Ada typo...lewat aja ✌
Drama? tidak-tidak, tolong jangan suruh Sis Kae mengingat itu lagi. Apa yang selama ini menjadi hal paling menyebalkan akan hilang. Semua teman-teman Xiumin sudah tahu kalau Sis Kae mengenalnya.
Tapi sepertinya tidak semua.
Jujur, sekarang tidak ada lagi hal yang membuat Sis Kae senang. Ia bisa melupakan dramanya? Oh! itu hal yang paling membahagiakan.
Malam ini Sis Kae tidur dengan ibunya. Sejak menjemput putrinya dari tempat penculikan, Lee Han Sis--ibu Sis Kae terus saja menempel pada anaknya.
Trauma dadakan---katanya.
Gadis itu memutar tubuhnya hingga menghadap sang ibu. Sis Kae sangat bersyukur bisa melihat wajah teduhnya. Entah, apa yang akan terjadi jika saja dia tidak bisa keluar dari gedung itu dan malah terbakar didalamnya. Memikirkannya saja membuat dirinya bergidig.
Drrt....drrt...
Sis Kae terlonjak dan menjadi sumber getar ponselnya. Namun, itu berasal dari milik ibunya. Sis Kae termenung sejenak. Kalau itu milik ibunya dimana ponselnya? Sis Kae mencoba mengingat-ingat. Hingga tiba-tiba ia sadar ponselnya pasti masih di Kai.
Baiklah Sis Kae tidur saja dan besok akan memintanya pada Kai.
***
Hari ini tepat setelah insiden penculikan, pihak sekolah mengizinkan siswa-siswinya yang menjadi korban untuk istirahat dirumah dan boleh kembali sekolah setelah tiga hari.
Rye Hyun menatap telapak tangannya yang sudah berubah menjadi perban baru. Seingatnya semalam ia masih mengenakan dasi milik Baekhyun.
"Maaf merepotkan mu, Baekhyun"
Rye Hyun menatap wajah polos Baekhyun yang tengah tidur di kamar nya. Tadinya gadis itu ingin berpamitan, tapi ia tidak tega membangunkan Baekhyun.
Rye Hyun berjalan keluar dari rumah Baekhyun dan bertemu dengan seorang perempuan paruh baya yang dikenalnya sebagai ibu Baekhyun.
"Kau akan pulang, nak?" tanya Nyonya Byun.
Rye Hyun mengangguk seraya membungkukkan badannya.
"Terima kasih sudah mau menampung ku semalam, Tante"
"Aku senang kau mau menginap. Aku akan minta Baekhyun untuk mengantarmu"
"Tidak perlu, Tante. Baekhyun sedang istirahat. Aku akan menelpon supir saja"
Melihat betapa cantiknya gadis didepannya itu, Nyonya Byun akhirnya memeluknya. Mendengar keadaan Rye Hyun semalam dari Baekhyun membuat perempuan paruh baya itu merasa iba. Rye Hyun anak gadis yang baik. menurutnya, tidak pantas diperlakukan seperti itu.
Selama ini bahkan Ibu Baekhyun sangat ingin memiliki seorang putri. Bagaimana bisa tuhan memberikan orang lain seorang putri namun tidak dijaga dan dilindungi dengan baik.
Rye Hyun merasa nyaman mendapat pelukan ibu Baekhyun. Air mata lolos begitu saja dari matanya. Rye Hyun sangat ingin ibunya memeluknya seperti itu.
"Baiklah, Tante. Aku permisi"
Nyonya Byun menatap Rye Hyun hingga hilang dari pandangannya.
***
Xiumin POV
Aku duduk didepan orangtua Kyungsoo. Mereka memohon didepanku supaya aku dan teman-teman tidak perlu menuntut anaknya.
Sejujurnya, aku tidak tega melihat orangtua Kyungsoo sebegitu nya berharap padaku hanya untuk kebebasan putranya. Tapi, menurutku ini sudah keterlaluan. Dia tidak hanya meneror sekolah dan menculik teman-temannya. Tapi melakukan percobaan pembunuhan.
Dan jangan lupakan soal kematian Min Na Ri.
Karena kelakuan Kyungsoo, Chanyeol dan Han Mel harus dirawat dirumah sakit karena hampir mati kelaparan. Kalau saja kami tidak busa keluar dari gedung itu. Sudah pasti kita semua mati terbakar.
Kyungsoo harusnya sadar akan perbuatannya, tapi dia malah tersenyum-senyum tidak jelas. Aku sudah menemuinya didalam sel. Hari ini adalah persidangan untuk kasus nya. Aku diminta datang sebagai saksi. Sebenarnya, bukan hanya aku tapi Baekhyun juga.
Entah dimana Baekhyun berada.
"Saya mohon, nak. Tolong bebaskan putra saya. Dia sebenarnya tidak seperti itu. Dia...hiks" Ibu Kyungsoo tidak sanggup meneruskan kalimatnya karena isakan yang begitu tertahan.
Sedangkan Ayah Kyungsoo hanya diam kemudian menatapku. Sepertinya Ayah Kyungsoo jauh lebih pengertian.
"Xiumin. Sebenarnya, Kyungsoo mengalami gangguan jiwa. Dia juga yang telah meracuni adiknya. Saya sudah berusaha agar Kyungsoo menjalani pengobatan. Tapi, istri saya--"
"Kamu apa-apaan sih, Oppa. Kyungsoo itu nggak gila. Dia itu anakku. Dia nggak gila" Ibu Kyungsoo mengelak seraya meronta-ronta melepaskan pelukan suaminya yang tengah menenangkan.
Kyungsoo gila?
Selama ini apa yang melatarbelakangi perbuatan buruknya adalah karena dia gila?
"Saya akan menunggu Baekhyun, ahjussi" ini keputusanku. Karena aku tidak bisa memutuskan sepihak. Baekhyun tahu segalanya.Dia juga harus ikut andil dalam memberikan hukuman untuk Kyungsoo.
"Maaf saya terlambat---" Baekhyun datang dan duduk disampingku.
"Jadi apa keputusan kalian?" tanya Ayah Kyungsoo.
Aku dan Baekhyun saling pandang. Kemudian aku menepuk bahunya seolah Baekhyun yang harus memutuskan. Kyungsoo adalah temannya. Mungkin jika aku yang memutuskan aku tidak akan mengampuni Kyungsoo.
"Kyungsoo memiliki gangguan jiwa" ujarku setengah berbisik pada Baekhyun.
Tercipta senyum getir dibibir Baekhyun. Kurasa dia sudah tahu.
"Kami akan tetap menyerahkan Kyungsoo pada polisi"
Baekhyun beranjak pergi tanpa kata pamitan. Aku tidak mengerti dengan kemarahannya. Sebelum Baekhyun semakin jauh aku berdiri dan membungkuk didepan pasangan suami istri yang tengah menangis itu kemudian keluar dari tempat perundingan.
Langkah Baekhyun begitu cepat. Aku sampai kewalahan mengejarnya.
"Baekhyun tunggu"
Baekhyun berbalik dan menatapku.
"Kau tahu Xiumin. Selama ini kita merahasiakan tentang Na Ri, tentang Kyungsoo pada yang lain. Ternyata itu tidak bisa membuat mereka terlindungi. Selama ini kita salah, seharusnya kita bisa menuntut Kyungsoo sejak dulu"
Aku mengerti. Sangat mengerti tentang perasaan Baekhyun.Dia begitu menyayangi Na Ri. Gadis malang itu, semoga dia sudah tenang disana karena disini Kyungsoo sudah menjalani hukuman. Dia akan membayar apa yang sudah dilakukannya.
"Byun. Kurasa kalau seperti ini, Kau tidak lagi seperti temanku. Wow...kau hebat sekali. Kata-katamu itu" Aku terkekeh melihat wajah marah Baekhyun. Tidak menyangka temanku yang satu ini bisa marah juga. Biasanya kan dia paling tidak bisa serius.
Tadinya aku pikir Baekhyun mungkin akan membiarkan Kyungsoo lolos karena mendengar tangisan dan permohonan kedua orangtua Kyungsoo.
"Keadaannya saja yang merubahku"
"Oh, aku akan kerumah sakit menjenguk Chanyeol. Kau mau ikut?" tanyaku.
"Nanti aku menyusul, aku akan mampir ke rumah Rye Hyun"
"Rye Hyun? Hooo...ada apa? Mau mengajaknya jalan?"
"Semalam dia menginap di rumah ku, tapi pulang duluan. Kata Eomma, dia sudah dijemput supirnya. Tapi aku tidak percaya"
Melihat Baekhyun khawatir pada Rye Hyun begitu membuatku senang. Sejak kapan mereka jadi sangat dekat begitu ya?
"Xiumin" tepukan di pundak ku berhasil menyadarkan ku dari lamunan.
"Apa Ibunya Rye Hyun sama sekali tidak peduli padanya? lalu dimana Ayahnya?"
Sepertinya aku harus menjelaskan semua tentang kehidupan Rye Hyun. Baekhyun pantas tahu.
"Kedua orangtua Rye Hyun sudah berpisah. Seharusnya Rye Hyun tinggal dengan Ayahnya, tapi ibunya bersikeras ingin kedua anaknya hidup dengannya. Aku tidak mengerti meskipun Rye Hyun diperlakukan tidak baik, kenapa nyonya Kim menolak Rye Hyun untuk ikut Ayahnya"
Kulihat Baekhyun mengangguk-angguk tertarik mendengar ceritaku. Aku harap Baekhyun bisa mengerti keadaan Rye Hyun.
"Suho disana. Di Amerika bersama Ayahnya dan Rye Hyun sendirian. Dia tidak ada yang memperhatikan. Aku melihatnya menangis saat melihat yang lain dijemput orangtua masing-masing, makanya aku bawa Rye Hyun ke rumahku"
Demi apapun kenapa aku bisa melupakan Rye Hyun. Kenapa aku pulang begitu saja dan meninggalkannya tanpa menanyakan apapun. Andai Baekhyun juga sudah pulang apa yang akan terjadi pada gadis itu.
Maafkan aku, Suho.
"Aku akan ikut denganmu ke rumah Rye Hyun. Ayo selesaikan satu lagi masalah, Byun Baekhyun"
Baekhyun tersenyum dan mengalungkan lengannya di leher ku. Ia setengah memelukku dan merapatkan tubuhnya.
"Tentu saja. Kim Min Seok"
"Yakh! Sudah kubilang panggil aku Xiumin"
"Sirheo!"
***
Baekhyun tidak pernah berhenti takjub melihat rumah Rye Hyun. Itu juga yang aku rasakan saat pertama kali melihatnya. Kami duduk diruang tengah dan disuguhkan minuman oleh pelayan disana.
"Rye Hyun--- Oh, seharusnya ini istana baginya" kataku sedikit gugup. Ku lirik Baekhyun masih tidak bisa menutup mulutnya yang menganga mengitari rumah Rye Hyun.
"Ada tamu" suara seseorang menginterupsi kami. Aku dan Baekhyun langsung berdiri dan membungkukkan badan memberi salam.
Aku melempar kode berupa tatapan kepada Baekhyun. Mengatakan lewat pandangan 'dia nyonya Kim, ibu Rye Hyun'. Baekhyun mengangguk.
"Kami ingin bertemu Rye Hyun" ujar Baekhyun.
"Apa anda tau dimana putri anda?"aku bertanya dengan nada menyindir. Perempuan di depan ku sangat berhati kasar. Aku hanya berharap cara ini berhasil mengembalikan hati seorang ibu untuk anaknya.
"Dia ada di kamar, tentu saja. Kalau tidak ada pasti ke rumah temannya" jawab Nyonya Kim terlihat tenang.
"Apa anda tau soal penculikan kemarin? Putri anda salah satu korbannya. Dia terjebak bersamaku. Tangannya terluka, semalam dia tidak pulang. Dimana dia, nyonya?"
Kalimat Baekhyun mampu mengubah raut tenang di wajah ibu Rye Hyun menjadi sedikit gusar?
Rye Hyun melukai tangannya. Sampai dimana ketidak tahuan ku ini. Oh, Xiumin apa saja yang kau pikirkan.
Aku kembali menatap nyonya Kim. Membantu Baekhyun mencairkan sebongkah es berbentuk manusia.
"Pernahkan anda menanyakan kabar putri anda? Bagaimana sekolahnya?apa ada yang membuatnya kesulitan?hari ini sudah tersenyum?"
Nyonya Kim makin membeku ditempat. Entahlah apa yang di fikirkan nya. Ekspresi tenangnya begitu kuat. Seolah enggan menampakkan gambaran hatinya.
"Pernahkan anda sekali saja melihat Rye Hyun tersenyum?"
Baekhyun hampir menangis,kulihat matanya sudah merah. Bahkan, suaranya begitu getir.
"Rye Hyun...diculik?" suara itu berasal dari bibir Nyonya Kim. Aku mengerjapkan mata menyaksikan kejadian langka ini. Sepertinya ada pertanda baik soal rencana ku dan Baekhyun.
"Saat mengetahui kalau Suho pergi ke Amerika, pernahkah anda melihatnya tersenyum?"
Ujar Baekhyun tanpa henti.
Aku menepuk bahu Baekhyun. Menenangkan nya agar berhenti berbicara dan keluar. Tapi, Baekhyun malah menatapku dan meminta waktu karena ia masih akan mengatakan sesuatu.
"Mungkin saja sekarang Rye Hyun sedang menangis sendirian. Apa yang akan anda lakukan, nyonya? Akankah mencarinya atau menunggu kabar buruk datang"
Baekhyun berlalu dari hadapan ibu Rye Hyun. Aku menyusulnya setelah melihat bahwa Nyonya Kim aneh.
Ibu Rye Hyun menangis.
.
.
.
.
.
.
TBC
Jangan Lupa Voment ya 😊
Detektif Xiumin dan Baekhyun