Dua pasang kaki menapaki jalanan menuju suatu tempat yang menyimpan banyak kenangan. kenangan itu entah kenapa meskipun sudah dilalui terasa sangat hangat menyapa mereka kembali.
Senyum sang gadis merekah bak bunga yang baru saja merekah. Namun ada yang paling bahagia yaitu sang kakak. Seseorang yang akan menjadi lelaki paling bahagia jika melihat senyum cerah adiknya.
Suho masih mengeratkan pegangan tangan adiknya. Mengajaknya berjalan mendekati ribuan gembok yang terkunci disana. Dari atas menara namsan ini dirinya berjanji sendiri akan selalu menjaga adiknya. Ia tak akan membiarkan senyum adiknya hilang. Tidak akan.
Rye Hyun mengambil ponselnya yang berbunyi. Namun sedetik kemudian ia letakan kembali dalam tas nya.
"Nugu ?" Tanya suho.
Rye Hyun menjawab sambil menggelengkan kepalanya.
"Irene. Sudahlah oppa hari ini aku tidak ingin ada yang mengganggu kita".
"Okee"
"Oppa. Menurutmu apa itu cinta?" pertanyaan Rye Hyun mengejutkan suho. Ia tidak tahu jawaban apa yang akan ia berikan.
"Entahlah. Oppa belum pernah merasakannya" jawab Suho sekenanya.
"Benar. Oppa belum pernah jalan dengan seorang yeoja kecuali aku. Arachi?"
Dia kembali diam. Kim Rye Hyun diam. Dalam kebisuannya itu tak bisa membohongi kakaknya. Suho amat tahu bahwa adiknya merindukan seseorang. Tangannya ia biarkan mengelus rambut adiknya. Yang sontak membuat si pemilik melayangkan tatapannya.
"Biarkan oppa melihatmu menangis. Jika kau sedih kenapa harus menahannya? Bukankah rasanya sangat sakit?"
Suho benar. Seberapa kuat pun Rye Hyun menahannya, tetap saja rasanya sama. Hanya membuatnya bertambah sakit. Tapi gadis itu masih menggeleng. Sudah terbangun dinding pelindung yang begitu tebal hingga ia tidak bisa menangis. Yaitu benci. Menurutnya kebencian bisa membuat kita sedikit melupakan rasa rindu.
Bibirnya membentuk seulas senyum.
"Anniyo oppa. Gwenchana"
"Really? who make this strong?Xiumin?" tebak Suho asal.
"Oppa hentikan. Kau selalu saja begitu. My heart is still empty"
Meski menolak kenapa Suho masih melihat rona merah dipipi adiknya setiap kali sedang membicarakan Xiumin.
"Jika Xiumin menyukaimu? apa kau akan menerimanya?"
Rye Hyun terlihat sedang berfikir. Otak dan hatinya sedang tidak sejalan. Bohong jika dia menepiskan perasaannya pada Xiumin. Tapi, sepertinya bukan perasaan seperti itu yang dirasakannya. Cinta? entahlah...
"Tuh kan? Katanya kalo jawabnya lama berarti iya" argumen Suho.
Rye Hyun tersentak.
"Kata siapa? kata oppa? Aku nggak percaya"
"Sudahlah...mengaku saja dek?"
Adiknya terkekeh,
"Sejak kapan oppa manggil dek?"
Suho memanyunkan bibirnya. Benar juga kata adiknya itu. Suho baru sadar perkataannya aneh. Tapi dia suka. Rye hyun juga suka.
"Aku suka. Gomawo oppa"
"Jinjjayo?" aku Suho.
"Ne"
Suho menarik tangan Rye Hyun mengajaknya turun untuk berjalan-jalan di sekitar menara itu.
"Kau mau main sepeda?" ajak Suho. Mata Rye hyun berbinar. Sepertinya ajakan kakaknya itu sangat menarik.
"Palli oppa"
***
Setelah puas bermain PS di rumah Xiumin kedua temannya itu memutuskan untuk pulang ke rumah. Sebenarnya Chen enggan pulang. Namun, terus mendapat paksaan dari Baekhyun. Namja humoris itu harus segera pulang karena mendapat panggilan dari ibunya untuk menemani berbelanja.
"Xiumin balik dulu ya?" pamit Baekhyun dan Chen pada sahabat mereka.
"Hati-hati guys"
Xiumin masih menatap mobil putih milik Chen. Hingga tak terlihat oleh kedua matanya lagi. Dia menghela nafas pelan. Diliriknya rumah disebelah miliknya. Pikirannya seakan menyatu dengan langkah kakinya.
Ia mengetuk pintu sedikit keras. Namun masih belum dibuka. Hingga pada ketukan ketiga barulah pintu itu terbuka dan menampakkan seorang perempuan paruh baya tapi masih terlihat cantik. Mengenakan dress merah selutut lengan panjang. Rambutnya pendek sebahu.
Xiumin yakin dengan ekspresi kaget yang ditunjukkan perempuan didepannya ini bahwa dia pasti masih mengenalnya.
Tapi....
"Siapa? pacar Sis kae?" ternyata sifat orang tak bisa berubah. Ibu Kim Sis Kae masih saja curiga pada lelaki remaja.
"Ahjumma lupa padaku?" Tanya Xiumin pada akhirnya.
Perempuan itu menyipitkan matanya. Mungkin dia sedang berpikir. Tapi sepertinya memang lupa. Wajar saja sudah sangat lama tidak bertemu. Dulu saat masih di Icheon, Xiumin belum sebesar sekarang.
"Annyeong Tante Han. Saya Xiumin. Anda masih ingat kan?"
"Oh....ne... ne...kau anak kecil yang dulu suka main sama Sis Kae kan?ommo sekarang kau sudah besar dan ....tampan ya" begitulah ekspresi yang seharusnya ditunjukkan Tante Han pada Xiumin.
Dibilang Tampan oleh camer....kkk----batin Xiumin.
"Akhirnya Tante ingat juga. Oh, iya Tante, saya tinggal dirumah itu" tunjuk Xiumin kearah rumahnya. "kita tetanggaan lagi" katanya melanjutkan.
"Ommo kebetulan sekali ya..Tante jadi ingat masa kecilmu" kata Lee Han Sis begitu heboh. Sampai-sampai lupa mempersilahkan tamunya masuk. "Ommo ayo Xiumin masuk. Tante sampai lupa nawarin kamu masuk"
"Ne . Oh, iya saya ingin bertemu Sis Kae" kata Xiumin menjelaskan maksud kedatangannya.
"Dia ada di taman belakang. Kalo mau menemuinya silahkan saja kesana. Tante tinggal ke atas ya?"
"Ne Ahjumma"
Baru saja perempuan itu akan berbalik. Namun mengurungkan niatnya begitu mendengar suara Xiumin.
"Wait...Xiumin. Kalo mau makan ambil saja sendiri di dapur ya. Anggap saja rumah sendiri. Okee!"
Xiumin mengangguk lalu melanjutkan langkahnya menuju taman belakang. Rumah baru Sis Kae ternyata sangat mirip dengan suasana Rumah lama gadis itu di Incheon dulu. Mungkin keluarga Tante Han memang suka style ceria begini.
Setelah melewati dapur, ia menemukan taman yang dimaksud Tante Han. Ia mengedarkan pandangannya mencari sosok perempuan yang dicarinya. Ternyata gadis itu sedang membaca buku sambil duduk di ayunan.
Lalu muncul lah ide jail di otak Xiumin. Kebiasaan dari kecilnya. Ngagetin orang.
"Dorr!"
Sis Kae terlonjat hampir saja bukunya jatuh kalau saja tangannya tidak erat memegangnya.
"Ih...Umin kebiasaan ngagetin"
"Heheheeh...." Xiumin malah terkekeh merasa puas bisa membuat Sis Kae marah. "Kamu serius banget baca bukunya. Buku apa?" tanya Xiumin.
"Besok ada ulangan Biologi. Makanya aku belajar"
"Yah...sibuk ya. Nggak jadi deh" wajah Xiumin murung seketika.
Sis Kae yang penasaran menaruh bukunya di ayunan. Lalu beralih menatap Xiumin.
"Memang kenapa?kau mau mengajakku---" belum sempat Sis Kae melanjutkan ucapannya sudah lebih dulu dilanjutkan oleh Xiumin.
"Yup. Tadinya aku mau mengajak mu jalan-jalan. Tapi...ya nggak jadilah kan kamu harus belajar"
Sis Kae memutar bola matanya. Andaikan semut-semut dibawah lubang sana mendengar detak jantungnya saat ini. Demi EXO, gadis itu merasa ingin terbang melintasi langit ketujuh. Hatinya sangat bahagia.
"Aku sudah selesai membacanya. Akanku lanjutkan malam nanti. Kajja kita berangkat" Biarkan kebohongan terucapkan yang penting ia dapat jalan dengan Xiumin.
Xiumin tersenyum senang.
"Jinjja?"
"Iya...tunggu, aku akan ganti baju"
Sis kae berlari cepat ke kamarnya. Meninggalkan begitu saja Xiumin yang masih heran melihat kelakuan gadis itu.
***
Sis Kae POV
Aku bingung memilih baju yang bagus. Kenapa disaat seperti ini semua pakaian yang ada dilemariku menjadi jelek. Mungkin benar kata orang, cinta membuat kita buta. Asalkan jangan buta beneran saja.
Setelah bergelut menatapi pakaianku yang berserakan diatas ranjang. Aku menemukan satu yang cocok. Lagi pula aku tidak ingin membuat Xiumin lama menungguku.
Aku mengenakan rok selutut dengan blus merah muda. Aku membiarkan rambutku terurai, sedikit polesan diwajah dan tas kecil berwarna putih menggantung di lengan kananku.
Aku turun kebawah dan mendapati Xiumin sedang memperhatikanku. Andai saja dia tahu kalo aku sangat malu ditatap olehnya. Membuatku Salah tingkah saja.
"Kajja "
Aku berjalan mengikuti langkah Xiumin. Tak lupa aku pamit pada eomma. Lalu kamipun masuk kedalam mobil Xiumin.
"Kemana?" tanyaku saat Xiumin sudah menyalakan mesin mobilnya.
"Kau mau kemana?"
"Namsan " kataku langsung tanpa berfikir.
Xiumin diam sejenak. Apakah dia tidak suka dengan jawabanku.
"Aku bosan. Jangan namsan deh. Gimana kalau kita keliling Sungai Han" ajaknya.
Sebenarnya aku ingin sekali ke namsan dengan Xiumin. Tapi, jauh lebih baik bersama Xiumin kemanapun. Aku mengangguk setuju.
"Okee.."
Mobil pun melaju membelah jalanan yang ramai. Xiumin menyalakan musik di mobilnya. Lalu mengajakku bernyanyi. Kebetulan aku tahu lagu nya.
"Kau suka lagu ini?" tanya Xiumin.
"Ini lagu favoritku. Sebenarnya saat masih di Incheon, setiap aku mendapat email darimu aku membacanya sambil mendengarkan lagu ini"
"Aku juga memikirkanmu sambil mendengarkan lagu ini"
Sumpah demi apapun juga. Saat ini aku sudah tak mampu berkata apapun. Tadinya aku pikir salah menceritakannya. Setelah mendengar pernyataan Xiumin barusan aku tak bisa lagi berkata.
"Ternyata kita punya banyak kesamaan."
Tapi apakah kau juga sama...apa kau menyukaiku?...
Aku mengangguk. Lalu saat lagu menunjukkan suara si penyanyi lelaki, Xiumin bernyanyi.
"Jaknyeon imamttaejjeumen neowa ireonjeoreon gyehoekdo seugo cheosnundo hamkke majgo saehae cheot jongsorido kkok hamkke deutgiro haesseossneunde.... "
Lalu saat tiba lirik sang perempuan, aku membuka suara ku.
"Geunyang hanbeon jeonhwa haebolkka....geunyang niga gunggeumhae jyeosseo....yojeum otteohge jinaeneunji.... anbuna mutgo sipeo. Dareun tteut issneun geon anigo...jakku saenggaknaseo"
.
.
.
.
.
.
.
.
Menurut kalian gimana mereka? so sweet nggak nih? duh...baper nih author nulisnya..