Dianjurkan untuk mengabaikan typo ๐
"Kau baru bangun tidur? Yakh! Aku pasti akan menciumu kalau kau dekat. Ingatkan aku untuk tidak selingkuh ya Baekhyun"
"Kau...merayu atau sedang mengajak ribut? Kau pikir disini tidak ada yang mencoba mendekatiku"
"Molla. Aku merindukanmu ByunByun"
"Apa? Aku tidak dengar"
"Aku merindukanmu"
Dari layar ponselnya, Terlihat Baekhyun tengah menunjukkan senyum termanisnya pada Rye Hyun.
"Kau ada dimana?"
Rye Hyun mengubah kamera depannya menjadi kamera belakang. Ia menunjukkan jalanan yang sedang ia lewati. Baekhyun mengangguk-angguk paham. Kemudian Rye Hyun kembali mengubah kamera di layar ponselnya agar Baekhyun bisa melihat wajahnya.
"Kau tau Baekhyun. Apa yang aku lihat?"
"Tentu saja. Kau pasti melihat kota Seoul yang ramai. Siswa SMA yang baru pulang sekolah atau berlarian ketempat les. Jangan lupakan kafe milik Chanyeol"
"Kau bahkan tidak memikirkan aku?" Rye Hyun mengerutkan keningnya. Maksudnya lain bukan seperti yang Baekhyun katakan.
"Kau tau Baekhyun? Aku merindukanmu. Yang aku lihat itu, banyak yang berpasangan disini. Hanya aku saja yang sendirian"
"Natal nanti aku akan menemui mu"
"Benarkah?"
Natal ya? Masih beberapa bulan lagi. Rasanya selama itu kah? Sedangkan rindunya pada Baekhyun sangat besar.
"Rye Hyun-ah..." Chen meraih ponsel Rye Hyun dan melambai pada Baekhyun.
"Chen-ah...kembalikan" rengek Rye Hyun. Tapi pria itu malah asik merapikan rambutnya.
Satu jurusan dengan Chen membuat Rye Hyun banyak-banyak menghirup udara.
"Baek.Kau melupakan aku? Lihat! Kau membuat panggilan Video dengan Rye Hyun. Kemarin menelfon Chanyeol. Kemarinnya lagi menelfon Xiumin. Kau...melupakan aku ya?"
Rye Hyun menepuk dahinya frustasi melihat kegundahan Chen. Dia yang kekasih Baekhyun saja tidak marah jika tidak dihubungi. Gadis itu pernah lost contact dengan Baekhyun paling lama satu minggu. Tapi, dia tetap percaya pada Baekhyun.
"Yakh! Berikan lagi ponselnya pada Rye Hyun"
"Tidak mau"
"Chen-ah...."
Tut.
Rye Hyun mendengus sembari merebut kasar ponselnya. Chen sama sekali tidak takut melihat wajah merah Rye Hyun.
"Dasar perusak"
***
Rye Hyun membanting bantal kearah pintu. Saat tiba-tiba seorang pelayan masuk ke kamarnya, gadis itu berpura-pura sibuk membaca buku. Ia membuka asal halaman novelnya.
"Nona. Ada kiriman untukmu" ucap pelayannya seraya memungut bantal yang dilempar sang tuan rumahnya.
"Benarkah?"
Sontak saja Rye Hyun bangkit dan mencapai pintu kamarnya. Ia menuruni anak tangga sekaligus dua agar mempercepat langkahnya. Terdapat sebuah kotak yang besar diatas meja. Kotak itu mirip sebuah kado namun ukurannya begitu besar. Dengan sigap Rye Hyun menarik pita nya dan sesuatu yang besar dan berbulu menyimbul dari sana.
"Wah..."
Rye Hyun mengangkat boneka teddy bear putih besar ke pelukan nya. Tiba-tiba ada sebuah amplop terjatuh. Ia meraihnya dan mendudukkan diri disofa.
"Baekhyun mengirimkan ini untukku"
Gadis itu membuka secarik kertas yang berisi tulisan tangan seorang Baekhyun. Meski baru beberapa bulan menjalin hubungan jarak jauh, Rye Hyun sudah tahu banyak tentang Baekhyun.
Hmm....aku bingung mau nulis apa. Setiap hari kan kita selalu bercerita meskipun lewat ponsel. Rye Hyun, bagaimana bonekanya? suka?
Gadis itu melengkungkan bibirnya membentuk senyuman. Meskipun Baekhyun tidak bisa melihatnya tapi, semua ini membuat mood nya yang hancur tadi meluruh seketika. Entah apa jadinya jika Baekhyun tidak mengirimkan boneka itu.
"Suka sekali. Gomawo Baekhyun"
Ujar Rye Hyun.
Banyak yang bilang kalau perempuan suka boneka. Jadi aku belikan itu untukmu.
Aku akan liburan ke Korea natal ini. Kau harus menunggu ku ya. Sampai ketemu di Seoul. Jangan lupa untuk bahagia, pacarku yang cantik. Bye....
Gadis itu menghela napas lega karena mendapat kabar dari Baekhyun. Sudah sejak bangun tidur karena bermimpi buruk, Rye Hyun tidak bisa tidur kembali. Apalagi ditambah file tugas yang harus ia kumpulkan siang ini hilang. Rye Hyun benar-benar harus mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk mengerjakan ulang.
"Nona telfon nya bunyi"
"Ne Ahjumma. Pasti itu Baekhyun"
"Benar. Ini dari Baekhyun. Ini.."
"Gomawo ahjumma"
Rye Hyun meraih dengan antusias. Sudah sangat lama Rye Hyun merindukan pria itu.
"Hai...Baekhyun" sapa gadis itu setelah menggeser tombol hijau di ponsel nya.
"Bagaimana tulisanku? Oh, apa itu terlihat jelek. Menjijikkan ya?"
Baekhyun sangat lucu. Bagaimana mungkin dia malah memikirkan tulisannya dan rasa malunya itu. Seharusnya Baekhyun menanyakan apakah Rye Hyun menyukai boneka tersebut.
"Aku selalu suka semua hal yang berhubungan denganmu, Byun Baekhyun"
Terdengar kekehan kecil diseberang sana.
"Rye Hyun-ah...tau kenapa aku pilih teddy bear warna putih?"
"Wae?"
"Kata penjualnya cuma itu yang tidak disentuh pembeli lain. Karena letaknya jauh. Seperti itulah dirimu. Rye Hyun ku sangat jauh. Butuh perjuangan untuk memilikinya. Lihat! Aku berhasil mendapatkannya untukmu"
"Jangan melebih-lebihkan itu, Baekhyun. Sejak kapan kau jadi sok puitis?"
"Sejak aku jauh darimu"
Rye Hyun menepuk-nepuk pipinya yang mulai memanas. Bicara dengan Baekhyun ternyata tidak bagus untuk kesehatan jantung.
"Baekhyun...aku sedang sedih"
"Ada apa? Jangan bersedih kumohon. Ayo ceritakan apa penyebabnya"
"File tugasku hilang. Celakanya siang ini harus segera dikumpulkan. Tapi, aku frustasi dan tidak tahu harus mulai darimana" adu Rye Hyun. Setelah resmi jadian gadis itu jadi melimpahkan masalahnya pada Baekhyun.
"Baiklah. Ayo buat bersama. Kau ceritakan padaku bagaimana tugasnya ya"
"Iya Baekhyun. Bantu aku ya"
"Tentu"
***
Begitu akan memasuki mobilnya, Rye Hyun terkena sial. Ban depan mobilnya bocor. Terpaksa dia menelpon montir untuk membawa mobilnya. Beruntungnya ia melihat Chanyeol lewat dan menawari tumpangan.
Rye Hyun mendongak saat sebuah gelas menyentuh meja didepannya. Si pemilik kafe sendiri yang membawakan kopinya.
"Suho sepertinya jarang menghubungi mu. Benarkan?" tebak Chanyeol. Namja itu duduk didepan Rye Hyun.
"Aku memang sudah tidak lagi mengadu padanya"
"Itu karena Baekhyun kan?" tebak Chanyeol lagi dan selalu benar. Rye Hyun menyerah, ia menyesap kopinya dan mulai mengetik kembali. Gadis itu tengah membuat sebuah laporan.
"Chanyeol. Kau akan tampil di acara penggalangan dana itu kan?"
"Iya, semua anak jurusan seni akan tampil"
Mimik wajah Rye Hyun langsung sumringah. Ia menarik kursinya agar bisa lebih dekat dengan Chanyeol.
"Bantu aku buat laporan. Kau mau kan jadi salah satu narasumberku?"
"Tentu" jawab Chanyeol dengan senang hati.
Drrt....drrt....
Rye Hyun merogoh tasnya dan meraih ponselnya yang bergetar. Tertera nama kekasihnya disana. Secepat kilat Rye Hyun mengangkatnya.
"Hai...Rye Hyun. Sedang apa?"
"Aku di kafe Chanyeol mengerjakan laporan. Aku meminta bantuannya untuk menjadi narasumber ku"
Rye Hyun melirik Chanyeol yang tengah mengangkat jempolnya. Menandakan ia sama sekali tidak mempermasalahkan soal wawancara Rye Hyun. Karena Chanyeol merasa senang dapat membantu gadis itu.
"Waw...biar ku tebak. Pasti kau mengambil tema seni. Apa akan ada pertunjukan dikampusmu?"
"Benar. Kau selalu saja bisa menebak. Baekhyun...Aku ingin---"
Tut.
Rye Hyun melirik ponselnya yang tiba-tiba mati. Ia mengecek pulsanya siapa tahu habis. Bagaimanapun panggilan luar negeri mahal. Tapi, baik-baik saja dengan pulsanya.
"Kenapa?" tanya Chanyeol mendapati raut serius sekaligus cemas diwajah Rye Hyun.
"Panggilannya mati"
"Mungkin tidak ada sinyal"
Rye Hyun kembali memilih fokus dengan layar laptopnya. Gadis itu sesekali terhanyut dalam lagu yang berasal dari kafe Chanyeol.
Selang beberapa detik ponselnya kembali bergetar. Rye Hyun segera mengangkatnya.
"Baekhyun kenapa?"
"Mian. Tadi Jisung melempar bola kearahku. Ponselku terjatuh"
"Oh...begitu"
"Tadi kau mau cerita apa?"
"Aku ingin ice cream. Tapi mau kau yang belikan. Bagaimana? Kau tidak bisa ya. Jauh kan"
Sedari tadi Chanyeol hanya memperhatikan wajah Rye Hyun yang begitu bahagia meski hanya berbicara lewat ponsel. Baekhyun adalah kebahagiaan gadis itu. Chanyeol terkadang iri, meskipun Han Mel masih disini. Nyatanya gadis itu terus saja menolaknya. Soal insiden gaun pesta begitu membekas di ingatan Chanyeol.
"Yakh! Kenapa Jisung selalu mengganggu ku" rutuk Rye Hyun karena ponselnya kembali mati. Pembicaraan nya dengan Baekhyun kembali terputus.
"Well...Byun Jisung sama jahilnya dengan Byun Baekhyun" ledek Chanyeol.
Rye Hyun tidak mempermasalahkan nya. Mungkin kakak beradik di Jepang itu sedang bergurau atau apalah. Gadis itu kembali berkutat dengan laptop.
"Hyung....eomma kenapa tidak ada dirumah? Disini juga tidak ada"
"Eomma sedang bertamu ke rumah bibi. Kau kenapa kemari?"
Adik Chanyeol yang tiba-tiba datang itu menengadahkan telapak tangannya kearah Chanyeol.
"Minta uang, Hyung. Kuota habis, aku masih harus meng-upload video"
"Yakh! Park Chenle. Apa hanya itu kerjaanmu"
Meskipun Chanyeol membentak tangannya tetap mengeluarkan beberapa lembar uang kepada Chenle.
"Gomawo Hyung...bye" Chenle memang tidak salah minta uang pada Chanyeol yang galak tapi penyayang itu.
"Adikmu, Nyeol?" tanya Rye Hyun masih fokus laptop.
"Iya, Park Chenle" tegas Chanyeol.
Drrr..drrt....
Fokus Rye Hyun kembali pecah. Ia dengan sigap mengangkat panggilan itu.
"Baekhyun-ah...Jangan bermain dengan Jisung terus. Aku ingin bicara yang lama denganmu. Katakan pada Jisung agar berhenti mengganggu kencan kita"
"Kencan? Oh...Baekhyun dan kau berkencan lewat ponsel?"
"Suho Oppa?" gadis itu terlonjak.Ia menjauhkan ponselnya dan melihat nama Suho disana. Ternyata panggilan itu dari Suho bukan Baekhyun. Malu sekali Rye Hyun, apalagi masih ada Chanyeol yang sudah ikut menahan tawa karena kecerobohannya.
***
Setelah selesai mata kuliah yang hebatnya hanya ada satu dihari itu, Rye Hyun segera menemui kafe Chanyeol. Ia begitu bahagia bisa kembali bertemu dengan sahabatnya.
"Rye Hyun sini" seorang perempuan yang begitu cantik melambai kearahnya saat sudah sampai pintu.
"Lama ya? Mian..."
"Tidak apa-apa. Lagian ada Chanyeol juga disini menemaniku"
"Jadi. Ada apa gerangan model terkenal Bae Irene menemui aku?"
Irene terkekeh mendengar nada bicara Rye Hyun yang berlebihan. Gadis itu menyibakkan rambutnya kebelakang telinga. Wajah Irene begitu ceria. Sahabatnya terlihat sangat cantik sekali.
"Aku akan pergi ke Amerika.Ada pemotretan disana. Aku ingin menemui Suho juga. Ada yang ingin kau titipkan untuknya?"
Rye Hyun terkesiap dengan penjelasan Irene. Jadi, selama ini Oppa nya main rahasia dengan Irene.
"Wow...kau dan Oppa?"
Irene mengulum bibirnya.
"Cepat mau ada yang dititipkan tidak? Aku buru-buru tau"
"Tidak ada. Titipkan saja pesanku. Suruh Suho Oppa jelaskan tentang hubungan kalian"
Pipi Irene sudah memerah akibat godaan Rye Hyun. Namun, sedetik kemudian Irene tepis dengan mengalihkan pandangan.
"Baiklah...aku pergi ya"
"Hati-hati Irene..."
Padahal Rye Hyun masih sangat merindukan Irene. Ia senang bisa bertemu Irene kembali namun sedih karena pertemuannya terlalu singkat.
"Itu tadi Irene?"
"Yakh! Chen-ah...bisa tidak jangan mengagetkanku?"
Chen tidak terganggu dengan bentakan Rye Hyun. Ia malah menghampiri Xiumin dan menepuk bahu Xiumin pelan.
Rye Hyun merasakan ponselnya bergetar. Ia meraihnya dan kemarahan langsung luntur karena membaca nama Baekhyun.
"Baekhyun...kau sedang apa?"
"Memikirkan mu"
"Memikirkan apa?"
"Memikirkan betapa cantiknya Rye Hyun ku"
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai...I'm Back.๐๐โบ
Ayo tekan bintang dan jebolin keyboard kalian.
Rye Hyun โค
๏ฟผ