Loading...
Logo TinLit
Read Story - My Brother Falling in Love
MENU
About Us  

Kim Sis Kae POV

 

Berada diatas ketinggian bersama Kai bukanlah hal buruk. Dari sini aku bisa melihat keramaian kota yang begitu indah. Sudah aku katakan ternyata bolos memang menyenangkan.

 

"Kau tau apa yang lebih menyenangkan berada diatas sini?" Kai menatapku seolah ia tahu segalanya.

 

Aku menggeleng kuat, lagipula apa yang harus aku katakan. Berada disini saja berkat Kai. Dia bilang gedung ini milik ayahnya.

 

"Tidak ada yang tau"

 

"Mwo??"

 

"Ne. Aku senang disini, tidak ada yang bisa menemukan ku. Sebenarnya aku benci sembunyi dan berbohong. Tapi, seiring berjalannya waktu rasanya kebohongan menyatu dengan diriku"

 

Aku hanya bisa diam meresapi kalimat panjang Kai. Bersembunyi juga hal yang sangat aku benci. Tapi, Kai benar. Hingga waktu bergulir pun rasanya aku adalah bagian dari kebohongan itu.

 

"Kau tahu ini gedung milik ayahku?" tanya Kai.

 

"Kau sudah mengatakannya saat diperjalanan" jawabku.

 

"Kau mengenal ayahku?"

 

"Tentu saja tidak. Bertemu pun tidak pernah"

 

"Tapi aku rasa kau mengenalnya"

 

"Ngarang" ketusku.

 

Semilir angin membuat rambutku berterbangan. Tapi aku suka, disini menyenangkan. Seperti yang dikatakan Kai, tidak ada yang tahu.

 

"Kau tau Kai, bagaimana caranya mengakhiri persembunyian? sungguh menyedihkan rasanya terus berdiam diri"

 

Kai menatap kedua mataku lekat-lekat. Aku jadi sedikit takut padanya. Apa dia akan menanyaiku macam-macam karena telah mengatakan hal itu. Sebenarnya, aku hanya ingin memastikan pendapatnya.

 

"Kau menyindirku?"

 

"Eh?"

 

Sejenak Kai menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan cepat. Masih dengan tatapan tajamnya padaku, suaranya terdengar begitu menohok.

 

"Mengakhirinya"

 

Sesuatu yang memang mengganggu pikiran kita akan jauh lebih baik untuk mengakhirinya. Tapi bagaimana jika dramanya tak ber-ending?

 

"Aku tidak tau dunia akan menerimaku ataupun tidak. Karena esok atau lusa, kebohongan sendirilah yang akan menyakiti kita"

 

Aku membuang pandanganku kebawah. Aku tidak sedang melihat hingar-bingar kota dibawah sana. Aku hanya melihat kepedihan ku. Drama ini sudah semakin jauh. Dan aku tidak tahu bagaimana akhirnya.

 

Menjadi sesuatu yang disembunyikan sungguh menyakitkan rasanya. Berpura-pura lagi. Berpura-pura lagi. Sembunyi lagi. Sembunyi lagi.

 

Sesakit itu rasanya.

 

"Aku akan mulai mengatakannya padamu. Aku ingin kau menjadi orang pertama yang tau identitasku"

 

"Wae?"

 

Kai mengangkat kedua alisnya.
"Ingin saja"

 

"Sis Kae-yah, aku adalah tetanggamu"

 

Tetangga sebelah mana? Aku tidak pernah melihat Kai disekitar rumahku. Apa maksudnya.

 

"wuh....hohoo...." teriak Kai dengan senyum lebarnya. Dia meninggalkan rasa bingung ku.
"Kau tau Sis Kae-yah. Rasanya hatiku lega...sekali"

 

Aku memukul pelan lengan orang gila disampingku ini. Hampir saja aku jantungan menanti rahasianya. Dia malah ketawa tidak jelas. Seorang tetangga bukan rahasia besar kan. Dia pasti lega bisa mengatakan itu padaku. Lalu, bagaimana dengan drama ku?

 

"Kau gila?"

 

"Hehehe....."

 

***


Tidak terasa hari sudah mulai gelap saja, mungkin karena hari ini aku bebas melakukan apapun selain sekolah. Tapi, percayalah mungkin aku tidak akan bolos lagi. Memanjat tembok sekolah amatlah susah. Hehehe...

Kai mengantarku pulang dengan sepeda yang ia dapatkan entah darimana.

Aku akui meskipun Kai menyebalkan, setidaknya untuk hari ini ada sedikit hal menyenangkan dari dirinya. Contohnya, pembicaraan tentang kebohongan? Ah... Aku mellow lagi kalau harus mengingatnya.

"Aku..."

"Mwo? Mau cium sebagai tanda terima kasih?" dasar mesum. Kata terima kasih yang hendak ku ucapkan rasanya menguap begitu saja.

"Aku tidak akan berterima kasih"

"Wah... Haruskah aku berguling-guling disini? Kau membuatku sakit hati" Kai kembali naik ke sepeda dan mulai meletakkan satu kakinya diatas pengayuh.
"Ngomong-ngomong soal kita tetanggaan, mian baru bisa bilang sekarang. Dan lagi...kau saja yang tau tidak usah mengatakannya pada siapapun, apa lagi Han Mel"

"Aku tidak sedang berbicara dengannya"

"Aku duluan ya...cepat masuk.udaranya dingin. Bye" Kai melambaikan tangannya dan pergi dari hadapanku.

Sepertinya ada yang menjanggal di pikiran ku. Kenapa Kai membawa sepedanya masuk ke halaman rumah Umin?

"apa Kai tinggal bersama Umin?"

Apa aku sedang memikirkan hubungan Kai dan Umin? Apa aku sedang berhalusinasi? Apa aku sedang tidak percaya pada Umin?

"Sis Kae-yah, aku adalah tetanggamu"

"Kau mengenal ayahku?"

"Tapi aku rasa kau mengenalnya"

Kai meninggalkan sepedanya didepan rumah Umin. Aku melihat Kai melambaikan tangan sebelum masuk kedalam rumah Umin. Jika Kai memang tinggal di rumah Umin, lalu apa hubungan mereka? siapa Kai?

Ceklek!
Suara pintu terbuka membuat aku menoleh dan menemukan eomma berdiri disana.

"Kenapa tidak masuk?"

Aku tersenyum dan melompat kearahnya. Eomma menoel hidungku gemas melihat anak gadisnya mulai manja.

"Eomma"

"Wae?" aku dan Eomma berjalan masuk kedalam rumah.

"Kenapa seseorang harus merahasiakan sesuatu?"

"Hmm..." eomma tampak sedang berfikir.
"Karena itu sesuatu hal yang cukup berharga jika orang-orang tau atau mungkin dia merasa orang lain tidak bisa menerima itu darinya"

"Mungkin" sahutku.

"Kenapa bertanya tentang rahasia?"

"Lapar eomma."

"Cepat mandi, kita makan. Ada sup rumput laut untukmu sayang"

"Benarkah? Hmm... Perutku kosong seketika. Hehehe..."

Aku menaiki tangga menuju kamar ku. Meletakkan tas diatas meja belajar begitu saja. Pelan-pelan aku mulai menghembuskan napas dan Menghilang kan semua yang mengganggu.

Siapa yang sedang membohongiku?

Atau,

Apa aku orang nggak penting yang ingin menjadi penting?

***

Begitu sampai didepan pintu kelas bel masuk langsung berbunyi. Aku memang berniat berangkat tepat waktu. Aku tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan Han Mel. Bukannya aku masih marah, hanya saja sedikit lebih lama aku ingin dia mengerti maksudku. Entahlah, mungkin begitu.

Begitu aku duduk di kursi ku. Aku tidak melihat Han Mel dikelas. Tas nya ada diatas meja. Saat aku sedang mengamati bangku Han Mel, seseorang mengerti maksud ku.

"Han Mel dipanggil wali kelas kita" kata Yeri.

"Oh"

Yeri tampak menyunggingkan senyumnya. Mungkin dia menertawakan aku yang aneh. Marah tapi mencari Han Mel.

Genap empat hari aku mengabaikan Han Mel. Sebenarnya itu sulit bagiku. Ini bagaikan bukan diriku.

"Kau mencari ku?" entah kapan Han Mel ada di bangku nya. Ini pasti karena aku melamun. Aku malas bicara hari ini. Mian MelMel.

***

Author POV

 

Xiumin menyumpit sedikit-sedikit makanan kedalam mulutnya. Meskipun ketiga sahabatnya sedang lahap-lahapnya. Apalagi pelajaran sebelumnya adalah Fisika. Seharusnya Xiumin lapar. Tapi, Xiumin malah terlihat malas menyantap makan siangnya.

 

Ingatan Xiumin kembali menerawang. Dimana kemarin ia mendatangi rumah Rye Hyun.

 

Xiumin hanya bisa berdiri didepan pintu kamar Rye Hyun. Tidak terdengar apapun dari dalam sana. Cukup hening dan sepi.

 

Berulang kali Xiumin mengetuk dan me manggil-manggil nama gadis itu, tapi Rye Hyun tetap tidak meresponnya.

 

Saat Xiumin akan pulang. Ia bertemu dengan Nyonya Kim di tangga. Xiumin membungkuk sembilan puluh derajat sambil tersenyum menyapa wanita paruh baya itu.

 

"Kau mengantar Rye Hyun?"

 

"Animida" Xiumin menggeleng sambil terheran-heran ada apa sebenarnya dengan Nyonya Kim. Kenapa wanita itu mengira Rye Hyun sekolah. Apa dia tidak tahu anaknya membolos hari ini.
"Apa anda tidak tahu Kalau Rye Hyun tidak hadir disekolah hari ini?"

 

Kendati merasa terpojok dengan pertanyaan Xiumin, wanita dua anak itu malah tersenyum seolah-olah ia tidak tahu apapun.

 

"Gomawo Xiumin sudah mau menjenguk Rye Hyun" baru saja perempuan itu akan beranjak tiba-tiba sebuah pertanyaan Xiumin kembali membuatnya diam ditempat.

 

"Rye Hyun baik-baik saja kan?"

 

Sungguh tidak ada yang tahu apa yang ada dalam pikiran Wanita itu. Mungkin dia tidak mendengar Xiumin. Anggap saja begitu?

 

"Xiumin" panggil Baekhyun.

 

"Min...woy" telapak tangan Chen menepuk pelan meja berusaha menyadarkan Xiumin.

 

"Min Seok!" sebuah suara yang cukup berat akhirnya membuat Xiumin terlonjak. Siapa lagi kalau bukan milik Chanyeol.

 

"Panggil aku Xiumin" sontak ketiga cogan itu terbahak mendengar ocehan Xiumin. Apa-apaan dia, masih sempat saja mengatakan kalimat itu.

 

"Yakh! Kau meninggalkan telingamu di kelas? perluku ambilkan?seharusnya kau memang pantas dipanggil Min Seok" Baekhyun berkata sambil menggerak-gerakkan sumpitnya.

 

"Aku tidak lapar" bicara pun Xiumin agaknya malas.
"Aku mau ke kelas saja"

 

"Yakh! Xiumin...wah..." aku Chen.

 

***

 

Xiumin berjalan dikoridor dengan memasukkan kedua tangannya kedalam saku jas sekolahnya. Ia hampir saja sampai dikelas, tapi karena seseorang menabraknya ia pun berhenti karena orang itu terjatuh.

 

"Mian..mian aku tidak berhati-hati" Gadis itu berdiri sendiri lalu mendongak melihat orang yang ditabrak nya.


"Irene Gwenchana?" tanya Xiumin.

"Oh. Xiumin" syukurlah orang yang ditabrak Irene adalah Xiumin. Dia kan tidak perlu berlama-lama canggung karena merasa bersalah.
"Duluan ya" pamit gadis itu.

Entah apa yang ada dipikiran Xiumin tiba-tiba saja melihat Irene ia jadi memikirkan Rye Hyun. Irene adalah sahabat gadis itu, Mungkin Xiumin bisa tahu apa yang menimpa gadis itu pada Irene. Ia pun menghentikan langkah Irene.

Karena terkejut lengannya digamit Xiumin, Irene mengangkat kedua alisnya. Xiumin mengatakan maksudnya bahwa ia ingin berbicara sebentar dengan Irene.

"Rye Hyun sudah dua hari tidak masuk sekolah kan?"
Wajah Irene seketika terlihat bingung dan cemas. Xiumin yakin Irene pasti tahu sesuatu.
"Suho juga sepertinya tidak masuk sekolah. Bukankah ini aneh ?"

Irene menyembunyikan rambutnya kebelakang telinga. Okee gadis itu harus mengakui Xiumin memang khawatir pada Rye Hyun. Irene harus apa?

"Suho tidak mengatakan apapun padamu?" Xiumin menggeleng, ia tidak pernah mendengar kabar Suho semenjak pergi nonton dengan Rye Hyun.

"Irene. Aku tau kau pasti mengetahui apa yang terjadi dengan Rye Hyun." sepertinya Irene enggan bercerita. Xiumin harus terus membujuk gadis itu. Ini semua demi kebaikan Rye Hyun yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Kemarin aku datang ke rumahnya. Tapi, Rye Hyun tidak mau membuka pintu kamarnya. Kau tahu, Ren. Ibunya sama sekali tidak peduli"

Irene tidak bisa diam saja. Ia memang diminta untuk menjaga rahasia ini. Tapi, melihat betapa khawatirnya Xiumin. Irene harus memberitahu kebenarannya.

Xiumin menunduk pasrah.
"Rye Hyun dan Suho tidak sedang berlibur" Lirihnya.

"Suho ke Amerika" ucap Irene. Xiumin langsung mendongakkan kepalanya menatap Irene intens. Wajah gadis itu terlihat sedih. Tapi gadis itu sudah lega sekarang. Dengan membagi kebenaran dengan Xiumin ia yakin Rye Hyun pasti bisa terbiasa tanpa Suho.

.
.
.
.
.
.
.

Happy 1k pembaca. Btw, makasih banyak ya yang sudah sempat mampir di ff ini.

Ayoo dong komen dan bintangnya....

Author sedih nih cerita sepi banget...

But, Gwenchana 😀 keep smile...

Selamat menjalankan puasa ya bagi yang menjalankan...

Tbc

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pahitnya Beda Faith
473      341     1     
Short Story
Aku belum pernah jatuh cinta. Lalu, aku berdo\'a. Kemudian do\'aku dijawab. Namun, kami beda keyakinan. Apa yang harus aku lakukan?
CINTA DALAM DOA
2483      1000     2     
Romance
Dan biarlah setiap doa doaku memenuhi dunia langit. Sebab ku percaya jika satu per satu dari doa itu akan turun menjadi nyata sesungguhnya
Sampai Kau Jadi Miliku
1707      799     0     
Romance
Ini cerita tentang para penghuni SMA Citra Buana dalam mengejar apa yang mereka inginkan. Tidak hanya tentang asmara tentunya, namun juga cita-cita, kebanggaan, persahabatan, dan keluarga. Rena terjebak di antara dua pangeran sekolah, Al terjebak dalam kesakitan masa lalu nya, Rama terjebak dalam dirinya yang sekarang, Beny terjebak dalam cinta sepihak, Melly terjebak dalam prinsipnya, Karina ...
pat malone
4760      1371     1     
Romance
there is many people around me but why i feel pat malone ?
Delilah
9413      2031     4     
Romance
Delilah Sharma Zabine, gadis cantik berkerudung yang begitu menyukai bermain alat musik gitar dan memiliki suara yang indah nan merdu. Delilah memiliki teman sehidup tak semati Fabian Putra Geovan, laki-laki berkulit hitam manis yang humoris dan begitu menyayangi Delilah layaknya Kakak dan Adik kecilnya. Delilah mempunyai masa lalu yang menyakitkan dan pada akhirnya membuat Ia trauma akan ses...
Bulan dan Bintang
6059      1618     1     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
GADIS MISTERIUS milik CEO DINGIN
44      43     0     
Action
Pertemuan dengan seorang pemuda yang bersifat anti terhadap para wanita. Justru membuat dia merasa bahwa, Ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis dengan kehidupan yang di alami gadis tersebut, hampir sama dengan dirinya. Nasib keduanya sama-sama tidak memiliki seorang bidadari tanpa sayap. Kehilangan sosok terbaik yang menemani mereka selama ini. Sehingga kedua manusia...
Things Take Time
539      323     4     
Short Story
×× Semesta Gakuen⚛Series ×× Semuanya butuh waktu hanyalah omong kosong! Semua sudah terlambat. Aku terlalu bertele-tele menghamburkan waktu yang tersisa. Tak ada harapan kembali benang merah itu untukku. ⛱ • Unit Blue Short Story Cerita ini ditunjukan untuk mengikuti Valentine's Day FF Writting Challenge of Tinlit. Note: Jika menemukan ilustrasi yang sama secara seb...
Berawal Dari Sosmed
634      458     3     
Short Story
Followback yang merubah semuanya
My Noona
6127      1497     2     
Romance
Ini bukan cinta segitiga atau bahkan segi empat. Ini adalah garis linear. Kina memendam perasaan pada Gio, sahabat masa kecilnya. Sayangnya, Gio tergila-gila pada Freya, tetangga apartemennya yang 5 tahun lebih tua. Freya sendiri tak bisa melepaskan dirinya dari Brandon, pengacara mapan yang sudah 7 tahun dia pacariwalaupun Brandon sebenarnya tidak pernah menganggap Freya lebih dari kucing peliha...