ini bunga untukmu" Suho mengulurkan tangannya yang langsung disambut baik oleh Irene.
Gadis itu menghampiri Suho dan menatap penuh kagum.
Cup!
Suho memegangi pipinya yang baru saja disentuh bibir merah Irene.
"Kita...jalan kemana?"
"Ke pelaminan juga boleh" goda Irene. Suho terkekeh sembari mengusap puncak kepala kekasihnya. Mereka tidak tahu kapan mulai berkencan dan menjalani hubungan itu. Karena yang terpenting adalah kebersamaan.
***
Setelah menghabiskan waktu berada didalam Mall dan berbelanja. Irene dan Suho bermaksud istirahat disebuah kafe.
"Irene, Kyungsoo...kau tau kabar tentang dia?"
"Terakhir aku tahu. Dia masih menjalani rehabilitasi. Kedua orangtuanya tetap menyangkal kalau Kyungsoo tidak gila"
Suho sebenarnya menyimpan kerinduan pada sahabatnya itu. Ia masih menganggap Kyungsoo bagian dari hidupnya juga.
"Mau menginap dirumahku?"
"eh?" Irene terkejut sampai melebarkan mulutnya. Dia tahu bahwa Suho tinggal dirumah yang besar dan meskipun ada Ayahnya, mungkin tidak begitu peduli.
"Kau mikir apa? Aku mengajak mu melihat tempat tinggal ku saja. Kau tidak berfikir soal---"
"Anni! Aku tidak berfikir sejauh itu. Ish..."
Tidak memikirkan hal lain tapi pipi memerah. Suho meraih telapak tangan Irene yang berada diatas meja.
"Irene, mau menjadi istriku? Aku sudah mapan. Kau tau? Aku hanya mencintaimu"
"Suho-yah...apa ini tidak terlalu cepat?"
Suho menggelengkan kepala.
"Aku akan menunggumu"
"Tidak perlu menunggu. Kalau kau mau kita bisa menikah sekarang"
Suho pindah tempat duduk dan memilih lebih dekat dengan Irene. Namja itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya dan meraih jari manis Irene.
"Kau bahkan sudah menyiapkan cincin segala"
"Aku serius Irene"
Jangan tanya sudah semerah apa kini wajah gadis itu. Ia baru pertama kali melihat kakak dari sahabatnya bisa seromantis ini.
***
Irene mematut diri didepan cermin kamarnya. Bayangan wajah Suho masih menggerayangi otaknya.Suho yang manis, Suho yang romantis, Suho yang begitu dewasa. Semua itu sudah masuk kriteria ideal seorang Irene.
Drrt...drrt...
Irene meraih benda pipih dari atas tempat tidurnya dan menggeser tombol hijau mengangkat sebuah panggilan.
"Irene...Kau menerima lamaran Suho Oppa?"
"Ne" tanggap Irene.
"Chukkae...aku sangat bahagia bisa menjadi adik iparmu"
Benar juga ya? Jika mereka menikah nanti otomatis status Rye Hyun dan Irene berubah dari sahabat menjadi kakak dan adik ipar. Membayangkan hal itu membuat darah Irene mendesir hebat.
"Haruskah mulai sekarang ku panggil kau Eonni?"
"Hei...nanti saja kalau sudah resmi. Kau membuat aku terlihat tua"
Irene membuka sebuah bingkisan yang semalam didapatnya. Menurut pengirimnya itu dari Suho. Sembari mendengar cerita Rye Hyun,gadis itu membuka bingkisannya.
"Oh...iya. Kau akan menetap disana? Berapa lama?"
"Tidak. Aku akan pulang setelah selesai pemotreran"
Begitu kotaknya berhasil dibuka mata Irene melebar saat membaca sebuah pesan di kertas yang terselip disana.
"Rye Hyun sudah dulu ya. Aku sibuk, nanti ku telfon lagi. Bye.."
Tut.
Irene ingin segera membaca pesan Suho. Ia sudah tidak sabar juga untuk mengabari kekasihnya itu bahwa kirimannya sampai padanya.
Untuk kekasihku dan calon istriku...
Aku harap kau suka dengan sepatunya. Hmm....aku akan menjemputmu malam ini.
Suho.
Gadis itu yakin sekali setelah ini bakalan terkena diabetes. Suho nya sangat manis. Irene melepas sepatu yang ia kenakan dan menggantinya dengan sepatu pemberian Suho.
Sangat pas dan cocok dengan kulitnya. Suho benar-benar pandai memilih sesuatu.
Drrt...drrt....
Irene menyambar ponselnya karena sangat yakin itu dari Suho.
"Suho-yah...Gomawo sepatunya. Aku suka"
"Mwo? Suho Oppa membelikanmu sepatu? Yakh! Aku bahkan sudah tidak mendapat apa-apa darinya"
Irene menjauhkan ponsel dari telinganya dan membaca nama yang tertera. Ternyata Rye Hyun.Bukan Suho.
"Aku kira Suho. Mian" ada nada amat kecewa di kalimat Irene.
Kemudian terdengar suara tawa dari Rye Hyun yang begitu renyah seakan menggoda Irene.
"Baiklah aku tidak akan ganggu. Aku menelfon lagi karena ingin memberitahu kalau Park Nopi kemarin ke Korea dan menanyakan mu"
"Jinjja? Ah...aku sangat merindukan Eomma Park"
"Kau rindu dia atau Suho Oppa?"
"Yakh! Apa-apaan kau---"
Tut.
Wah...Rye Hyun jadi seenaknya saja pada Irene. Ini semua juga karena salahnya sih. Lain Kali dia akan membaca dahulu nama penelfonnya sebelum menerima dan berbicara.
***
Suho tengah berkaca lewat pintu mobilnya. Tangannya tidak bisa diam selalu gemetaran, makanya ia sibukkan dengan menarik-narik jasnya.
Kalau harus jujur, Suho begitu gugup. Walaupun hanya mengajak Irene ke pesta dan mengenalkan nya kepada sang Ayah sudah membuat Suho sangat gugup.
Begitu mendengar sebuah pintu terbuka Suho membalikkan badan dan pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah sepasang sepatu yang kemarin ia bungkus khusus untuk gadisnya.
Sesuai dugaannya, Gadis itu sangat cantik ketika mengenakan sepasang sepatu itu. Irene memakai gaun selutut tanpa lengan dan rambut bergelombangnya yang sengaja tergerai.
"Aku...aneh?"
"Wah...Beautiful" gumam Suho tanpa sadar namun terdengar jelas oleh Irene. Gadis itu menyembunyikan rambutnya ke belakang telinga dan berjalan mengikis jarak dengan Suho.
"Kajja..." Suho membukakan pintu mobil dan menyuruh Irene segera masuk. Kemudian ia berlarian menempati jok mengemudi nya.
Selama perjalanan sesekali Suho tertangkap basah tengah memandangi Irene lewat kaca spion depan. Malam ini gadis itu sangat cantik. Sampai-sampai Suho tidak bisa lepas memandangnya.
"Kau bercerita pada Rye Hyun kalau kau melamarku?"
"Aku selalu bercerita semua hal padanya. Kenapa? Kau keberatan ya?"
Irene tersenyum malu. Tidak keberatan sama sekali. Dia kan bahagia.
"Kenapa harus keberatan. Aku kan suka" jujurnya.
Suho menggerakkan tangannya dan meraih telapak tangan Irene. Selama perjalanan Suho terus saja menggenggam gadis itu seolah Irene akan hilang kalau tidak dipegang.
Sesampainya disebuah gedung tempat pesta diadakan. Banyak pasang mata melihat takjub pasangan Irene dan Suho. Pasalnya pemilik saham terbesar dan termuda kini menggandeng seorang gadis. Banyak yang bahkan berkomentar bahwa mereka sangat cocok dan serasi.
"Lihat betapa cantiknya gadis itu"
"Dia seorang model dari korea itu kan?"
"Gadis itu sangat beruntung ya"
Irene menggenggam erat lengan Suho. Ia tiba-tiba merasa tatapan orang-orang padanya mengganggu kenyamanan nya. Ditambah bisik-bisik yang mengganggu telinga itu. Seakan tahu perasaan kekasihnya, Suho mengajak Irene menjauhi keramaian.Mereka duduk dimeja dekat dengan jendela. Dari sana terlihat jelas pemandangan indah kota New York.
"Aku penasaran. Sejak kapan kau menyukaiku?" tanya Irene membuka pembicaraan sekaligus memalingkan fokusnya. Suho melengkungkan bibirnya seketika.
"Entahlah. Tapi, saat Rye Hyun meledek kau dan aku, perasaanku menjadi semakin jelas"
Irene tidak sengaja mengingat kejadian beberapa tahun yang Lalu, saat masih dikelas sebelas. Tepatnya dikantin pas makan siang. Kembali membayangkannya saja sudah membuat hatinya berbunga-bunga.
"Lalu, kau sendiri sejak kapan mulai menyukaiku?" tanya Suho dengan tatapan menggodanya namun serius. Irene saja susah payah menelan ludahnya.
"Dengar ceritaku" ujar Irene membalas tatapan Suho dan mengembara dengan kenangannya.
Irene menarik rambut Rye Hyun kebelakang. Dia mencoba membuat sahabatnya itu kesal beberapa kali.Bukan karena hari ini ulang tahunnya. Atau karena Rye Hyun jahil. Tapi, gadis itu sedang ingin memberitahukan bahwa ada seseorang yang tidak sengaja melewati mereka.
Seorang namja dengan penampilan rapi dan hanya dengan mendengar derap langkahnya sudah membuat Irene menahan napas. Pasalnya ia mendengar suara yang begitu menyentuh hati.
"Kau tau? Mulai sekarang julukan Irene si gadis kharismatik musnah. lepaskan tanganmu dari rambutku"
"Heheh...dengarkan aku. Kau terlambat menyadari momen dimana aku jatuh cinta pada suara pertama"
Rye Hyun memutar bola matanya jengah dan ditambah toyoran yang ia darat kan di kening sahabatnya itu.
"Apa otakmu geser? Kau harus memeriksanya. Mau kutemani?"
Irene menghempas lengan Rye Hyun dengan wajahnya yang mendengus sebal.
Suho menggembungkan pipinya merasa bahwa cerita kekasihnya begitu konyol.
"Kenapa diam? Kau tidak percaya padaku?"
Suho mengulurkan telapak tangannya agar Irene segera meraihnya. Gadis itu tentu saja dengan senang hati meraih tangan Suho.
"Memangnya waktu itu kau dengar aku ngomong apa?"
Irene mengedipkan sebelah matanya.
"Permisi"
"Eh?" Suho menepuk dahinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Heheh....mungkin Irene suka cowok yang sopan wkwkw....
Author mau curhat dikit boleh ya? Nggak baca juga nggak papa. Lagi pengen ngungkapin aja lewat tulisan.
Aku tuh sedih 😭
Udah deh itu aja.....
Annyeong....
Sampai ketemu di bonus part selanjutnya...😁