Sis Kae sudah bersiap akan pergi ke rumah sakit. Ia akan menemui Han Mel dan menemaninya disana. Tentang janji Sis Kae yang akan selalu menjadi sahabat Han Mel. Itu semua dimulai dari sekarang.
Tangan Sis Kae mengeratkan tali tas selempangnya. Ia menyibakkan rambut kebelakang dan mengamati rumah disampingnya.
Boleh Sis Kae berhayal dalam beberapa detik, Xiumin akan keluar dan menghampirinya. Lalu dia akan menawarkan diri mengantar Sis Kae.
Sis Kae sudah tidak sabar menunggu Xiumin keluar. Tapi tiba-tiba...
"Sis Kae-yah ...!" seseorang berteriak seraya berlari dari rumahnya menghampiri Sis Kae.
"Kai" Sis Kae baru saja memikirkan Xiumin tapi yang datang malah adiknya. Gadis itu tidak bisa tidak menunjukkan rasa kesalnya. Dengan bibir mungilnya gadis itu mengerucutkannya.
"Yakh! Kau minta dicium?"
Kalimat itu lagi? Seharusnya Sis Kae tidak usah bersikap seperti itu didepan namja mesum seperti Kai. Masih tidak habis fikir kenapa sikap Kai dan Xiumin sangat berbeda.
"Kau mau kemana?" tanya Kai.
"Rumah sakit menengok Han Mel"
"Aku anterin ya?" pasti Sis Kae benar-benar sial. Yang difikirkan tentang Xiumin malah terjadi pada Kai.
"Tidak usah. Lihat wajahmu, masih penuh lebam. Kau harus istirahat. Lagipula di rumah sakit tempat orang sakit, kata orang-orang tuh ya bisa bawa aura---"
"Sst...." Kai menempelkan telunjuknya ke bibir Sis Kae.
"Jangan menolak ku. Kau tau kan aku tetap akan ikut denganmu"
"Tap---"
"Tunggu aku ambil si merah" teriak Kai dan berlari menuju garasi mobilnya. Daripada dipaksa, lebih baik Sis Kae kabur saja.
Gadis itu segera berlari menjauhi halaman rumahnya.
***
Chanyeol menatap jam dinding dikamar rawatnya. Sudah pukul sepuluh dan masih tidak ada yang menengoknya satu pun. Kecuali orangtua Chanyeol.
Bukankah Chanyeol sudah mengabari Xiumin, tapi dimana bocah itu.
Chanyeol bosan dikamar sendirian. Orangtuanya pulang lebih dulu karena sibuk bekerja dan akan menjemputnya nanti sore.
Alhasil ia menenggelamkan kembali kepalanya pada bangsal rumah sakit. Ia meraih ponselnya dan bermain-main disana. Oh, Iya. Ponsel Chanyeol masih baru. Ponsel lama nya hilang sejak kejadian penculikan itu. Mobilnya juga, Karena penculik tidak ingin ada yang dicurigai sedikit pun.
"Wah...infus nya habis"
Ditekannya alarm untuk memanggil dokter ke kamarnya. Beberapa menit kemudian seorang dokter memasuki kamarnya.
"Kenapa, nak Chanyeol?"
Chanyeol tersenyum kikuk melihat wajah cantik si dokter.
"Dokter, cairan infus nya habis"
"Itu bagus. Lagipula kondisi badan mu sudah sehat sekarang. Kau hanya perlu menunggu orangtua mu menjemput. Saya akan melepas infus nya"
"Baik, Dokter"
Setelah berhasil melepas selang infus nya dokter tersebut segera berlalu dari kamar Chanyol karena masih banyak tugas.
Karena sekarang dirinya tidak diribetkan oleh infus Chanyeol bebas bergerak. Dia turun dari bangsal dan keluar kamarnya. Chanyeol akan mencari kamar rawat Han Mel. Mereka kan dirawat bersamaan. Chanyeol juga mengklaim bahwa gadis itu benar-benar jodohnya. Karena selalu terjebak ditempat yang sama.
Iya iya, Nyeol. Suka-suka aja.
Pertama Chanyeol dan Han Mel terjebak didepan kafenya sebelum diculik. Kedua, ia terjebak di gedung berhantu bersamanya. Dan ketiga kalinya Chanyeol dan Han Mel terjebak dirumah sakit yang sama.
Chanyeol percaya bahwa pertemuan tiga kali adalah takdir. Meskipun bukan dalam satu hari, setidaknya Chanyeol bisa berfikir itu takdirnya.
"Sunbae--" Han Mel kaget ketika pintu terbuka dan Chanyeol ada disana. Tanpa selang infus.
Chanyeol langsung menghampiri Han Mel dan duduk disamping ranjangnya.
"Kau sendirian Han Mel?"
Gadis itu mengangguk dan meletakkan ponselnya dinakas. Sepertinya dia sedang memainkannya sebelum kedatangan Chanyeol.
"Eomma sedang pergi ke kantin"
"Kau tidak memakai infus?"
"Sudah habis. Kata Dokter yang cantik itu aku hanya harus menunggu sore hari untuk pulang"
Han Mel mengerutkan keningnya.
"Dokter cantik?"
"Iya. Aku diperiksa oleh Dokter yang cantik. Siapa ya namanya?"
"Dasar lelaki. Tidak bisa melihat yang bening sedikit saja" rutuk Han Mel.
Diam-diam Chanyeol tersenyum menggoda pada Han Mel yang telah menampilkan ekspresi ketidaksukaannya.
"Kau cemburu?"
"Mwo? aku cemburu? haha...Yang benar saja" elak Han Mel berusaha setenang mungkin. Karena emosinya juga aneh.
***
"Kita akan kemana, Min?"
Xiumin juga tidak tahu akan mencari Rye Hyun kemana. Sudah sejak satu jam yang lalu mereka mencari Rye Hyun. Tidak mungkin gadis itu ke rumah Irene. Pasti Irene masih disekolah.
"Kau sama sekali tidak tahu kemana Rye Hyun pergi?" tanya balik Xiumin.
"Karena dia pergi pagi-pagi sekali dan aku masih tidur" sesal Baekhyun.
Xiumin menghela napas panjang.
"Kita keliling saja dimulai dari rumahmu Byun"
"Oke"
Keduanya kembali memasuki mobil Xiumin. Dan melaju perlahan.
***
Sis Kae menepuki jidat nya begitu sampai dikamar Han Mel. Chanyeol dan Han Mel saling pandang menyaksikan kelakuan aneh Sis Kae. Pasalnya gadis itu memukuli jidatnya sendiri lebih dari lima kali.
"yakh! Kau kenapa?" tanya Han Mel sedikit membentak supaya Sis Kae berhenti.
"Aku kabur kesini dari Kai. Bodohnya aku melupakan ponselku"
Chanyeol berdecak dan menoyor kepala Sis Kae. Sontak gadis itu memukul tangan Chanyeol.
"Cuma ponsel dan kau bersikap seolah-olah dunia akan runtuh, aish.."
"Di ponselku ada foto Umin. Apa yang akan di fikirkan Kai. Aku harus bagaimana kalau Kai melihat foto itu"
Han Mel meraih bahu sahabatnya.
"Sis Kae-yah. Bukankah kau dan Xiumin Sunbae memang harus memberitahu Kai. Kalian kan sudah mengakhiri permainan kalian bersandiwara."
"Itu benar. Apalagi yang kau takuti. Atau kau berniat mendapatkan Xiumin dan juga Kai" Pekik Chanyeol. Sis Kae tidak terima dan kembali memukul lengan Chanyeol.
"Yakh! Sunbae. Kau mau mati?"
Chanyeol meneguk ludahnya melihat wajah polos Sis Kae berubah galak seperti ibunya.
"Mungkin saja Xiumin Sunbae sudah lebih dulu memberitahu pada adiknya"
"Aku harap juga begitu Han Mel" lirih Sis Kae.
***
Kai kembali memasuki kamarnya begitu tahu bahwa Sis Kae meninggalkannya. Mungkin sebaiknya dia harus istirahat.
Kai kesal karena ditolak Sis Kae. Lagi-lagi dia harus menahan emosi.
Dibaringkannya tubuhnya ditempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamarnya.
Drrt....drrt..
Kai meraih ponsel dari nakas dan menempelkannya ditelinga begitu panggilan tersambung. Bahkan Kai tidak sempat melihat siapa yang menelfonnya.
"Sis Kae-yah...akhirnya kau mengangkatnya. Bagaimana keadaanmu?"
Kai mengkerutkan keningnya. Ia menjauhkan ponselnya dan menatap nama yang menelfonnya.
Yeri.
Oh...Kai baru ingat itu ponsel Sis Kae. Pantas saja dia kebingungan.
"Sis Kae--"
Tut.
Kai tidak berniat membalas ucapan gadis itu. Siapa? Yeri? kenal saja tidak. Kai mulai memutar-mutar ponsel Sis Kae dan melihat-lihat aplikasinya.
Karena penasaran akhirnya Kai membuka galeri. Ia menemukan banyak foto Sis Kae dengan Han Mel disana.
Salah satunya sebuah foto Sis Kae dan Han Mel yang sama-sama memakai kacamata hitam. Jantung Kai selalu berdegup tidak karuan hanya dengan melihat wajah Sis Kae.

Meskipun didalam foto, Kai benar-benar sangat menyukai Sis Kae.
Tangan Kai kembali men-scroll layar ponsel dan menemukan sebuah foto masa kecil Sis Kae. Tapi, Matanya seketika melebar begitu melihat foto masa kecil Xiumin bersama Sis Kae.

Deg!
"Kenapa foto Xiumin hyung ada bersama Sis Kae"
Kai memandangi wajah anak kecil didalam ponsel Sis Kae. Tidak salah lagi. Itu memang foto kakaknya. Karena penasaran, Kai juga membuka nama-nama kontak diponsel Sis Kae. Dan ia menemukan nomor Xiumin.
"Umin-ku..?"
Kai tidak hanya berhenti sampai disitu. Tangannya kembali membuka aplikasi pesan dan menemukan percakapan Sis Kae dan kakaknya disana. Seolah mereka selama ini memang sudah sangat dekat.
"Apa-apaan ini?"
***
Hingar bingar keindahan menara namsan masih terasa sepi bagi gadis itu. Dia mengikuti kemana saja langkah kakinya berpijak.
Dari atas menara itu, Rye Hyun melihat banyak hal yang selalu mengingatkannya pada Suho.
Meskipun tidak menangis tapi wajah Rye Hyun begitu menyiratkan kesedihannya. Untuk apa menangis?air matanya bahkan sudah mengering.
Haruskah gadis itu melompat saja dari atas menara namsan? Lagipula Tidak ada lagi yang bisa mencegahnya. Ibunya pasti akan tersenyum jika Rye Hyun lenyap.
Saat dirasa pikirannya kacau karena lagi-lagi menginginkan mati, Rye Hyun memilih turun dan meninggalkan namsan. Ia berjalan saja seraya mengeratkan seragamnya.
Miris sekali, sudah dua hari masih memakai pakaian kotor.
Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Rye Hyun melihat seseorang tengah berdiri didepannya seraya memegang dua ice cream.
"Mau kabur kemana?"
Rye Hyun mengerjapkan matanya mencoba membuktikan apakah yang dilihatnya nyata atau hanya halusinasi saja.
"Oppa..."
Rye Hyun menubruk tubuh Suho, namun belum sempat tubuh itu sudah menghilang. Rye Hyun kembali merasakan hatinya sesak dan ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang melintas.
Tubuh tadi bukan Suho yang nyata. Rye Hyun hanya berhalusinasi. Ia sangat merindukan kehadiran kakaknya. Itu yang membuatnya selalu dapat merasakan kehadiran Suho.
"Rye Hyun-ah"
Rye Hyun membalikkan badannya dan melihat wajah seorang perempuan yang selalu membuatnya takut. Perempuan itu semakin menghampiri Rye Hyun.
Sewaktu tangannya terangkat akan memeluk, Rye Hyun mundur dan menjauhkan diri.
"Eomma minta maaf"
Rye Hyun menggeleng-helengkan kepalanya kuat. Tidak benar! Sungguh semua ini tidak pernah benar. Ibunya tidak pernah mungkin mengatakan hal-hal aneh seperti kata maaf.
"Rye Hyun, ayo kemari nak. Maafkan Eomma"
Rye Hyun membelakangi ibunya dan berlari meninggalkannya. Langkah Rye Hyun semakin jauh dan Nyonya Kim mengejarnya sendirian. Perempuan paruh baya itu bahkan tidak membawa bodyguard nya. Ia menyesal dan akan menemukan sendiri putrinya yang selama ini dia sia-sia kan.
Rye Hyun terus saja berlari tanpa menengok kebelakang. Tanpa mendengar seruan dan teriakan Ibunya. Maafkan Rye Hyun yang tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia masih saja beranggapan bahwa Ibunya tidak pernah sayang padanya.
Braakkk!
Rye Hyun menegang dan menghentikan langkahnya. Ia memutuskan untuk berbalik badan dan melihat orang-orang mulai membentuk lingkaran. Hati Rye Hyun mencelos dan tanpa pikir panjang gadis itu menyeruak kedalamnya.
Rye Hyun berlutut dan membawa kepala ibunya dipangkuannya. Air mata yang semula kering, sekarang membasahi wajah Rye Hyun.
Tangannya mengusap darah yang keluar dari kepala ibunya.
"Eomma...Eomma wae?"
"Rye--Putriku...Mianhee.."
Mata Nyonya Kim perlahan-lahan menutup seiring dengan bunyi ambulance yang datang.
"Eomma..!"
"Eomma andwae!"
"Eomma.....!!"
.
.
.
.
.
.
TBC
Tidak sanggup nulis nya nih. Maafkeun Rye Hyun...nasibmu di cerita ini 😢

Voment ya ☺