Xiumin POV
Aku menatap album foto yang sudah lama tersimpan di dalam lemariku. Terlihat sudah sangat usang karena tidak pernah tersentuh. Sejak perceraian eomma dan appa aku sudah jarang melihat barang-barang yang berhubungan dengan eomma .
Hari ini aku membuka kembali album lama itu karena sedang merindukannya. Aku merindukan hari-hariku bersama eomma.
"Bogosipeoyo...eomma"
"Saengil chukkae..."
Seharusnya jika saja keluargaku tidak berantakan seperti ini. Hari ini adalah perayaan ulang tahun untuk eomma. Aku melihat seisi rumah yang penuh dengan kekosongan. Hanya ada aku. Dimana Kai? dimana appa?
Sendiri didalam rumah sebesar ini tentu bukanlah hal yang baik-baik saja. Aku benar-benar sangat membutuhkan orang-orang terdekatku. Membutuhkan tempat untuk menceritakan masalahku.
Aku bosan didalam sini. Aku mengambil ponselku. Membaringkan tubuhku, meringkuk didalam selimut.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berada didalam kamar. Sampai sebuah suara ketukan pintu membuatku beranjak membukanya.
"Kai..."
Bugh!
Kai melayangkan tinjunya disudut bibirku. Aku menyentuh bagian wajahku yang kini sedikit berdarah karena pukulan kai.
"Apa masalahmu?"
Dia membuang sebuah karangan bunga tepat mengenai wajahku. Bunga kesukaan eomma.
"WAEYO ?" Teriakku geram.
Air muka Kai merah padam seperti orang yang menahan amarah. Aku tahu dia membenciku tapi tak pernah sampai seperti ini. Dia datang tiba-tiba lalu memukulku.
"Hyung ! Eomma meninggal"
***
Author POV
Xiumin menatap foto ibunya yang penuh dengan karangan bunga. Tepat ditengah-tengah makam lain. Xiumin sengaja tidak masuk sekolah untuk mengunjungi ibunya.
Setelah kunjungan itu Xiumin tidak langsung pulang. Ia mampir disebuah taman terdekat dan menghabiskan sorenya disana.
Diraihnya ponsel disakunya yang bergetar. Ada sebuah pesan masuk.
From : Chen
Nggak sekolah kenapa?
Xiumin tidak berniat membalas pesan sahabatnya itu. Ia hanya ingin melihatnya.
Lelaki itu bangkit berdiri. Melangkah memasuki mobilnya. Lalu pergi dengan meninggalkan semua sisa kenangan yang dulu pernah membuatnya bahagia.
***
Jika untuk menghilangkan kesedihannya Xiumin memilih untuk tidak pergi ke sekolah lain halnya dengan Kai. Meskipun dia menjadi biang onar di sekolah. Ia lebih suka menjaili guru maupun teman-temannya. Dengan begitu sedihnya dapat sedikit berkurang.
Seperti pagi ini, seharusnya dia masuk ke kelas karena bel sudah berbunyi. Tapi, namja itu malah memainkan bola basket dilapangan.
"Kai " seseorang memanggil namanya dan berlari kearahnya.
"Stop sunbae, izinkan aku bolos pelajaran pertama kali ini saja"
Suho menghela nafas kasar.
"Kali ini nya udah berkali-kali. Udah sana pergi ke kelasmu"
Kai melempar bolanya sembarangan. Ia terpaksa menuruti perintah sang ketua osis itu. Lagipula ada hal yang ingin dia lakukan di kelas.
Kai menghiraukan saem yang sedang menjelaskan didepan kelas. Tanpa permisi dia langsung menuju bangkunya. Seisi kelas memandang aneh dirinya. Pasalnya jarang sekali seorang Kai memasuki kelasnya.
"Kai...sudah tobat kamu" tegur saem.
Kai nyengir kuda,
"Dapat pencerahan dari ketua osis saem, tapi cuma hari ini aja" jawabnya enteng.
Teman-teman sekelasnya sontak tak bisa menahan tawa. Termasuk Sehun, temannya yang duduk di depannya.
"Gila jawabannya keren abiss" Sehun mengacungkan jempol tangannya kearah Kai.
"Harusnya dapet dua juta won"
Sehun terkekeh
"Passwordnya apa?"
Kai memasang wajah berfikir. Lalu menjawab dengan lantangnya.
"Kang Saem si anak Seoul"
Seisi kelas saat ini memandang Kai. Tidak ingin ikut kena hukuman, Sehun langsung berpura-pura sibuk dengan bukunya.
"KAI KELUAR DARI KELAS SAYA"
***
Kai berjalan keluar kelas dengan bangganya. Rasanya seperti mendapat dua juta won dalam sekejap seperti yang dibicarakannya dengan Sehun.
Lelaki itu menatap seseorang yang tengah serius memperhatikan penjelasan seorang guru. Lalu terbesit sebuah ide untuk membuat seseorang itu keluar dari dalam kelas.
Tok..tok..tok.
Kai mengetuk pintu kelas lain lalu sedikit membungkuk memberi hormat pada sang guru.
"Mian mengganggu Saem. Saya ingin menyampaikan pesan dari Ms.Anne bahwa yang bernama Kim Sis Kae harus segera menghadap beliau"
Dari barisan ketiga tampak Sis Kae terheran sendiri mendengar namanya dibicarakan.
"Silahkan Sis Kae" kata sang guru.
Gadis itu berdiri dan melangkah keluar kelas bersama Kai.
"Kenapa Ms.Anne memanggilku?" tanya Sis Kae.
"Apa aku membuat kesalahan?" pikirnya.
"Apa jangan-jangan aku ketahuan terlambat saat bersamamu?" katanya mulai menebak-nebak.
"Nggak ada yang manggil kamu" tutur Kai.
Sis Kae menghentikan langkahnya. Ia menatap namja tinggi yang sekarang ada disampingnya.
"Mwo? Oh...jadi kamu cuma pura-pura?"
Kai mengangguk,
"Aku tahu kamu bosen kan di kelas makanya dengan pemikiran hebat dari seorang Kai, kamu bisa lolos dari pelajaran saem"
Lagi-lagi gadis itu terjebak oleh permainan Kai. Saat ia ingin kembali ke kelas Kai malah menariknya menuju Kantin. Disana Sis Kae hanya memandangi Kai yang sedang makan.
"Yakh!....ijinkan aku kembali ke kelas Kai"
"Anni . Tetap ditempatmu"
"Inikan belum saatnya makan siang. Aku harus ke kelas sekarang"
"Siapa yang bilang ini makan siang?ini namanya sarapan. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi nanti siang"
"Mwo?" Sis kae manatap intens namja didepannya. Apa sebenarnya yang barusan dikatakan Kai? Kenapa saat ini Sis Kae mencurigai seseorang.
"Biasa aja mukanya" kata Kai membuyarkan lamunan Sis Kae.
"Ada dimana kau saat kasus keracunan itu?" tanya Sis Kae memastikan.
"Bolos"
"Ck! Nggak heran"
Sis Kae kembali melirik sekeliling. Sudah lama ia menemani Kai yang katanya sedang sarapan itu. Buktinya sekarang bel pergantian pelajaran telah berbunyi.
"Akan ku anterin kamu kembali ke kelas. Aku ada urusan dan harus pergi. Gomawo sudah menemaniku" Kai menggamit lengan Sis Kae dan membawanya kembali ke kelas.
Langkah cepat Kai membuat Sis Kae berjalan terseok-seok. Sesampainya didepan kelas gadis itu menggerutu pada Kai.
"Yakh! Lama-lama tanganku patah karena kau selalu menariknya. Gila! Bukannya kau ingin bolos. Sudah sana pergi" usir Sis Kae.
"Jangan bermain di perpus. Arrachi? aku pergi. Annyeong"
Kai pergi dan menghilang disepanjang koridor. Sis Kae masuk ke kelas dan memberikan alasan dipanggil Ms.Anne karena sekarang sudah ada guru dalam kelasnya.
Entah mengapa kata-kata Kai membuat gadis itu semakin curiga padanya. Dan Sis Kae jadi mengabaikan penjelasan sang guru.
Ada apa di perpus?--- batin Sis Kae.
***
Sis Kae POV
"Kau mau kemana?" Tanyaku memastikan apakah Han Mel akan pergi ke perpus atau tidak.
"Perpus. Kau mau menemaniku kan?"
Aku menghela nafas kasar. Apa yang akan kujelaskan pada Han Mel. Apakah dia akan percaya padaku.
"Sebaiknya jangan hari ini ya"
"Waeyo?"
"Tadi aku mendapat pesan dari seseorang untuk tidak mendekati perpus" aku akhirnya mengatakannya pada Han Mel.
Han Mel tertawa mendengar penjelasanku. Baginya ini tidak masuk akal. Apa yang bisa terjadi di perpustakaan.
"Kau percaya kata-kata orang itu?memang ada apa disana?" cibir Han Mel meledekku. Setelah aku pikir-pikir Han Mel memang benar.
"Kau benar, seharusnya aku tidak percaya. Sudahlah ayo kutemani kau ke perpus"
Go Han Mel mungkin benar. Bisa-bisanya aku percaya pada orang yang selalu bohong padaku. Bahkan sebelum dia mengatakan pesan itu dia berbohong padaku. Mengatakan kalau aku dipanggil Ms.Anne padahal itu adalah tipuannya saja.
Akhirnya aku dan Han Mel melanjutkan perjalanan kami menuju perpustakaan. Saat melewati koridor kelas sebelas aku mengedarkan pandanganku mencari Xiumin. Melihat ke kelas-kelas dan sekitarnya. Tapi sepertinya dia tidak sedang dikelas atau mungkin sedang diruang musik.
"Waeyo? Kau seperti sedang mencari seseorang?" tanya Han Mel mengejutkanku.
"Aku sedang memperhatikan aktivitas para sunbae saja" kataku beralasan.
Saat kami sampai didepan perpus. Kami dikejutkan oleh siswa-siswi yang keluar dari dalam perpustakaan dengan lari tergopoh-gopoh dan berteriak histeris.
"Ah..." teriak mereka-mereka dari dalam perpus.
"Jangan masuk kedalam perpus" kata seorang sunbae menggamit lengan Han Mel.
"Banyak bangkai tikus didalam sana. Baunya...ih" jelasnya lagi.
Aku penasaran dengan isi perpus sekarang. Aku mengambil langkah dan dikejutkan dengan pemandangan aneh saat ini. Dimana perpus yang biasanya harum dan nyaman?
Benar apa yang dikatakan sunbae saat ini keadaan perpustakaan sangat memprihatinkan. Apakah Kai dalang dari semua ini.
Aku kembali mendekati Han Mel dan Chanyeol sunbae yang masih saling berdampingan didepan perpustakaan.
"Siapa pelakunya?" tanya Han Mel. Entah untukku atau Chanyeol sunbae.
"Entahlah. Sepertinya semua ini sudah terencana" jawab Chanyeol sunbae.
Aku merasakan jantungku berdegup tak karuan. Han Mel sepertinya menangkap kegelisahanku saat ini. Ingin ku ceritakan padanya segera. Tapi bukan sekarang. Karena aku tak ingin mengatakan hal yang belum pasti. Namun, aku telah mendapatkan satu kandidat. Kai.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc ☺